BAB I PENDAHULUAN. pemberian imunisasi, dan kejadian gizi buruk (Purnamawati, 2003, p. 21)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi zat gizi makro. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

1

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) adalah air susu yang diproduksi oleh ibu untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Memperkenalkan indikator pemberian makan pada bayi dan anak-anak (IYCF) ke dalam sistem pengawasan gizi nasional: pelajaran dari Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan adalah Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN INTERVENSI MP-ASI DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA KADER POSYANDU DI DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2006). Menurut WHO MP-ASI harus diberikan setelah anak

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Kematian bayi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, keadaan sosial ekonomi keluarga, sistem nilai, adat istiadat, kebersihan, dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan, pemberian imunisasi, dan kejadian gizi buruk (Purnamawati, 2003, p. 21) Gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kelangsungan hidup manusia, terutama pada anak-anak. Masa anak-anak merupakan periode tumbuh kembang, dimana faktor gizi merupakan diterminan utama yang sangat menentukan kualitas fisik, intelektual, dan mental sumber daya manusia (SDM). Kekurangan gizi pada bayi dan masa anak-anak akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan apabila tidak ditangani secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Purwitasari, 2009, p. 42). Kejadian gizi buruk pada bayi antara lain disebabkan oleh pemberian air susu ibu yang salah dan pemberian makanan tambahan yang tepat perlu diperhatikan (Purnamawati, 2003, p. 21). Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan pesat sehingga sering disebut dengan periode emas sekaligus periode kritis. Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah dua tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. 1

2 Usia dibawah dua tahun merupakan masa yang sangat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Oleh karena itu, setiap bayi dan anak usia 12-24 bulan harus memperoleh gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan tidak sesuai pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan seng (Zn) (Depkes RI, 2005). Pada rentan usia 6-8 bulan ASI masih dibutuhkan bayi namun tidak lagi menjadi sumber makanan dan gizi yang utama bagi bayi. Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi dan bayi membutuhkan gizi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.(jenny 2006. pp. 100-101) Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, didalam global strategy for infant and young child feeding, WHO UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama ASI kepada bayi baru lahir yaitu segera dalam waktu 30 menit pertama. Kedua hanya memberikan ASI saja (ASI eklusif) sejak lahir sampai umur 6 bulan. Ketiga MP-ASI sejak bayi umur enam bulan sampai anak berumur 24 bulan dan ke empat meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2006) MP-ASI adalah makanan bayi untuk melengkapi kalori dan zat gizi dari ASI. Peningkatan MP-ASI ditambah peningkatan ASI eksklusif sampai 6

3 bulan dan menghindari pemberian makanan padat secara dini akan mengurangi 2,5 juta (19%) kematian balita. Pemberian ASI yang terlalu dini (kurang dari 6 bulan) akan menurunkan konsumsi ASI pada bayi dan bayi akan mengalami gangguan pencernaan tetapi apabila terlambat akan menyebabkan kekurangan gizi bila terjadi dalam waktu yang panjang dan berisiko terhadap kematian (Depkes RI, 2006). Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pemberian MP-ASI secara umumnya antara lain pengetahuan yang dimiliki ibu itu sendiri serta masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemberian MP-ASI yang benar. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui kuisioner pada ibu balita tanggal 5 April 2010 di Desa Klitih. Dari 15 ibu yang memiliki bayi usia 6-8 bulan, didapat 1 ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai MP-ASI, 2 ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai MP-ASI, serta 13 ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai MP- ASI. Berdasarkan uraian data di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia 6-8 Bulan di Desa Klitih Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. "

4 B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-8 bulan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-8 bulan 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan Ibu Bayi usia 6-8 bulan tentang makanan pendamping ASI b. Mendeskripsikan pemberian MP-ASI yang diberikan pada bayi usia 6-8 bulan c. Menjelaskan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI yang diberikan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Untuk memberikan tambahan referensi tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-8 bulan, serta sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian.

5 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Desa Sebagai bahan masukan bagi Desa Klitih Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak, tentang hubungan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-8 bulan di Desa Klitih Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. b. Bagi Peneliti Dengan diadakan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan teori penelitian secara langsung dan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi Institusi pendidikan Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan gambaran serta informasi bagi penelitian selanjutnya. d. Bagi ibu Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui pemahaman ibu tentang makanan pendamping ASI bagi bayi usia 6-8 bulan.

6