BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator yang digunakan untuk kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi. Kematian bayi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga, keadaan sosial ekonomi keluarga, sistem nilai, adat istiadat, kebersihan, dan kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan, pemberian imunisasi, dan kejadian gizi buruk (Purnamawati, 2003, p. 21) Gizi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kelangsungan hidup manusia, terutama pada anak-anak. Masa anak-anak merupakan periode tumbuh kembang, dimana faktor gizi merupakan diterminan utama yang sangat menentukan kualitas fisik, intelektual, dan mental sumber daya manusia (SDM). Kekurangan gizi pada bayi dan masa anak-anak akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan apabila tidak ditangani secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Purwitasari, 2009, p. 42). Kejadian gizi buruk pada bayi antara lain disebabkan oleh pemberian air susu ibu yang salah dan pemberian makanan tambahan yang tepat perlu diperhatikan (Purnamawati, 2003, p. 21). Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan pesat sehingga sering disebut dengan periode emas sekaligus periode kritis. Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah dua tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. 1
2 Usia dibawah dua tahun merupakan masa yang sangat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Oleh karena itu, setiap bayi dan anak usia 12-24 bulan harus memperoleh gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan tidak sesuai pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhan khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan seng (Zn) (Depkes RI, 2005). Pada rentan usia 6-8 bulan ASI masih dibutuhkan bayi namun tidak lagi menjadi sumber makanan dan gizi yang utama bagi bayi. Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi dan bayi membutuhkan gizi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya.(jenny 2006. pp. 100-101) Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, didalam global strategy for infant and young child feeding, WHO UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama ASI kepada bayi baru lahir yaitu segera dalam waktu 30 menit pertama. Kedua hanya memberikan ASI saja (ASI eklusif) sejak lahir sampai umur 6 bulan. Ketiga MP-ASI sejak bayi umur enam bulan sampai anak berumur 24 bulan dan ke empat meneruskan pemberian ASI sampai anak berumur 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2006) MP-ASI adalah makanan bayi untuk melengkapi kalori dan zat gizi dari ASI. Peningkatan MP-ASI ditambah peningkatan ASI eksklusif sampai 6
3 bulan dan menghindari pemberian makanan padat secara dini akan mengurangi 2,5 juta (19%) kematian balita. Pemberian ASI yang terlalu dini (kurang dari 6 bulan) akan menurunkan konsumsi ASI pada bayi dan bayi akan mengalami gangguan pencernaan tetapi apabila terlambat akan menyebabkan kekurangan gizi bila terjadi dalam waktu yang panjang dan berisiko terhadap kematian (Depkes RI, 2006). Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pemberian MP-ASI secara umumnya antara lain pengetahuan yang dimiliki ibu itu sendiri serta masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemberian MP-ASI yang benar. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui kuisioner pada ibu balita tanggal 5 April 2010 di Desa Klitih. Dari 15 ibu yang memiliki bayi usia 6-8 bulan, didapat 1 ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai MP-ASI, 2 ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai MP-ASI, serta 13 ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai MP- ASI. Berdasarkan uraian data di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Pada Bayi Usia 6-8 Bulan di Desa Klitih Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. "
4 B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-8 bulan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-8 bulan 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan Ibu Bayi usia 6-8 bulan tentang makanan pendamping ASI b. Mendeskripsikan pemberian MP-ASI yang diberikan pada bayi usia 6-8 bulan c. Menjelaskan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI yang diberikan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Untuk memberikan tambahan referensi tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-8 bulan, serta sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan metodologi penelitian.
5 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Desa Sebagai bahan masukan bagi Desa Klitih Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak, tentang hubungan pengetahuan ibu dalam memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-8 bulan di Desa Klitih Kecamatan Karangtengah Kabupaten Demak. b. Bagi Peneliti Dengan diadakan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan teori penelitian secara langsung dan juga dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi Institusi pendidikan Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan gambaran serta informasi bagi penelitian selanjutnya. d. Bagi ibu Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengetahui pemahaman ibu tentang makanan pendamping ASI bagi bayi usia 6-8 bulan.
6