BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Anastasia (2003) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEJ. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method. Dari 33 perusahaan property, hanya diambil 13 perusahaan, karena memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 1996 sampai dengan 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER,r) dan resiko sistematik (beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan property secara bersama sama, secara empiris terbukti bahwa hanya variabel book value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan property secara parsial. Wulandari (2005) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Perubahan Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ). Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method, sehingga diperoleh sampel sebanyak 25 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahunn 2003-2005. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa variabel fundamental dan risiko sistematis mempunyai kemampuan dalam menjelaskan variasi perubahan harga saham sebesar 0,112 atau 11,2% dan sisanya sebesar 88,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian ini. Variabel ROA dan DER mempunyai pengaruh secara signifikan
dan positif terhadap perubahan harga saham, sedangkan EPS, NPM, ROE, DPR dan PBV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Risiko sistematik tidak berpengaruh secara signifikan negatif terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2003 sampai dengan 2005. Subiyantoro dan Andreani (2003) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham (Studi Kasus perusahaan jasa perhotelan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Penelitian ini menggunakan variable Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Book Value per Share (BVS), Debt To Equity Ratio (DER), Return saham, Return Bebas Resiko, Resiko Pasar, Return Market. Penelitian ini menghasilkan hubungan antara variable bebas dengan variable terikatnya bersifat relative lemah yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R 2 = 0.434. B. Pengertian Saham Saham merupakan bentuk investasi yang memiliki tingkat keuntungan dan resiko yang tinggi. Dalam waktu singkat dapat memperoleh keuntungan dan nilai pasar saham juga dapat turun dengan cepat sehingga mempertinggi tingkat risiko saham. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Pembagian dividen tergantung pada kondisi perusahaan, bila perusahaan mengalami kerugian maka dividen tidak dibagikan pada tahun
berjalan tersebut. Besarnya dividen disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Meskipun demikian, mungkin saja terjadi pembagian dividen pada investor walaupun emiten dalam keadaan rugi, yang sumber dananya diperoleh dari laba ditahan ataupun melakukan pembayaran dividen dalam bentuk saham. Capital gain yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. Pada saham juga terdapat resiko investasi, yaitu berupa capital loss dan risiko likuidasi. Capital loss merupakan kebalikan dari capital gain, dimana harga jual sahamnya dimiliki dinyatakan bangkrut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut bubar. Dalam hal ini, kewajiban terhadap pemegang saham baru akan dipenuhi setelah kewajiban perusahaan terlunasi. Saham terdiri dari saham preferen (prefered stock), saham biasa ( common stock), saham treasuri (treasury stock) (Jogiyanto,2000:67). Saham preferen (prefered stock) merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberi hasil tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi. Saham preferen mempunyai karakteristik yaitu preferen terhadap dividen dan preferen pada waktu likuidasi. Pada preferen terhadap dividen, pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
Selain itu, saham preferen juga memberi hak dividen kumulatif yaitu hak kepada pemegang saham preferen untuk menerima dividen tahun tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. Preferen pada waktu likuidasi yaitu hak saham preferen untuk menempatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Saham preferen terdiri dari 3 jenis yaitu convertible preferred stock, callable preferred stock, dan foating atau adjustable rate prefered stock. Convertible preferred stock memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Callable preferred stock memberi hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Callable preferred stock memberi hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai tertentu. Adjustable rate preferred stock tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas treasury bill. Jenis ini merupakan inovasi baru di Amerika serikat. Beberapa hak pemegang saham biasa adalah hak menerima pembagian keuntungan, hak preemptive, dan hak klaim sisa. pemilik saham biasa berhak untuk memilih pimpinan perusahaan melalui hak kontrolnya. Hak menerima pembagian keuntungan adalah hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan
lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. C. Penilaian Harga Saham Investor cenderung menilai terlebih dahulu saham saham yang akan dipilih dan selanjutnya menentukan apakah saham tersebut memberikan tingkat return yang sesuai dengan tingkat return yang diharapkan. Menurut Darmaji (2006 :189), penilaian terhadap surat berharga dapat dikelompokkan menjadi : a. Analisis Fundamental, merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indicator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan, seperti pendapatan laba, pertumbuhan penjualan, Return on Equity, Profit Margin untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang. b. Analisis Teknikal, salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham, dimana dalam metode ini, para analis menggunakan data data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham. Menurut Anorga, Pakarti (2006:108), teknik analisis investasi yang paling banyak dipakai adalah analisis fundamental, analisis teknikal, analisis ekonomi, dan analisis rasio keuangan.
