MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium Terpadu Fakultas Peternakan dan Laboratorium Fisiologi Hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 10 bulan. Materi Hewan Percobaan Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba jantan ekor gemuk berumur 1 tahun sebanyak 12 ekor yang mempunyai rataan bobot badan 23,32 ± 1,68 kg/ekor. Domba jantan ekor gemuk dikelompokkaan berdasarkan bobot badan. Gambar 4. Domba Ekor Gemuk Penelitian Kandang Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang metabolis dengan penggunaan satu kandang ditempati oleh satu ekor domba. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Ransum Ransum yang diberikan kepada ternak berupa ransum komplit. Ransum terdiri dari rumput gajah (RG), sabut kelapa sawit (SSf) fermentasi dan konsentrat. Konsentrat tersusun dari dedak padi, onggok, bungkil kedelai, bungkil kelapa, 19
molases, CPO (crude palm oil), CaCO3, dan premix. Ransum perlakuan berbentuk mash (tepung). Ransum dibedakan menjadi 3 jenis ransum sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Tabel 5. Komposisi Ransum Perlakuan Bahan Pakan (%) R0 R1 R2 Rumput Gajah 30,00 15,00 0,00 SSf 0,00 15,00 30,00 Dedak 10,00 10,00 11,90 Onggok 15,00 18,50 19,00 Bungkil kedelai 14,90 15,00 14,00 Bungkil kelapa 22,00 18,40 16,50 Molases 4,00 4,00 4,50 CPO 3,00 3,00 3,00 CaCO3 1,00 1,00 1,00 Premix 0,10 0,10 0,10 Protein Kasar 16,09 16,05 16,07 Total Digestible Nutrient 73,07 73,60 73,85 Keterangan : Berdasarkan perhitungan formulasi ransum. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat kukus, oven 60 C, cawan petri, plastik ukuran 1 kg, ring bambu berdiameter 3 cm, kapuk, autoclave, spatula, timbangan kecil dengan kapasitas 5 kg, timbangan digital dengan kapasitas 300 gram, sprayer, kipas angin, paranet, bambu ukuran panjang 1,5 m, mesin penggiling, kain kasa, peralatan untuk colleting feses, thermohydrometer, timbangan digital untuk domba, cawan porselin, oven 105 C, dan tanur. Peralatan lainnya adalah tempat pakan dan minum domba, sapu lidi, sekop, tabung vacuum untuk mengambil darah, tabung venoject, venoject protector, termos es, terpal, karung, karung goni, ember, tali dan alat tulis. 20
Prosedur Pengambilan Sabut Kelapa Sawit Sabut kelapa sawit (SS) diambil dari PT. Perkebunan Nusantara VIII, pabrik minyak kelapa sawit PT. Kertajaya, Kecamatan Malingping, Banten. Pengukusan Sabut Kelapa Sawit Salah satu penyebab kurang optimalnya proses fermentasi Pleurotus ostreatus adalah substrat yang tidak memenuhi syarat pertumbuhan jamur. Tingginya kadar lemak atau minyak sisa press biji pada SS menjadi masalah dalam pertumbuhan jamur sehingga pada penelitian ini dilakukan teknik pengukusan. Pengukusan bertujuan untuk meluruhkan sisa-sisa lemak/minyak yang masih menempel di bagian luar SS hasil pemerasan buah kelapa sawit. SS yang digunakan untuk media tumbuh bagi jamur Pleurotus ostreatus dikukus terlebih dahulu selama ± 60 menit. Kemudian dilakukan pengeringan dengan bantuan panas matahari dan oven 60 C selama 24 jam. Pembuatan Rumah Jamur Pembuatan rumah jamur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Perah Fakultas Peternakan IPB. Pembuatan rumah jamur ini disesuaikan dengan keadaan budidaya jamur Pleurotus ostreatus di lapang. Rumah jamur terdiri dari rak-rak bertingkat sebagai tempat inkubasi jamur, ruang untuk inokulasi dan ruang