BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

GAMBARAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TENTANG PHBS DI DESA TUNGGULO SELATAN KECAMATAN TILONG KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PHBS DI RUMAH TANGGA DENGAN PERILAKU MEROKOK DALAM RUMAH KEPALA RUMAH TANGGA DI DUSUN KARANGNONGKO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diupayakan pencapaiannya oleh pemerintah. Upaya ini sebagai langkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehingga. meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

BAB I PENDAHULUAN. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau diobati dengan akses yang mudah dan intervensi yang terjangkau. Kasus utama

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

Oleh: Aulia Ihsani

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 6 HASIL PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40% - 60% dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan terjadi pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat (Rasmaliah, 2004). ISPA merupakan 10 penyakit utama dan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernapasan akut ini menyebabkan 4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun setiap tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi. Penyakit ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan anak balita. Proporsi kematian yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Proporsi kematian bayi dan balita karena ISPA di dunia sebesar 19% sampai 26% (Elly,

2012). Menurut hasil Riskesdas (2013), ISPA merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita (13,2%) setelah diare (17,2%). Sejak tahun 2007 sampai 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27,71%. Selama kurun waktu tersebut cakupan penemuan ISPA tidak pernah mencapai target nasional, termasuk target tahun 2013 yang sebesar 80%. Pada tahun 2013 tidak ada satupun provinsi yang mencapai target program penemuan ISPA pada balita. Provinsi dengan cakupan penemuan ISPA pada balita tertinggi berturut-turut yaitu Provinsi DKI Jakarta sebesar 73,35%, Nusa Tenggara Barat sebesar 59,24%, dan Jawa Barat sebesar 43,16%. Tiga provinsi dengan cakupan terendah yaitu Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 1,75%, Aceh sebesar 3,84%, dan Sulawesi Utara sebesar 4,19%. Adapun Jawa Tengah cakupan penemuan ISPA pada balita sebesar 23,50% (Kemenkes RI, 2013). Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk menangkal penyakit. Pengetahuan tentang PHBS diperlukan bagi keluarga dalam upaya untuk mengajak dan mendorong kemandirian keluarga untuk berperilaku hidup bersih sehat (Nadesul, 2008 dalam Yuliana, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun (Sumarmo et al, 2008).

PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011). PHBS dikembangkan melalui lima tatanan yaitu tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan fasilitas kesehatan. Terdapat 10 indikator PHBS di keluarga terdiri dari persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes RI, 2011) Berdasarkan data Riskesdas (2013), proporsi nasional keluarga dengan PHBS baik pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2007. Proporsi nasional keluarga PHBS baik pada tahun 2007 adalah sebesar 38,7% dan proporsi nasional keluarga PHBS baik pada tahun 2013 adalah sebesar 32,2%, dengan proporsi tertinggi pada DKI Jakarta (56,8%) dan terendah pada Papua (16,4%). Proporsi keluarga dengan PHBS baik lebih tinggi di perkotaan (41,5%) dibandingkan di perdesaan (22,8%). Terdapat 20 dari 33 provinsi yang masih memiliki keluarga PHBS baik di bawah proporsi nasional.

Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Leksono tahun 2014, ISPA masuk dalam daftar umum sepuluh besar penyakit dan menempati urutan pertama. Jumlah penderita ISPA tercatat mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 1023 kasus dan tahun 2014 sebanyak 1215 kasus. Hasil survei di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo terhadap 20 rumah warga dengan menggunakan indikator PHBS diketahui bahwa 40% rumah warga masih masuk kategori PHBS I, 30% masih masuk katergori PHBS II, 20% masuk kategori PHBS III dan hanya 10% rumah warga yang masuk kategori PHBS IV. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama balita. Balita sangat rentan terhadap berbagai penyakit seperti ISPA karena daya tahan tubuh menurun. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) masih merupakan masalah kesehatan yang penting, karena ISPA (seperti; sinusitis, common cold, influenza, pneumonia) penyebab kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo b. Mengetahui perilaku hidup bersih sehat pada keluarga di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo. c. Mengetahui kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo. d. Menganalisis hubungan antara perilaku hidup bersih sehat pada keluarga dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Wilayah Puskesmas Leksono Wonosobo.

