BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Luar Sekolah Sihombing (dalam, Jurnal Ilmiah Visi, Vol 2 Desember 2010: 137) pendidikan luar sekolah merupakan usaha sadar yang diarahkan untuk menyiapkan; meningkatkan; dan mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang dengan mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber yang ada di lingkungan. Pendidikan Luar Sekolah merupakan salah satu dari sistem pendidikan nasional. Ruang lingkupnya sangat luas dan kompleks. Secara sederhana pendidikan luar sekolah (PLS) dapat diartikan sebagai setiap usaha pendidikan dalam arti luas yang padanya terdapat komunikasi yang teratur dan terarah, diselenggarakan di luar sekolah sehingga seseorang atau sekelompok orang memperoleh informasi tentang pengetahuan, latihan dan bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang memungkinkan baginya untuk menjadi peserta yang lebih efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaannya, lingkungan masyarakat dan bahkan lingkungan negara. Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan Pendidikan Luar Sekolah dilakukan secara terprogram, terencana, dilakukan secara mandiri ataupun 6
7 merupakan bagian pendidikan yang lebih luas untuk melayani peserta didik dengan tujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan seoptimal mungkin serta untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Adapun Fungsi Pendidikan Luar Sekolah sebagai subsistem pendidikan nasional adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan nilai-nilai rohani dan jasmaniah peserta didik (warga belajar) atas dasar potensi-potensi yang dimiliki oleh mereka sehingga terwujud insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki semangat juang, loyal, serta mencintai tanah air, masyarakat, bangsa dan negara. b. Untuk mengembangkan cipta, rasa dan karsa peserta didik agar mereka mampu memahami lingkungan, bertindak kreatif dan dapat mengaktualisasikan diri. c. Untuk membantu peserta didik dalam membentuk dan menafsirkan pengalaman mereka, mengembangkan kerjasama, dan pastisipasi aktif mereka dalam memenuhi kebutuhan bersama dan kebutuhan masyarakat. d. Untuk mengembangkan cara berfikir dan bertindak kritis terhadap dan di dalam lingkungannya, serta untuk memiliki kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, walaupun dalam bentuknya yang paling sederhana, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi penghidupan dan kehidupan dirinya dan masyarakat. e. Untuk mengembangkan sikap moral, tanggung jawab sosial, pelestarian nilainilai budaya, serta keterlibatan diri peserta didik dalam perubahan masyarakat
8 dengan berorientasi ke masa depan (http://lilianapls10.blogspot.com Akses, 11 Agustus 2012). Lebih lanjut dalam Jurnal Visi (Desember, 2010: 137) dikemukakan beberapa karakteristik pendidikan luar sekolah sebagai berikut: 1. Pendidikan Luar Sekolah sebagai pengganti dari pendidikan sekolah, seperti: Kejar Paket A, B dan C 2. Pendidikan luar sekolah dianggap sebagai supplement pendidikan sekolah,seperti privat, les dan training. 3. Pendidikan Luar Sekolah sebagai complement dari pendidikan sekolah, seperti kursus, try out dan pelatihan. Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah sebuah usaha sadar yang diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia baik dalam bentuk pengganti pendidikan sekolah, supplement pendidikan dan complement pendidikan sekolah. Selanjutnya tujuan diadakannya Pendidikan Luar Sekolah adalah melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mancari nafkah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
9 2.2 Hakikat Pendidikan dan Pelatihan Komputer 2.1.1 Pendidikan dan Pelatihan Menurut Gomes (1997 : 197) dalam (http://jurnal-sdm.blogspot.com, Akses 9 September 2012). Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan tujuan para pekerja secara perorangan. Sementara menurut Gary Dessler adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Sedangkan menurut John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323), pelatihan merupakan Serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan ketrampilan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia perhotelan. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya. (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com, Akses 9 September 2012). Payaman Simanjuntak (dalam, http://teorionline.wordpress.com, Akses 08 September 2012). mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan
10 dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja. Dalam sumber yang sama Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya. (dalam, http://teorionline.wordpress.com, Akses 08 September 2012). Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan pelatihan adalah peningkatan kemampuan keterampilan spesifik ssseorang agar berhasil dalam pekerjaannya, atau siap memasuki dunia kerjanya. Adapun pelatihan yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah proses pemberian bekal pengetahuan dan keterampilan spesifik kepada warga belajar untuk menguasi keterampilan dasar yang dibutuhkannya dalam menjalankan pekerjaannya baik secara mandiri maupun sebagai pekerja.