a. Analisis Fundamental, analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan yang menyangkut data data historis perusahaan. Karena umumnya harga saham sangat bergantung pada kinerja perusahaan yang bersangkutan. b. Analisis teknikal, analisis yang menggunakan data data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu dengan mengabaikan hal hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan. c. Analisis Ekonomi, analisis yang menggunakan berbagai indikator yang berkaitan dengan kondisi perekonomian, seperti pengenaan pajak, tingkat kesejahteraan masyarakat dan variabel ekonomi lainnya. d. Analisis rasio keuangan, analisis yang didasarkan pada hubungan antar pos dalam laporan keuangan perusahaan yang akan mencerminkan keadaan keuangan serta hasil dari operasional perusahaan. D. Analisis Fundamental Analisis fundamental berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor. Pada umumnya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan bersangkutan (Anoraga dan Pakarti, 2006: 108). Bagi para investor yang melakukan analisis fundamental, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah didapatkan dibandingkan alternatif informasi
lainnya. Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada investor sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa yang telah dicapainya (Tandeilin,2001:232). Menurut Dedhy dan Liliana (2007:8), analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data data fundamental dan faktor faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar, siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat bunga, inflasi, dan sejenisnya. Analisis fundamental merupakan analisis berupa penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Menurut Fakhruddin dan Sopian (2001 : 55), aspek fundamental merupakan faktor faktor yang diidentifikasi dapat memengaruhi harga saham. Faktor faktor tersebut di antaranya : 1. Penjualan 2. Pertumbuhan penjualan 3. Kebijakan dividen 4. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 5. Manajemen 6. Kinerja 7. Statement yang dikeluarkan emiten dan sebagainya
Analisis fundamental sendiri adalah teknik teknik yang mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan dating dengan cara : 1. Mengestimasi nilai faktor faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. 2. Menerapkan hubungan variabel variabel tersebut hingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis teknikal adalah analisis yang lebih menitikberatkan pada pasar itu sendiri untuk memprediksi pola harga di masa mendatang berdasarkan pada pola harga masa lalu, volume, dan open interest. E. Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. a. Rasio Lancar Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek.
2. Rasio Manajemen Aktiva Rasio manajemen aktiva adalah seperangkat rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya a. Rasio perputaran persediaan Rasio perputaran persediaan adalah rasio dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan b. Day Sales Outstanding (DSO) Rasio yang duhitung dengan membagi piutang usaha dengan rata rata penjualan per hari; ini menunjukkan jangka waktu rata rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. c. Rasio perputaran aktiva tetap Rasio perputaran aktiva tetap mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya (pabrik dan peralatan). Hal ini merupakan rasio penjualan terhadap aktiva tetap bersih. d. Rasio perputaran total aktiva Rasio perputaran total aktiva mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aktiva. 3. Rasio Manajemen Utang Rasio manajemen utang, mengukur seberapa besar perusahaan dalam penggunaan pembiayaan dengan utang.
a. Debt Ratio Debt ratio adalah rasio yang mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Rasio total hutang terhadap total aktiva. b. Rasio kelipatan Pembayaran Bunga Rasio kelipatan pembayaran bunga yaitu rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap beban bunga; mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga tahunan. c. Rasio cakupan beban tetap Rasio ini memperluas rasio kelipatan pembayaran bunga untuk mencakup lease jangka panjang tahunan perusahaan dan kewajiban dana pelunasan. 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yaitu rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi. a. Margin laba atas penjualan Rasio ini mengukur laba per satuan mata uang penjualan; rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. b. Basic Earning Power (BEP) Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi; dihitung dengan membagi EBIT dengan total aktiva.
c. Pengembalian Atas Total Aktiva (ROA) Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak. d. Pengembalian Atas Ekuitas Saham Biasa (ROE) Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa; mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. F. Hubungan Variabel terhadap Harga Saham 1. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan perbandingan hutang (jangka panjang dan jangka pendek) dengan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan (pemegang saham) untuk memenuhi kewajibannya. Besarnya hutang yang terdapat dalam struktur modal perusahaan sangat penting untuk memahami perimbangan antara risiko dan laba yang didapat. Hutang membawa risiko, karena setiap hutang pada umumnya akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan dalam bentuk kewajiban membayar bunga beserta cicilan kewajiban pokoknya secara periodik. Debt to Equity Ratio( DER) Total Utang Total Modal Sendiri
2. Return on Assets (ROA) Return On Assets (ROA) dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan penggunaan keseluruhan aktiva perusahan yang dimiliki. Perhitungan rasio ini dapat menggunakan rumus (Abdullah 2005 : 57) : Laba setelah bunga dan pajak Return on Assets ( ROA) x 100% Total Aktiva 3. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari ekuitas yang dimiliki. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Darmadji 2006 : 200) : Return on Equity ROE Laba Bersih Ekuitas x 100% 4. Book Value (BV) Nilai buku (book value) menggambarkan perbandingan total modal (equitas) terhadap jumlah saham. Perusahaan yang mencapai tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya, dapat menyebabkan nilai pasar menjadi jauh melebihi nilai bukunya. Nilai buku dapat dihitung dengan rumus (Darmadji 2006 : 198) : Book Value( BV ) Total Ekuitas Jumlah Saham Beredar
5. Earning Per Share (X 5 ) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham. EPS dihitung dengan rumus (Darmadji 2006:195). EPS Laba bersih Jumlah saham beredar