I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri yang mengalami pertumbuhan paling cepat di dunia. Menurut laporan yang dikeluarkan Badan Pariwisata Dunia (United Nation World Tourism Organization-UNWTO) bahwa pada tahun 1999 terdapat 663 juta wisatawan internasional, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 4,1% per tahun. Pada tahun 2005 angka tersebut mengalami kenaikan mendekati 800 juta orang. Bila kondisi stabil diperkirakan tahun 2010 mendatang angka tersebut meningkat menjadi satu milyar orang (Damanik, 2007). Jumlah Wisatawan 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2010 2020 Tahun Juta Keterangan : Perkembangan wisata dunia menurut UNWTO Sumber : UNWTO dalam Ardika, 2007 Gambar 1. Grafik Perkembangan Wisata Dunia Menurut UNWTO Salah satu ciri perkembangan industri pariwisata adalah semakin besarnya segmen pasar ekowisatawan. Segmen pasar ini merupakan kelompok yang sangat menikmati atraksi berbasis alam dan memiliki preferensi perjalanan wisata berbentuk wisata minat khusus (individual/small group tourism). Kelompok wisata ini mempunyai ciri khas dan memiliki motif yang sangat kental dengan
hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti ekspresi diri, aktualisasi diri, pengayaan pengalaman, kontak sosial yang lebih dalam dan sebagainya. Mereka cenderung meninggalkan produk-produk wisata standar berskala massal dan beralih menuju produk-produk unik yang beragam dan bermutu tinggi (Weiler dan Hall, 1992 dalam Damanik, 2007). Salah satu alasan meninggalkan bentuk wisata massal adalah bosan dengan kawasan-kawasan wisata yang telah mapan atau tempat yang konsentrasi wisatawannya sangat tinggi, kemudian mencari tempat yang menonjolkan keaslian dan keunikan lokal. Pada awalnya perubahan minat kepariwisataan ini dipelopori oleh wisatawan asal negara maju atau negara-negara industri, dimana telah terjadinya pengurasan sumberdaya yang berlebih dan kerusakan lingkungan di hampir seluruh dunia sehingga kepariwisataan alam mengalami perkembangan yang meningkat (Fandeli, 2002). Wisatawan mancanegara yang berasal dari negaranegara industri dan wisatawan domestik yang umumnya berasal dari kota menginginkan pengalaman dan suasana baru yang masih jauh dari kebisingan kota dan polusi udara, seperti mengunjungi daerah pedalaman atau desa-desa. Wisatawan ini menamakan dirinya ecotourist, sebab segmen ini berpihak pada konservasi lingkungan alam dan kelestarian budaya. Kegiatan ekowisata telah diselenggarakan oleh beberapa negara seperti Taman Nasional Kina Balu di Malaysia, Kruger National Park di Afrika Selatan, Yosemite di Amerika Serikat dan Peak District di Inggris menunjukkan bahwa ekowisata mendapat sambutan yang penting. Para pengelola di lokasi wisata tersebut telah mulai memberikan perhatian pada pengunjung. Konsep-konsep mengenai motivasi dan kepuasan pengunjung mulai mendapatkan perhatian dan 2
pola pikir pemimpin pemasaran (Fandeli dan Mukhlison, 2000). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Meng et al. (2008), bahwa pada era persaingan yang semakin meningkat dan dalam memenuhi pasar wisata, kepuasan pengunjung merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan daya tarik tujuan wisata, menarik perhatian yang lebih besar agar mau mengkonsumsi produk/jasa sehingga akan menguntungkan bisnis, memberikan penghasilan yang cukup besar bagi perusahaan dan menciptakan kesetiaan konsumen. Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki kenekaragaman hayati tertinggi di dunia, sehingga dikenal sebagai Negara megabiodiversitas kedua terbesar di dunia setelah Brazil (Fandeli, 2002). Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia mencapai 95 persen dari seluruh kekayaan alam yang ada di dunia. Kekayaan alam tersebut terdiri dari 10 persen jenis tumbuhan berbunga, 12 persen binatang menyusui, 16 persen reptilia dan amfibia, 17 persen burung, 25 persen ikan dan 15 persen serangga. Disamping itu di Indonesia terdapat lebih dari 49 jenis ekosistem yang berbeda, baik yang alami maupun buatan. Kekayaan alam tersebut mempunyai potensi yang sangat besar bagi pengembangan ekowisata di kawasan hutan tropika. Bahkan, di beberapa lokasi telah dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata dan merupakan obyek wisata yang banyak diminati para pengunjung domestik maupun mancanegara. Saat ini perkembangan ekowisata di Indonesia masih dalam taraf awal namun diprediksi akan lebih maju lagi, apabila mengingat Indonesia memiliki kekayaan potensi alamnya (Wisnubudi et al., 2005). Kekayaan potensi alam inilah yang dimiliki Taman Nasional hingga dikembangkan menjadi bisnis ekowisata. Beberapa Taman Nasional yang telah dikembangkan menjadi kegiatan pariwisata 3