11 2.1.2 Pelatihan Komputer Pelatihan sebagaimana definisi di atas merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan sumber daya manusia melalui rangkaian kegiatan identifikasi, pengkajian serta proses belajar yang terencana. Pelatihan hal ini dilakukan melalui upaya untuk membantu mengembangkan kemampuan-kemampuan utama yang diperlukan agar dapat melaksanakan pekerjaan, baik sekarang maupun masa yang akan datang. Sementara yang dimaksudkan dengan pelatihan Komputer adalah suatu kegiatan yang dirancang untuk mengembangkan sumber daya manusia dengan bekal pengetahuan dan keterampilan Komputer agar peserta didik dapat melaksanakan pekerjaannya baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Kebutuhan terhadap lembaga pendidikan dan pelatian computer menjadi begitu penting seiring dengan perkembangan teknologi yang menuntut penyelesaian suatu pekerjaan yang cepat, tepat dan akurat serta efektif dan efesien. Keberadaan komputeri mau tidak mau bagi kalangan dunia bisnis, pendidikan, kesehatan dan berbagai bidang lainnya, cepat atau lambat mesti beralih pada administrasi dan pengolahan data elektronik tersebut. Walau komputer merupakan alat bantu kerja yang canggih dan serba bisa namun tanpa brainware yang handal komputer hanya akan merupakan seonggok mesin yang tak berguna yang hanya akan mempersempit meja serta
12 ruang kerja saja. Mengoperasikan komputer tidak segampang menggunakan mesin ketik walau mempunyai tuts atau tombol yang hampir sama. Mengoperasikan komputer memerlukan keahlian dan penguasaan bahasa dan istilah tertentu yang dipakai pada dunia komputer. Komputer tidak mungkin dapat digunakan dengan maksimal hanya oleh seseorang yang hanya pandai mengetik.( http://odsnaga.blogspot.com, Akses, 12 Juli 2012). Dalam kaitan inilah lembaga kursus Merupakan Aletrnatif yang Paling Efektif. Dengan perkembangan yang sangat pesat dalam penggunaan komputer di dunia bisnis dan berbagai kehidupan, jelas akan menuntut dibutuhkannya tenaga-tenaga operator komputer yang handal. Ada beberapa alternatif yang pada umumnya dilakukan untuk mengatasi kebutuhan tenaga operator komputer. a. Pentingnya Kursus Komputer Kursus telah membuktikan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan belajar masyarakat dan dengan pesatnya pertumbuhan jumlah kursus dewasa ini dapat diyakini bahwa kursus telah mendapat tempat di masyarakat, hal ini karena sistem atau program pembelajaran kursus sangat fleksibel dan kursus dapat melayani semua lapisan dan aneka ragam kebutuhan masyarakat, di sisi lain hasil pendidikannya langsung dapat dimanfaatkan di dalam kehidupan sehari-hari. Kursus sebagai salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan luar sekolah memiliki tugas keseimbangan untuk merealisasikan tujuan
13 pendidikan luar sekolah seperti yang ditetapkan pada Peratunan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah, pasal 2 ayat 1 yaitu Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin serta sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b. Tujuan Kursus Komputer Tiap program tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai, demikian halnya dengan pendidikan kursus komputer yang banyak diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan masyarakat di berbagai tempat. Kursus komputer jelas mempunyai tujuan yang jelas dan terarah, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup bagi masyarakat. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggara kursus komputer antara lain di antaranya : 1. Melayani warga masyarakat/belajar yang ingin menambah pengetahuan dan keterampilan komputer. 2. Membina warga masyarakat agar memiliki pengetahuan keterampilan komputer dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan dirinya bekerja mancari nafkah demi meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 3. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat khusunya dalam keterampilan komputer yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah. (Peraturan Pemerintah RI No. 73, Bab II Pasal 3)
14 4. Menyediakan tenaga terampil dan siap pakai khusunya dalam bidang komputer yang dewasa ini banyak sekali dibutuhkan oleh perusahaanperusahaan atau oleh intansi-intansi baik swasta atupun intansi pemerintah. 5. Mengantisipasi salah satu dari tantangan yang dihadapi oleh para siswa adalah menjadi pekerja yang bermutu. Kemampuan berbicara dalam bahasa asing dan kemahiran komputer merupakan dua kriteria utama yang pada umumnya diajukan sebagai syarat untuk memasuki lapangan kerja di Indonesia. (http://e-pendidikan.com/comp.html, Akses 12 Juli 2012). 2.2 Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Penyelenggaraan sebagaimana tertuang dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar selenggara yang kemudian beroleh imbuhan dan akhiran. Bila ditelusuri hakikat penyelenggaraan adalah identik dengan kata menyelenggarakan yang berarti mengurus dan mengusahakan (2005: 1019). Sementera yang dimaksud dengan penyelenggaraan adalah, proses, cara, perbuatan menyelenggarakan dalam berbagai arti (2005: 1020). Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan penyelenggaraan adalah proses atau perbuatan menyelenggarakan ataupun mengusahakan seperti mengusahakan pendidikan dan pelatihan agar berjalan sesuai dengan rencana dan memiliki dampak yang baik.