pendinginan. Kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jamur adalah suhu 25-28 ºC dan kelembaban 80%-90%. Untuk mengkondisikan ruangan yang cocok untuk pertumbuhan jamur, maka ruang inkubasi dilengkapi dengan kipas angin yang berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam ruangan, paranet berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya yang masuk ke ruangan dan penggunaan karung goni basah yang bertujuan untuk menjaga suhu dan kelembaban ruangan. Di dalam ruangan juga dilengkapi dengan thermo-hydrometer untuk mengetahui suhu dan kelembaban ruangan. Sebelum digunakan rumah jamur ini disterilisasi dengan menggunakan karbol dan formalin. Pembuatan Media Substrat dan Tahap Fermentasi Jamur Substrat dalam bag log disimpan di ruang inkubasi sampai semua bagian SS di dalam bag log dipenuhi oleh miselium yang ditandai dengan memutihnya seluruh 21
bagian SS. Selama inkubasi tempat tumbuh dijaga tetap sejuk, lembab dan bersih. Miselium memenuhi seluruh media substrat setelah 60 hari berada di ruang inkubasi. Setelah itu, media tumbuh berupa SS fermentasi tersebut dimanfaatkan sebagai pakan sumber serat untuk ternak domba. Bahan Baku (83% SS, 15% dedak halus, 2% kapur) Ditambah air ±43% dari berat bag log dan dicampur homogen Diwadahi dalam plastik polypropylen ukuran 1 kg & dipadatkan Sterilisasi selama 15 menit (suhu 121 o C tekanan 1 atm) Didinginkan selama 24 jam Inokulasi bibit Pleurotus ostreatus (5% dari berat bag log) Pengontrolan kontaminasi Substrat/media tanam jamur Substrat siap diinkubasi Gambar 5. Skema Alur Pembuatan Sabut Kelapa Sawit Fermentasi (SSf) Pembuatan Ransum Sebelum proses pencampuran dilakukan, SSf dan rumput gajah dicacah terlebih dahulu hingga berukuran 1-2 cm lalu dijemur di bawah panas matahari dan dikeringkan pada oven suhu 60 ºC. Kemudian SSf dan rumput gajah yang telah kering, dicampur dengan konsentrat secara homogen menurut persentase penggunaan bahan pakan sesuai perlakuan. Ransum dibuat sesuai kebutuhan domba yaitu 73% TDN dan 16% protein (NRC, 1975). Perlakuan terhadap Ternak Pemeliharaan domba dilakukan selama satu bulan dengan masa adaptasi selama 3 minggu di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Perah Blok A, Fakultas 22
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penimbangan domba dilakukan satu kali dalam seminggu. Jumlah pakan yang diberikan adalah 3% dari bobot hidup domba. Pakan diberikan pada pukul 07.00 WIB dan pada pukul 16.00 WIB. Air minum diberikan ad libitum. Setiap hari dilakukan penimbangan sisa pakan domba. Collecting feses dilakukan 24 jam selama 5 hari di akhir periode pemeliharaan domba. Di bagian bawah kandang metabolis dipasang kain kasa berukuran 2 x 0,9 meter untuk menampung feses yang keluar. Pengambilan Darah Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum perlakuan dimulai dan pada akhir pemeliharaan. Darah diambil dari bagian vena jugularis domba, tepatnya sekitar 1/3 bagian atas leher domba. Sebelumnya, bulu yang berada di daerah leher dipotong untuk memudahkan proses pengambilan darah dan selanjutnya bagian tersebut didesinfeksi menggunakan alkohol 70%. Darah diambil sebanyak 3-5 ml pada masing-masing domba dengan menggunakan 2 tabung venoject yang berbeda. Satu tabung vacuum berisi anti koagulan berupa EDTA digunakan untuk pengukuran profil darah dan satu tabung lagi tanpa antikoagulan digunakan untuk pengukuran kolesterol