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran secara nyata, memperkuat dan mengembangkan teori yang ada serta menambah wawasan ilmu pengetahuan berkenaan dengan pelaksanaan PHBS dan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang metode penelitian serta dapat memberikan informasi yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga dengan kejadian ISPA pada balita dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah. b. Bagi Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi keluarga untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai cara untuk mencegah timbulnya penyakit terutama ISPA. c. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data masyarakat yang melakukan PHBS serta bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah kesehatan mengenai pencegahan penyakit dan sebagai bahan informasi dalam mengoptimalkan program-program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

d. Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak referensi tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan sebagai acuan penelitian selanjutnya. e. Bagi Profesi Keperawatan Penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan pada keluarga tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya untuk pencegahan penyakit dan diharapkan perawat menjadi change agent dalam masyarakat untuk merubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti, selama ini belum ada penelitian yang serupa ataupun sama dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang hubungan antara PHBS pada keluarga dengan kejadian ISPA pada balita. Adapun penelitian yang hampir serupa yang pernah dilakukan yaitu : 1. Napu (2012), Gambaran Perilaku Kepala Keluarga Tentang PHBS di Desa Tunggulo Selatan Kecamatan Tilong Kabila Kabupaten Bone Bolanggo. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 indikator PHBS 3 indikator yang dijalankan, diantaranya pemberian ASI Eksklusif, aktif di posyandu dan menggunakan air bersih. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang PHBS masih sangat rendah yakni terdapat 88,4%, sikap

masyarakat tentang PHBS tergolong baik (55,7%) dan untuk praktik/tindakan masyarakat tentang indikator PHBS masih kurang karena hanya terdapat 12,5%. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data. Sedangkan untuk persamaannya adalah samasama meneliti tentang PHBS pada keluarga 2. Kusumawati (2011), Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1-3 Tahun di Desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada karakteristik responden, tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SMA (55,3 %), dan terendah adalah SD (8,5 %). Pada usia ibu yang resiko tinggi (usia < 20 tahun dan > 30 tahun) (23,4 %), sedangkan resiko rendah (20-30 tahun) (76,6 %). Pada kategori pekerjaan, ibu yang tidak bekerja (78,7 %), sedangkan yang tidak bekerja (21,3 %). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare dengan p value 0,025. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data dan variabel penelitiannya. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang PHBS pada keluarga. 3. Utomo (2011), Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Dengan Frekuensi Sakit di Dusun Sempu Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional berdesain cross-sectional.

Sampel yang digunakan adalah rumah tangga yang beranggotakan keluarga inti saja (ayah, ibu dan dua anak) berjumlah 34 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang kuat antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga dengan frekuensi sakit di Dusun Sempu Desa Cowek Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data dan variabel penelitiannya. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang PHBS pada keluarga. 4. Lindawati (2011) tentang pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Desa Penusupan Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal. Jenis penelitian observasional dengan metode penelitian cross sectional. Populasi 810 keluarga yang mempunyai balita. Sampel adalah 72 keluarga dengan teknik purposive sampling. Analisis data dalam penelitian dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keluarga yang mempunyai balita terkena ISPA masuk kategori klasifikasi III yaitu sebanyak 24 orang (66,7%). Sedangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada yang tidak terkena ISPA masuk kategori klasifikasi III yaitu sebanyak 33 orang (91,7%). Hasil analisa bivariat menunjukkan ada pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di Desa Penusupan Kecamatan Pangkah

Kabupaten Tegal. Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan, metode pengumpulan data dan analisa data yang digunakan. Sedangkan untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang PHBS pada keluarga dan kejadian ISPA.