15 Apabila dikaitkan antara penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang berdampak positif terhadap masyarakat maka konsep penyelenggaraan pendidikan harus dapat memberikan nilai-nilai efektifitas bagi pelaksanaan proses dan kegiatan pendidikan dan pelatihan. Penyelenggaraan sebuah pendidikan non formal setidaknya dapat dilihat dari dua komponen yaitu tingkat efektivitas dan efisiensi sebuah pelaksanaan program. Sehubungan dengan hal tersebut efektivitas dalam Kamus Bahasa Indonesia (2005: 284) berasal dari kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya atau dapat membawa hasil; berhasil guna. Sementara yang dimaksudkan dengan efektivitas adalah hal yang berkenaan dengan perbuatan atau penyelenggaraan yang efektif. Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan efektivitas perbuatan yang membawa hasil, yang didasarkan pada kemampuan memilih sasaran dengan benar dan tepat. Selanjutnya dalam Kamus Bahasa Indonesia efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu tidak (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya), atau mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna, (2005: 284). Penyelenggaraan sebuah pendidikan dan pelatihan setidaknya harus mampu mencerminkan nilai-nilai efektivitas dan efisiensi. Malik (2010: 169) mengemukakan bahwa efisiensi menunjukkan banyaknya input atau sumber yang diperlukan oleh organisasi untuk menghasilkan satu satuan output. Karena itu, efisiensi dapat diukur sebagai rasio input terhadap output.
16 Dibandingkan dengan efisiensi, yang ditentukan oleh hubungan antara input dan output, efektifitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut. Karena baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasikan, efektifitas cenderung dinyatakan dalam istilah-istilah yang subjektif dan nonanalitis. Efisiensi dan efektifitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung jawab harus efektif dan efisien, dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efisien, tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang memadai pada pencapaian cita-cita organisasi, maka pusat tanggung jawab tersebut tidaklah efektif. Secara ringkas suatu pusat tanggung jawab akan bersifat efisien jika melakukan sesuatu dengan tepat, dan akan bersifat efektif jika melakukan hal-hal yang tepat. Berdasarkan uraian di atas maka efektivitas pendidikan dan pelatihan berhubungan dengan perbuatan yang membawa hasil, yang didasarkan pada keberhasilan peserta didik dalam menguasai keterampilan yang diajarkan dalam pendidikan dan pelatihan yang kemudian keberhasilan ini dapat mengantarkan peserta didik memperoleh pekerjaan atau menciptakan lapangan pekerjaan.
17 Selanjutnya yang dimaksudkan dengan efektivitas program pendidikan dan pelatihan adalah keberhasilan lembaga pendidikan keterampilan dalam menciptakan peserta didik yang mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan Komputer yang kemudian berujung pada terterimanya peserta didik pada dunia kerja atau peserta didik mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya maupun bagi masyarakat lainnya. Berdasarkan uraian di atas setidaknya program yang efektif meliputi tiga komponen yaitu: 1) input, (manusia/peserta didik dan pelatih, materi pelatihan, dan peralatan), 2) Proses (pelatihan) dan 3) output (hasil kerja, capaian). Dalam kajian ini, untuk menilai sebuah lembaga Pendidikan Keterampilan (LPK) memiliki sebuah visi dan program strategis khususnya dalam dunia pendidikan luar sekolah, Edy Suharto (2006: 18) mengemukakan empat parameter yang dsebut FIT-V sebagai kepanjangan dari Factor, impact, Trend dan value. Selanjutnya keempat indicator tersebut akan diulas berikut ini: 1. Factor (faktor) apakah program LPK memiliki nilai causally accountable, yang berarti apakah program LPK merupakan faktor penentu yang mampu mengatasi masalah public yang menyangkut orang banyak? 2. Impact (dampak): apakah program LPK memiliki nilai socially and economically profitable? Artinya apakah program ini bermanfaat atau berdampak pada peningkatan kesejahteraan public?