darah. Penggunaan EDTA adalah 1-2 mg/1 cc darah domba. Semua tabung yang telah berisi darah segera dimasukkan dan disimpan ke dalam termos yang berisi es untuk selanjutnya dibawa ke laboratorium. Pengukuran Performa Domba 1) Konsumsi Berdasakan Bobot Badan (BB) Metabolis Pengukuran konsumsi pakan dilakukan setiap hari selama masa pemeliharaan. Adapun rumus perhitungan konsumsi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) berdasarkan BB metabolis adalah sebagai berikut: Konsumsi BK berdasarkan BB metabolis (g/kg BB 0.75 /hari) = Total pemberian ransum BK Sisa Ransum BK BB akhir 0.75 Konsumsi BO berdasarkan BB metabolis (g/kg BB 0.75 /hari) = Total pemberian ransum BO Sisa Ransum BO BB akhir 0.75 Bobot badan metabolis = Bobot Badan akhir (0.75) 23
2) Pengukuran Nutrien Tercerna Persentase bahan kering (BK) tercerna dan bahan organik (BO) tercerna berdasarkan bobot badan metabolis dihitung dengan rumus : BK tercerna metabolis (g/kg BB 0.75 /hari) = BK konsumsi BK feses (g/ekor/hari) BB 0.75 BO tercerna metabolis (g/kg BB 0.75 /hari) = BO konsumsi BO feses (g/ekor/hari) BB 0.75 Pengukuran Profil Darah 1) Pengukuran Jumlah Eritrosit Sampel darah diambil dengan menggunakan pipet eritrosit sebanyak 2,5 µl. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissu, lalu sebanyak 0,5 ml larutan Hayem dihisap menggunakan pipet tersebut. Fungsi dari larutan Hayem adalah sebagai pengencer yang dapat mempermudah dalam menghitung jumlah eritrosit pada mikroskop. Kemudian pipet diputar dengan membentuk angka 8 selama 3 menit, setelah homogen ujung pipet ditempelkan ke kertas tissu untuk membuang cairan yang tidak terkocok. Setelah itu, sebanyak satu tetes campuran dimasukkan ke dalam homositometer dan pengukuran dilakukan pada mikroskop dengan perbesaran 45 x 10. Jumlah eritrosit yang diperoleh dari hasil perhitungan mikroskop dikalikan 10 4 (Sastradiprajadja dan Hartini, 1989). Jumlah eritrosit = jumlah eritrosit hasil perhitungan x 10 4 2) Pengukuran Kadar Hemoglobin (Metode Cyanmethemoglobin) Pada pengukuran kadar hemoglobin dengan menggunakan Metode Cyanmethemoglobin, pereaksi (reagen) diambil sebanyak 2,5 ml dengan menggunakan pipet volumetrik 5 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian, sebanyak 10 µl sampel darah domba diambil dengan menggunakan mikropipet dan dicampur dengan pereaksi secara homogen. Campuran tersebut dibiarkan selama 3-5 menit dan serapannya dibaca dengan menggunakan spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm dengan pereaksi sebagai blangko. Hasilnya berupa absorban dikalikan dengan 36,8 maka diperoleh nilai Hb (g/%). Hb (g/%) = nilai absorban x 36,8 24
3) Perhitungan Nilai Hematokrit (Packed Cell Volume) Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui volume total eritrosit dalam 100 ml darah. Metode yang digunakan adalah metode mikrohematokrit. Sebanyak 6/7 bagian tabung mikrokapiler diisi dengan darah yang mengandung antikoagulan dan ujung masuknya darah ditutup dengan sumbatan. Kemudian darah dimasukkan ke dalam tabung mikrokapiler untuk disentrifuse yang dilakukan selama 5 menit dengan kecepatan 12.000 rpm. Setelah itu, nilai hematokrit dibaca dengan menggunakan microhematokrit reader. 