BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN FREKUENSI TERJADINYA DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAJAH I KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak terjadi pada masa balita. Masa balita merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian Gastroentritis pada balita usia 1 3 tahun di RS Adi Husada Kapasari Surabaya

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun tetapi di beberapa tempat terjadi lebih dari 9 kali kejadian diare per tahun (Soebagyo, 2008). Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik laki laki maupun perempuan, penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia, anak-anak menderita lebih dari 12 kali diare per tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian (Depkes, 2010). Diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak (Widjaja, 2002). Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 2005). Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Diare dapat menyerang semua usia baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Akan tetapi pada kasus diare berat dengan kematian lebih sering terjadi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir dkk, 2006). Masyarakat perlu memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare diantaranya umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, tingkat pengetahuan ibu, perilaku mencuci tangan ibu, hygiene dan sanitasi 1

(meliputi kualitas sumber air dan kebersihan jamban), status gizi balita (Suharyono, 2003). Semakin tua umur ibu maka kesiapan dalam mencengah diare akan semakin baik, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik dalam mengatasi masalah diare. Ibu yang tidak memilki pekerjaan serta pendapatan keluarga yang kurang maka dalam penanaganan diare akan lambat, dalam hal ini terkendala oleh biaya, begitu pula pengetahuan ibu yang baik, memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan baik, serta pengadaan sumber air bersih, dan penggunaan jamban yang bersih dan benar maka balita akan terhindar dari diare (Suharyono. 2003). Ada hubungan yang sangat erat antara infeksi (penyebab diare) dengan status gizi terutama pada anak balita karena adanya interaksi yang timbal balik. Diare dapat mengakibatkan gangguan status gizi dan gangguan status gizi dapat mengakibatkan diare. Gangguan status gizi dapat terjadi akibat dari penurunan asupan zat gizi dikarenakan berkurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi, kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, dan peningkatan kehilangan cairan/ gizi akibat penyakit diare yang terus menerus sehingga tubuh lemas. Begitu juga sebaliknya, ada hubungan antara status gizi dengan infeksi diare pada anak balita. Apabila asupan makanan atau zat gizi kurang akan terjadi penurunan metabolisme sehingga tubuh akan mudah terserang penyakit. Hal ini dapat terjadi pada anak balita yang menderita penyakit diare. Oleh sebab itu asupan makanan atau zat gizi harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan metabolisme di dalam tubuh ( Suhardjo, 2003). Pada tahun 2011 di Puskesmas Gajah I Kabupaten Demak ditemukan kasus diare pada balita sebanyak 256 penderita. Diare merupakan salah satu penyakit yang masih banyak ditemukan pada balita terutama yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare karena disebabkan oleh beberapa faktor. Begitu juga kasus-kasus diare pada balita yang banyak ditemukan di Puskesmas Gajah I Hal itu 2

diperkuat dengan hasil dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap petugas Puskesmas Gajah I Kabupaten Demak yang menunjukkan bahwa kasus diare yang terjadi pada balita khususnya frekuensi terjadinya diare pada balita disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah pengetahuan ibu mengenai diare, hygiene sanitasi, perilaku mencuci tangan ibu, pendidikan ibu, umur ibu, dan status gizi anak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinthamurniwaty (2006) menunjukkan bahwa faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita adalah umur balita 0-24 bulan, status gizi rendah, tingkat pendidikan pengasuh rendah dan, tidak memanfaatkan sumber air bersih. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Palupi dkk (2006) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan lamanya kejadian diare akut pada balita. Berdasarkan hal tersebut diatas maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I B. Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 3