18 3. Trend (kecenderungan): apakah program LPK memiliki nilai globally and nationally visible? Apakah program LPK sejalan dengan kecenderungan global dan nasional? 4. Value (nilai): Apakah program LPK memiliki nilai culturally acceptable? Apakah program LPK sesuai dengan nilai-nilai dan harapan-harapan cultural yang berkembang di masyarakat? Selanjutnya perhatikan parameter alur efektivitas program strategis LPK sebagai berikut: Bagan 1: Alur Program Strategis LPK Nilai Faktor Program Strategis LPK Kecendrungan Dampak Suharto, (2006: 19)
19 Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikemukakan bahwa sebuah penyelenggaraan program LPK, Komputer dalam satuan pendidikan luar sekolah setidaknya dapat diukur keberhasilan dan kebermaknaannya di masyarakat sebagai sebuah dampak program dari 4 indikator strategis di atas, yang kemudian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. LPK harus merupakan faktor penentu yang mampu mengatasi masalah public yang menyangkut orang banyak, dalam hal ini pemberian keterampilan kerja sehingga mampu memberikan penyerapan tenaga pada sector-sektor usaha dan public setidaknya di tingkat daerah 2. Program LPK memiliki nilai manfaat atau berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setelah mengikuti program pendidikan dan pelatihan 3. Program LPK memiliki kencenderungan yang sejalan dengan kecenderungan global dan nasional dalam hal ini, program yang ditawarkan mengikuti kecenderungan dan kebutuhan global dan nasional dalam dunia kerja 4. Program LPK sesuai dengan nilai kebudayaan dan harapan-harapan yang berkembang di masyarakat. 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Memperhatikan uraian-uraian teori di atas maka kerangka pikir penelitian dapat
20 digambarkan berikut ini: Bagan: 2. Kerangka Pikir Faktor Penyelenggaraan Program LPK (Strategi penyelenggaran) Dampak Kecenderungan Nilai Kerangka pikir penelitian di atas selanjutnya dapat dijelaskan bahwa Untuk menilai efektivitas program LPK Isnun Komputer menggunakan parameter nilai kestrategisan sebuah program, dengan komponen faktor, dampak, kecenderungan dan nilai. Faktor; LPK harus merupakan faktor penentu yang mampu mengatasi masalah public, dengan sub komponen: a) LPK mampu memberikan keterampilan kerja yang memadai; b) LPK mampu menempatkan dirinya sebagai sebuah lembaga yang dibutuhkan masyarakat; dan c) ketiadaan LPK dapat menjadi sebuah hambatan terhadap upaya penciptaan sumber daya terampil yang siap mengisi lapangan kerja;
21 Dampak: Program LPK memiliki nilai manfaat atau berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat setelah mengikuti program pendidikan dan pelatihan, dengan sub komponen a) tamatan terserap pada dunia kerja, b) tamatan mampu menjadi anggota masyarakat mandiri; c) tamatan dapat menciptakan kesejahteraan bagi diri dan keluarganya. Kecenderungan: Program LPK memiliki kencenderungan yang sejalan dengan kecenderungan global dan nasional dalam hal ini, program yang ditawarkan mengikuti kecenderungan dan kebutuhan global dan nasional dalam dunia kerja, dengan sub komponen; a) tamatan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja; b) tamatan mampu mengikuti kecenderungan kebutuhan dunia kerja ditingkat daerah; c) tamatan mampu mengikuti kecenderungan kebutuhan dunia kerja ditingkat nasional. Nilai, bahwa program LPK sesuai dengan nilai kebudayaan dan harapanharapan yang berkembang di masyarakat. Sub komponennya adalah, a) Tamatan memiliki nilai perilaku yang mencerminkan kebudayaan masyarakatnya, b) tamatan mampu bersikap profesionalisme dalam dunia kerjanya; dan c) tamatan mampu memenuhi kebutuhan mendasar dari dunia kerja di tingkat daerah.