4) Perhitungan Jumlah Leukosit Sampel darah dihisap dengan menggunakan pipet leukosit sebanyak 10 µl. Ujung pipet dibersihkan dengan menggunakan tissu lalu diambil larutan Turk sebanyak 190 µl. Larutan Turk berfungsi sebagai pengencer. Kemudian pipet diputar dengan membentuk angka 8 selama 3 menit. Setelah homogen, ujung pipet ditempelkan ke kertas tissu agar cairan yang tidak terkocok dapat terbuang, lalu meneteskan satu tetes cairan ke dalam homositometer. Cairan dibiarkan beberapa saat hingga mengendap, lalu perhitungan bias dimulai. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 45 x 10. Hasil perhitungan jumlah leukosit dikalikan 50 untuk mengetahui jumlah leukosit pada setiap mm 3 volume darah (Sastradiprajadja dan Hartini, 1989). Jumlah Leukosit = jumlah leukosit hasil perhitungan x 50 5) Perhitungan Deferensiasi Leukosit Sampel darah domba diteteskan pada gelas objek, lalu darah diusap secara tipis. Ulasan darah tersebut difiksasi ke dalam larutan methanol selama 5 menit. Setelah itu, di keringkan di udara dan dimasukkan ke dalam pewarna Giemsa 10% yang telah diencerkan menggunakan aquadest dengan perbandingan 1 : 9, Selanjutnya, 30 menit kemudian gelas objek tersebut dibilas dengan air dan dikeringkan di udara. Kemudian benda-benda darah putih dapat dihitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 45 x 10. 25
Pengukuran Kadar Kolesterol darah Sampel darah domba yang telah diambil, disentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 4500 rpm. Setelah itu, sebanyak 10 µl sampel diambil dengan menggunakan mikropipet dan dicampurkan dengan 1 ml pereaksi, lalu dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer. Blanko diisi dengan pereaksi. Selanjutnya dinkubasi selama 10 menit pada suhu ruang 25 28 ºC, lalu absorbansi dibaca menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 546 nm. Kolesterol (mg/dl) = x konsentrasi standar kolesterol Perlakuan Rancangan dan Analisis Data Sabut kelapa sawit (SS) yang digunakan sebagai komponen ransum terlebih dahulu difermentasi menggunakan jamur Pleurotus ostreatus selama 60 hari. Ratio hijauan dengan konsentrat dalam penelitian ini adalah sebesar 30% : 70%. Perlakuan ransum yang diuji dalam penelitian ini adalah: R0 = 30 % Rumput Gajah (RG) + 70 % konsentrat; R1 = 15% RG + 15% sabut kelapa sawit fermentasi (SSf) + 70% konsentrat; R2 = 30% SSf + 70% konsentrat. Model Rancangan Desain percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga perlakuan dan empat kelompok ternak dimana ternak yang digunakan adalah domba jantan ekor gemuk. Model rancangan percobaan adalah sebagai berikut : Y j = µ + τ + βj + єij Keterangan : Yij = Nilai variabel hasil pengamatan; µ = Rataan umum; τi = Pengaruh perlakuan pemberian pakan ke-i; βj = Pengaruh kelompok ke-j; єij = Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j; i = Perlakuan (0,1,2,3); j = Kelompok (1,2,3) Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi konsumsi bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) berdasarkan bobot badan metabolis, BK dan BO 26
tercerna metabolis, profil darah sebagai indikator kesehatan/ imunitas dan kadar total kolesterol darah. Analisis Data Data yang diperoleh, diuji dengan analisis sidik ragam dan bila berbeda nyata dilanjutkan dengan uji tukey dan uji polinomial ortogonal. Peubah profil dan kolesterol darah dianalisis secara statistika deskriptif dengan membandingkan keadaan sebelum dan setelah diberi perlakuan. Selanjutnya dilakukan pengujian Korelasi dan Regresi Linear untuk dua peubah yang memiliki korelasi positif (Steel dan Torrie, 1993). 27