di daerah konservasi seperti di Taman Nasional (TN) Gunung Rinjani, TN Way Kambas, TN Kerinci Seblat, TN Pulau Komodo dan TN Gunung Halimun Salak (TNGHS). Atas prakarsa manajemen Unit Pelaksana Teknis (UPT) kawasan tersebut telah dikembangkan kegiatan pariwisata bekerjasama dengan masyarakat setempat maupun melalui bantuan teknik dari Negara donor atau oleh lembaga swadaya masyarakat. Selain mengambil tempat di kawasan pelestarian alam, terdapat sejumlah desa yang menyelenggarakan kegiatan ekowisata, yaitu Desa Wisata Candirejo yang terletak di kawasan Taman Wisata Borobudur. Walaupun perkembangan ekowisata di Indonesia masih dalam taraf awal, namun sudah ada kecenderungan wisatawan untuk datang mengunjungi daerahdaerah konservasi yang menyelenggarakan produk ekowisata di Taman Nasional. Seperti halnya kegiatan ekowisata yang diselenggarakan oleh TNGHS. Taman Nasional ini memiliki kekayaan hutan hujan tropis yang terluas di Pulau Jawa. Potensi kekayaan alamnya meliputi beraneka ragam flora dan fauna. Berbagai satwa seperti owa, lutung, kera surili, babi hutan, macan tutul, elang dan sebagainya masih menghuni kawasan ini. Disamping itu, TNGHS memiliki bentang alam yang menarik untuk obyek wisata, yaitu air terjun, bumi perkemahan, kondisi alam, dan budaya masyarakat adat setempat (Mahmudi, 2003). Area ekowisata TNGHS berada di lokasi yang jauh dari keramaian dan digemari oleh kelompok usia remaja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahmudi (2003), bahwa mayoritas pengunjung adalah remaja laki-laki berumur 20-25 tahun yang senang berpetualang, membutuhkan kekuatan fisik dan berlatar belakang pendidikan tinggi. 4
Penyelenggaraan kegiatan ekowisata memerlukan adanya tata cara memasuki kawasan yaitu aturan-aturan tertentu yang diperuntukan bagi pengunjung sebelum memasuki kawasan serta peran para interpreter/petugas pemandu yang memiliki kemampuan dan mengusai ilmu ekologi, arkeologi, etika, dan estetika. Sebagai contoh kawasan TNGHS yang memiliki daya tarik wisata berupa sajian flora dan fauna, keanekaragaman ekosistem, situs-situs dan lokasi bernilai sejarah, hasil dari interpretasi tersebut merupakan sumber informasi utama bagi suatu kawasan yang menyajikan atraksi yang unik dan khas serta membawa misi konservasi. Bagi pengunjung wisata, kawasan selain memiliki fungsi rekreasi sekaligus menjadi ajang pendidikan lingkungan, yaitu membantu mereka dalam mengenal, menyadari, memahami, dan menghormati sumber daya alam yang ditemui dan dilihatnya. Namun, kegiatan ekowisata yang dilakukan Taman Nasional belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Demikian halnya kegiatan ekowisata yang diselenggarakan oleh TNGHS. Keterbatasan sarana dan prasarana serta kurang gencarnya promosi paket-paket wisata merupakan salah satu permasalahan dalam kegiatan penyelenggaraan ekowisata. Sehingga, banyak masyarakat yang belum mengenal potensi ekowisata yang diselenggarakan oleh Taman Nasional tersebut. Disamping itu, masih kurangnya kegiatan penelitian yang memberikan perhatian pada wisatawan, khususnya mengenai kepuasan pengunjung. Pada umumnya, wisatawan yang berkunjung ke kawasan ekowisata, selain memiliki keingintahuan dan minat yang besar untuk mengetahui lebih dalam tentang obyek yang akan dikunjunginya juga ingin mendapatkan pelayanan yang baik, seperti 5
