SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : ISTIADI BUDIYOKO J FAKULTAS KEDOKTERAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang tinggal di Indonesia seperti tuntutan sekolah yang bertambah tinggi,

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI PADA MURID YANG AKTIF DAN TIDAK AKTIF BEROLAHRAGA DI KELAS II SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah distres psikologik atau distres emosional (Stuart, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANGKET UNTUK ORANG TUA / WALI

BAB I PENDAHULUAN. dan berat dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Golant dikutip

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang serba modern dan canggih ini, dimana perkembangan ilmu

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua pun tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman didunia pendidikan yang terus berubah secara signifikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisa Faktor-faktor Peningkatan kebermaknaan Hidup Bagi Abdhi. Dhalem Pondok Pesantren Miftakhul Ulla.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

INTERNATIONAL ISLAMIC BOARDING SCHOOL DI YOGYAKARTA (Penekanan Desain Arsitektur Neovernkular)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Kondisi Kecerdasan Interpersonal Santri Di Pondok. Pesantren Al- Utsmani Winong Gejlig Kajen

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjawab kebutuhan kesehatan masyarakat di Indonesia (KKI, 2012).

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAKNYA UNTUK BELAJAR AL QUR AN DI TAMAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. baik di dunia maupun di Akhirat. Islam mendorong umatnya untuk berilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : ISTIADI BUDIYOKO J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN AL-AZHAR

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekstrakurikuler seperti yang ada di sekolah-sekolah umum, tapi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

2.01. Jumlah Pondok Pesantren dan Tipologinya *) Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah Pontren Berdasarkan Tipe. No. Provinsi PP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. (affective atau mood disorder) yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pedoman Wawancara. A. Kepala Sekolah Islamic Boarding School SMP Muhammadiyah Apa latar belakang ibu membuat progam Islamic Boarding School SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Tidak dipungkiri banyak kasus kekerasan yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses pengembangan, pembentukan, bimbingan dan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: NOERMANITA EKASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KUESIONER AYAH BUNDA CALON SANTRI AL-IHSAN BOARDING SCHOOL (IBS) YAYASAN WAKAF AL-IHSAN RIAU Tahun Pelajaran 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Hal itu

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. langsung akan meningkatkan komitmen terhadap organisasi. Menurut Luthans

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

PENGARUH KOMUNIKASI GURU-SISWA DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X DAN XI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA MURID PUTRA SMA KELAS X ISLAMIC BOARDING SCHOOL (IBS) MTA SURAKARTA YANG PERNAH DAN BELUM PERNAH TINGGAL DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ISTIADI BUDIYOKO J 500 060 034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Depresi adalah suatu gangguan perasaan dengan komponen psikologik, misalnya rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis dan komponen somatik, misalnya: anorexia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan nadi menurun sedikit (Maramis, 2005). Gangguan depresi sering ditemui. Prevalensi selama kehidupan pada wanita 10%- 25% dan pada laki-laki 5%-12%. Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering terjadi pada laki-laki, terutama lelaki usia muda dan usia tua (Amir, 2005). Siswa merupakan bagian penting dari sekolah dan agar tidak terjadi keruwetan dalam melaksanakan kegiatan pengajaran, maka perlu diadakan penelaahan tentang siswa (Susilo, 2007). Sesungguhnya, kehilangan, penyimpangan, ataupun tidak adanya pengetahuan terhadap dasar-dasar pendidikan rumah dan sekolah yang benar (yang dibangun atas prinsip-prinsip akhlak yang benar) merupakan penyebab utama bagi timbulnya dan tumbuhnya akar penyakit kejiwaan pada generasi muda. Di dalam Islam, kita menemukan dasar-dasar yang benar dan wajib dijadikan pijakan oleh para orang tua dan para pendidik. Ini jika mereka sejak awal memang ingin melepaskan diri mereka dari penyakit kejiwaan, sekaligus menjauhkan anak-anak dan generasi muda mereka dari ketergelinciran ke dalam atmosfir penyakit kejiwaan (Syarif, 2003). Pondok pesantren adalah tempat murid-murid (disebut santri) mengaji agama Islam dan sekaligus diasramakan di tempat itu (Kosasih dkk, 2008). Memondokkan para siswa ke pesantren merupakan hal cukup menarik. Untuk menghindari bias modernisasi dan mampu mengubah sikap negative thinking menjadi positive thinking, maka kita harus berusaha untuk meningkatkan kualitas jiwa kita dari 1

2 tingkat yang rendah menuju tingkat yang lebih tinggi. Dalam ajaran Islam memiliki ajaran-ajaran yang bertujuan untuk membantu seseorang bagaimana caranya seseorang bisa memelihara dan meningkatkan kesucian jiwanya atau fitrah-fitrahnya sehingga dengan begitu ia merasa damai dan mampu menciptakan suasana religius dan agamis di mana pun ia berada (Muhaimin dkk, 2002). Dari studi pendahulu yang saya lakukan melalui wawancara dengan Kepala IBS MTA Surakarta, diperoleh data bahwa Islamic Boarding School MTA merupakan asrama Islam sekolah yang setara atau sama dengan pondok pesantren. Semua santri/murid yang berada di dalamnya adalah murid SMA MTA Surakarta dengan jumlah keseluruhan berkisar 290 santri yang mempunyai latar belakang berbedabeda. Untuk murid kelas X SMA berjumlah sekitar 110 orang. Pada murid kelas X mempunyai jumlah santri yang semasa SMP/SLTA-nya pernah tinggal di pondok pesantren sekitar 45% sedangkan untuk santri yang semasa SMP/SLTA-nya belum pernah tinggal di pondok pesantren sekitar 55%. Mereka semua berasal dari berbagai daerah baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa. Dalam keseharian santri IBS mempunyai berbagai masalah pribadi yang nampak dalam aktivitasnya, yaitu adanya depresi. Depresi ini biasa terjadi pada murid/santri kelas X yang latar belakang sebelumnya belum pernah tinggal di pondok pesantren yaitu sekitar 10% dari total jumlah murid kelas X. Hal ini dikarenakan mereka masih asing dengan lingkungan pondok pesantren (Personal Komunikasi, 4 November 2010). Permasalahan dalam memilih pendidikan pesantren secara sederhana bisa kita lihat dari rendahnya minat para orang tua untuk menyerahkan masa depan pendidikan anak-anaknya ke madrasah atau pesantren (notaben Islam). Biasanya mereka tidak menjadikan lembaga-lembaga tersebut sebagai alternatif utama untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Kalaupun akhirnya mereka masuk bersekolah di madrasah, pesantren ataupun sekolah Islam biasanya itu dilakukan karena terpaksa (karena tidak lulus di sekolah umum, misalnya). Ironi sekali, sebagai bangsa dengan mayoritas Islam, rupanya tidak menjadikan pendidikan Islam sebagai sandaran utama dalam upaya pengembangan pendidikan bermutu di Indonesia (Efendi, 2008).

3 Sebagian pesantren mampu bersaing dengan sekolah negeri baik di bawah Diknas maupun Depag. Sebagian para santri menguasai dan punya prestasi yang lebih unggul dari siswa-siswi di sekolah yang bukan pesantren. Mereka mampu bersaing dalam mata pelajaran umum dan agama. Di samping itu, mereka punya nilai plus menguasai ilmu-ilmu agama yang lebih dari siswa lainnya (Bakhtiar, 2009). Lembaga pendidikan Islam terdiri dari pesantren, madrasah dan sekolah Islam. Ketiga institusi pendidikan di atas memiliki nama yang berbeda, akan tetapi memiliki pemahaman yang sama baik secara fungsional dan substansional. Secara fungsional ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagai wadah untuk menggembleng mental, moral dan spiritual generasi muda dan anak-anak untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Sedangkan secara substansial dapat dikatakan bahwa ketiga institusi tersebut merupakan panggilan jiwa spiritual seorang kyai, ustadz, guru yang tidak semata-mata didasari oleh motif materiil, tetapi sebagai pengabdian kepada Allah. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu mendekatkan diri kepada Allah, bukan semata-mata untuk pangkat maupun bermegah-megahan (Ihsan dkk, 2007). B. Perumusan Masalah Dari hasil uraian latar belakang di atas, di rumuskan permasalahan apakah ada perbedaan tingkat depresi antara murid putra SMA kelas X Islamic Boarding School (IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok pesantren. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat depresi antara murid putra SMA kelas X Islamic Boarding School (IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok pesantren.

4 2. Tujuan Khusus Mengetahui tingkat depresi antara murid putra SMA kelas X Islamic Boarding School (IBS) MTA Surakarta yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok pesantren. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah ilmu Kedokteran Jiwa tentang perbedaan tingkat depresi pada murid putra SMA kelas X yang pernah dan belum pernah tinggal di pondok pesantren. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai tindakan preventif pada murid yang terkena depresi berupa konseling, nasehat serta dorongan kepada anggota kedua kelompok sampel. b. Sebagai tambahan ilmu bagi pihak PONPES dalam membimbing anak didiknya menjadi lebih baik.