1. Tujuan umum Mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi karakteristik balita di Puskesmas Gajah I b. Mengidentifikasi perilaku mencuci tangan ibu dari balita di Puskesmas I Gajah c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu dari balita di Puskesmas Gajah I d. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu dari balita di Puskesmas Gajah I e. Mengidentifikasi status pekerjaan ibu dari balita di Puskesmas Gajah I f. Mengidentifikasi hygiene sanitasi pada balita di Puskesmas Gajah I g. Mengidentifikasi status gizi pada balita di Puskesmas Gajah I h. Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I i. Menganalisa hubungan antara perilaku mencuci tangan ibu dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I 4

j. Menganalisa hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I k. Menganalisa hubungan antara status pekerjaan ibu dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I l. Menganalisa hubungan antara hygiene sanitasi dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I Kabupaten Demak. m. Menganalisa hubungan antara status gizi dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di Puskesmas Gajah I Kabupaten Demak. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaaat bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita supaya masyarakat dapat melakukan upaya atau perilaku yang dapat mencengah dan mengurangi terjadinya diare pada balita. 2. Manfaaat bagi instansi terkait Memberikan informasi serta bahan pertimbangan kepada pihak Puskesmas Gajah I dalam melakukan penyuluhan kepada masyarakat yang memilki balita di wilayah kerjanya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita supaya keluarga mau melakukan upaya atau perilaku yang dapat mencengah dan mengurangi terjadinya diare pada balita. 5

3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar dan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain, misalnya tentang pengaruh perilaku ibu terhadap kejadian diare pada anak balita. E. Bidang Ilmu Penelitian ini terkait dengan ilmu keperawatan anak. F. Originalitas Penelitian Masih belum banyak penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita dan menurut pengetahuan kami masih belum pernah dilakukan di Puskesmas Gajah I Kabupaten Demak, Penelitian lain yang serupa membahas variabel lain yang berbeda. Namun penelitian yang hampir serupa yang sudah pernah dilakukan yaitu : Tabel 1.1 perbedaan serta persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan. Judul, Nama, Tahun Faktor-faktor yang berhubungan dengan frekuensi terjadinya diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Mijen kota Semarang, penelitian oleh Ike Dewi Erwanti tahun 2008 Sasaran Ibu-ibu yang memiliki balita yang mengalami diare di wilayah kerja puskesmas Mijen kota Semarang yang Diteliti Tingkat pengetahuan, perilaku mencuci tangan hygiene sanitasi, frekuensi terjadianya diare Metode Hasil Persamaan dan perbedaan Jenis penelitian Survai analitik dengan pendekatan case control Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan frekuensi terjadinya diare dengan nilai p 0.001 < alpha (0,05), ada hubungan antara perilaku cuci tangan dengan frekuensi terjadinya diare dengan nilai p 0.000 < alpha (0,05), tidak ada hubungan antara kualitas fisik air dengan frekuensi terjadinya diare dengan nilai p 0.957>alpha (0,05), tidak ada hubungan Persamaan: a. Pada variabel bebas terdapat varabel yang sama yaitu pengetahuan ibu, perilaku mencuci tangan dan hygiene sanitasi b. Pada variebel terikat sama-sama meneliti frekuensi terjadinya diare Perbedaan: a. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, hygiene sanitasi 6

antara kebersihan jamban denagan frekuensi terjadinya diare dengan nilai p 0.957> alpha (0,05) dan status gizi balita c. Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriktif korelasi dengan pendekatan cross d. Sasaran pada penelitian ini adalah balita dan ibu dari balita yang mengalami diare di Puskesmas Gajah I Faktor-faktor yang berhubungan dengan diare pada bayi di desa Jeruk Sari kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan, penelitian oleh Eni Wiharti tahun 2011 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare balita umur 6-24 bulan di rawat inap puskesmas Wirosari I kabupaten Grobogan. Penelitian oleh Setyanto tahun 2008 Seluruh ibu dan anak bayi di desa Jeruk Sari kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan Ibu yang mempunyai balita umur 6-24 bulan di rawat inap puskesmas Wirosari I kabupaten Grobogan bebas yaitu: lingkungan, perilaku. terikat: kejadian diare pada bayi bebas yaitu: karakteristik ibu (tingkat pendidikan dan status pekerjaan) dan pola asuh ibu (awal pemberian makanan pendamping Jenis penelitian Diskriptif korelasi, dengan pendekatan cross Jenis penelitian Diskriptif korelasi, dengan pendekatan cross Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian diare pada bayi di desa Jeruk Sari kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan dengan nilai p 0,0037 < alpha( 0,05), ada hubungan antara faktor perilaku dengfan kejadian diare di desa Jeruk Sari kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan dengan nilai p 0,02< alpha (0,05) Tidak ada hubungan yang bermakna antara dengan pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan,dengan nilai p= 0,107>alpha (0,05). Ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan Persamaan: a. Sama-sama menggunakan jenis penelitian Diskriptif korelasi dengan pendekatan cross Perbedaan: a. Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu, pendidikan ibu. Status pekerjaan ibu, perilaku cuci tangan, hygiene sanitasi, status gizi. b. Pada variebel terikat meneliti frekuensi terjadinya diare c. Sasaran pada penelitian ini adalah balita dan ibu dari balita yang mengalami diare di Puskesmas Gajah I Persamaan: a. Pada variabel bebas terdapat variabel yang sama yaitu tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu b. Sama-sama menggunakan jenis penelitian diskriptif korelasi dengan pendekatan cross 7

ASI, pemberian jenis minuman dan personal hygiene). terikat yaitu kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan dengan nilai p= 0,024<alpha (0,05). Ada hubungan yang bermakna antara awal pemberian MP-ASI dengan kejadian diare pada balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan dengan nilai p= 0,001<alpha (0,05). Ada hubungan yang bermakna antara pemberian jenis minuman dengan kejadian diarepada balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan dengan nilai p= 0,004< alpha (0,05). Ada hubungan yang bermakna antara personal hygiene ibu dengan kejadian diarepada balita umur 6-24 bulan rawat inap Puskesmas Wirosari I Kabupaten Grobogan dengan nilai p= 0,011< alpha(0,05) Perbedaan: a. Pada variebel terikat meneliti frekuensi terjadinya diare b. pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, perilaku cuci tangan, hygiene sanitasi, status gizi c. Sasaran pada penelitian ini adalah balita dan ibu dari balita yang mengalami diare di Puskesmas Gajah I Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas Swakelola II Ilir Palembang. Penelitian oleh Marisa dkk. Tahun 2009 Ibu yang mempunyai anak usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas Swakelola II Ilir Palembang bebas yaitu: pemberian ASI eksklusif, pemberian MP ASI, kebiasaan cuci tangan, penggunaan jamban, kebersihan botol susu, pengolahan air bersih, efektifitas penyuluhan kesehatan. Jenis penelitian Diskriptif korelasi, dengan pendekatan cross Ada hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif (p value=0,017< alpha 0,005 ) dengan kejadian diare pada anak., ada hubungan signifikan antara pemberian MP ASI (p value=0,027< alpha 0,005 ) dengan kejadian diare pada anak, ada hubungan signifikan antara kebiasaan cuci tangan (p value=0,010< alpha 0,005) dengan kejadian diare pada Persamaan: a. Sama-sama menggunakan jenis penelitian diskriptif korelasi dengan pendekatan cross Perbedaan: a. Pada variebel terikat meneliti frekuensi terjadinya diare b. pada penelitian ini variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu, pendidikan ibu. Status pekerjaan ibu, perilaku cuci tangan, 8

terikat yaitu: kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan anak, dan Ada hubungan signifikan antara penggunaan jamban (p value=0,046< alpha 0,005) dengan kejadian diare pada anak. Tidak ada hubungan signifikan kebersihan botol susu (p value=0,161> alpha 0,05) dengan kejadian diare pada ana, tidak ada hubungan signifikan pengolahan air bersih (p value=1,000> alpha 0,05) dengan kejadian diare pada anak, dan tidak ada hubungan signifikan efektifitas penyuluhan kesehatan (p value=0,326> alpha 0,05) dengan kejadian diare pada anak. hygiene sanitasi, status gizi c. Sasaran dalam penelitian ini adalah balita dan ibu dari balita yang mengalami diare di Puskesmas Gajah I 9

10