fasilitas akomodasi yang aman, sanitasi yang baik, petugas yang ramah dan sebagainya. Memberikan penilaian kepuasan pengunjung terhadap pelayanan ekowisata merupakan proses evaluasi terhadap kinerja pelayanan yang selama ini telah dilakukan. Memberikan kepuasan pada pengunjung merupakan salah satu hal yang penting dalam memasarkan produk ekowisata. Bahkan, memberikan kepuasan pengunjung akan memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan. Pengunjung yang puas akan kembali lagi bahkan akan menceritakan pengalaman tersebut pada orang lain sebagai suatu bentuk promosi yang disebarkan dari mulut ke mulut (Irawan, 2006). Bila melihat data pengunjung ekowisata yang dikeluarkan oleh TNGHS, jumlah pengunjung domestik/wisatawan nusantara mengalami kenaikan sejak awal berdirinya ekowisata, namun jumlah tersebut mengalami penurunan pada tahun 2003 jika dibandingkan tahun 2002. Selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2003, TNGHS menjalin kerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam penyelenggaraan Biodiversity Conservation Project II. Dengan adanya proyek kerjasama tersebut, mengakibatkan tingginya jumlah kunjungan wisatawan nusantara untuk tujuan penelitian. Seiring dengan berakhirnya proyek kerjasama tersebut, mengakibatkan penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2003. Sedangkan, penurunan pengunjung pada tahun 2006 disebabkan banyaknya alternatif ekowisata yang aksesibilitasnya lebih mudah seperti Bodogol di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jika dilihat lebih mendalam penurunan wisatawan tidak hanya jumlah totalnya tetapi juga wisatawan 6
mancanegara, hal ini disebabkan dampak peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2002. Seiring dengan makin berkembangnya para ekowisatawan dan kesadaran untuk mencintai lingkungan alam, jumlah pengunjung domestik/wisatawan nusantara pada tahun 2007 mulai mengalami kenaikan. Peningkatan ini disebabkan sejak tahun 2005 telah terbangun jaringan kerjasama pengembangan ekowisata di Kabupaten Bogor dan Sukabumi yang memungkinkan pemasaran secara terpadu. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 2 disajikan grafik jumlah pengunjung ekowisata TNGHS. Jumlah Pengunjung 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Keterangan : Jumlah Pengunjung Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Sumber : Taman Nasional Gunung Halimun Salak, 2007 Gambar 2. Grafik Jumlah Pengunjung Taman Nasional Gunung Halimun Salak 1.2 Rumusan Masalah Salah satu bisnis yang dimiliki TNGHS adalah bisnis ekowisata. Potensi yang dimiliki Taman Nasional ini adalah keanekaragam hayati flora dan fauna hutan hujan tropis terluas di Pulau Jawa. Keunggulan alam inilah yang menjadikan kawasan ini mulai ramai dikunjungi wisatawan. 7
Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ekowisata pada umumnya memiliki keingintahuan dan minat yang besar untuk mengetahui lebih dalam tentang obyek yang akan dikunjunginya dan ingin mendapatkan pelayanan yang baik. Di dalam memasarkan suatu produk/jasa, salah satunya ditentukan oleh perilaku konsumen pasca pembelian, dimana konsumen akan mengevaluasi apakah barang/jasa yang dibelinya telah memberikan kepuasan ataukah belum Memberikan kepuasan kepada konsumen akan memberikan manfaat pada perusahaan karena akan mengetahui sampai sejauh mana tingkat kepuasan dan kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kepuasan pengunjung terhadap pelayanan ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan pengunjung terhadap pelayanan ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 3. Upaya-upaya apa yang sebaiknya dilakukan oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Menganalisis kepuasan pengunjung terhadap pelayanan ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 8
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen untuk produk ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 3. Merumuskan implikasi manajerial yang terkait dengan peningkatan kualitas untuk kepuasan pengunjung terhadap pelayanan ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan yang bermanfaat dalam menyusun strategi dan peningkatan pelayanan terhadap pengunjung ekowisata. 2. Bagi perorangan, penelitian ini merupakan sarana pengembangan wawasan dan kemampuan analitis terhadap masalah-masalah praktis yang ada khususnya di bidang riset pemasaran. 3. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan studi perbandingan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan berdasarkan dimensi tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Pengukuran kepuasan konsumen ini dilakukan terhadap pengunjung kawasan ekowisata Cikaniki di TNGHS. 9
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB