BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan sudah dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

2016 PROFIL ASPIRASI KARIR PESERTA DIDIK BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN GENDER:

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Jurnal Anisah: 2015.) menyebutkan bahwa siswa SMA berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti ini, menurut adanya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan bertujuan untuk

Guru mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan belajar mengajar, dimana tugas guru tidak hanya merencanakan, melaksanakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. perkuliahan. Selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, mengembangkan potensi diri, membentuk pribadi yang bertanggung

1.1. Latar Belakang Masalah. Suatu bangsa memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang cerdas dapat dibentuk melalui pendidikan. Menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dapat terlihat bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan peserta didik yang mandiri. Individu diharapkan dapat mandiri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pada seorang remaja. Siswa-siswa yang sedang menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) berusia sekitar 15-19 tahun dan berada pada masa remaja (Monks, 1998). Remaja berada pada masa transisi perkembangan yang dimulai dari usia 10 atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan. Dalam masa ini remaja mengalami berbagai perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Salah satu tugas perkembangan remaja yang penting adalah memilih atau mempersiapkan karir atau pekerjaan. Hal ini senada dengan 1

2 yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Hurlock, 1980) yang menyatakan bahwa karir atau pekerjaan seseorang sangat penting bagi kehidupannya. Pada masa sekolah menengah, pemilihan karir merupakan salah satu hal yang cukup membingungkan bagi para siswa. Winkel (2006) menyatakan bahwa penggabungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karir dengan perubahan-perubahan dalam pemilihan karir menyebabkan perkembangan karir merupakan suatu proses yang bersifat sangat kompleks. Keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir disebut dengan kematangan karir. Seperti yang dinyatakan oleh Super (dalam Winkel, 2006) bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Menurut Super (dalam Brown, 2002) ada beberapa tahap dalam kematangan karir berdasarkan usianya, yaitu tahap perkembangan (4-13 tahun), eksplorasi (14-24 tahun), pembentukan (25-44 tahun), pemeliharaan (45-64 tahun) dan penurunan (lebih dari 65 tahun). Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dikemukakan oleh Super tersebut, remaja berada pada tahap eksplorasi. Pada tahap eksplorasi ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan mengenal dirinya sendiri dan karir yang sesuai dengan dirinya (Brown, 2002). Remaja cenderung membuat pilihan-pilihan karir dan mengetahui lebih banyak mengenai karir dengan menggunakan kesempatan dan sumber daya dari lingkungan mereka (Savickas, 2001). Santrock (2003) mengatakan bahwa faktor yang memiliki pengaruh yang kuat dalam perkembangan karir individu adalah sekolah.

3 Bimbingan karir di masa SMA adalah salah satu sarana untuk mengetahui mengenai karir yang sesuai untuk seorang remaja. Keterbatasan dan kurangnya informasi karir yang diberikan oleh BK dapat berpengaruh terhadap pemahaman siswa tentang karirnya yang dapat mengakibatkan perencanaan karir dan pemilihan karir yang kurang tepat (Nursalim & Khoiriyah, 2013). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwandari (2009) yang melakukan penelitian mengenai kematangan karir di SMA Negeri I Klaten, dimana hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 45,78% subjek memiliki kematangan karir yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan guru BK memberikan layanan konsultasi bagi siswa terutama permasalahan dalam pemilihan pendidikan lanjutan sebagai pengganti jam pelajaran BK yang ditiadakan oleh pihak sekolah, setiap kelas diberikan satu orang guru pembimbing. Dalam bimbingan karir, siswa SMA dibantu untuk mengenal dirinya sendiri dan dunia kerja serta kaitan antara keduanya (Winkel, 2006). Salah satu bentuk dari pencapaian tahap eksplorasi ini adalah sudah dapat membuat keputusan sesuai dengan minat dan kemampuannya (Savickas, 2001). Namun dalam kenyataannya banyak siswa yang belum dapat membuat keputusan yang tepat. Mereka sering bingung karena belum mengenal kemampuan dan kelemahan diri serta belum banyak mengetahui tentang informasi pekerjaan yang akan mereka jalani. Pemilihan jurusan merupakan pemilihan pendahuluan bagi siswa, namun pemilihan ini penting karena dapat mempengaruhi penyesuaian diri siswa terhadap tuntutan pendidikan di masa depannya. Selain itu, kemungkinan

4 kegagalan dan keberhasilan dalam jurusan yang dipilih juga dipengaruhi hal tersebut (Sukadji, 2000) Dari fenomena yang dikemukakan oleh Royhan (2013) mengenai masa terakhir di tingkat SMA adalah masa yang cukup sulit bagi para siswa. Siswa tingkat akhir harus memikirkan banyak hal, khususnya dalam menentukan jurusan dan pemilihan kampus. Kondisi tersebut menyebabkan suatu fenomena ilalang, yaitu mengikuti kemana angin berhembus. Ketika teman-temannya banyak yang ingin masuk ke suatu jurusan tertentu, dia juga ingin masuk ke jurusan tersebut. Ketidakmampuan siswa dalam menentukan pilihan secara bijak inilah yang menjadikan suatu permasalahan. Nasution, Amelia dan Agustyo (2013) juga mengemukakan bahwa banyak pelajar yang masih bingung dalam menentukan jurusan apa yang akan diambilnya setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Masa depan seorang siswa dapat ditentukan dari pilihan terhadap jurusan tersebut. Persoalan yang muncul dikarenakan ketidaktahuan minat dan bakat serta pekerjaan yang akan digeluti siswa tersebut di masa depan. Para lulusan SMA tersebut memiliki prinsip yang penting adalah kuliah meskipun tidak mengetahui jurusan yang sesuai dengan mereka. Pemilihan jurusan dapat dikarenakan ikut-ikutan teman, pengaruh orangtua dan bahkan tanpa alasan yang jelas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa di SMA Negeri I Lubuk Pakam diketahui bahwa masih banyak siswa yang masih bingung dan belum mampu mengambil keputusan yang tepat dalam memilih jurusan studi selanjutnya. Mereka masih banyak yang mengikuti teman-teman atau memilih

5 jurusan yang favorit, meskipun mereka belum mengetahui sesuai atau tidaknya dengan kemampuan mereka. aku mau kuliah di UNIMED kak, karena disuruh orang tua jadi guru kayak mereka kak. Ya, aku ikutin ajalah kak, namanya orangtua yang minta kak (siswa S, wawancara personal, 20 Maret 2013) kak, aku belum tau mau masuk jurusan apa nanti kak. Liat nanti aja lah kak setelah aku tamat sekolah (siswa G, wawancara personal, 20 Maret 2013) Selain itu, berdasarkan angket yang dibagikan kepada 70 siswa terdapat 23 siswa yang masih belum mengetahui jurusan yang akan dipilih setelah mereka menyelesaikan SMA. Dari hasil angket tersebut juga didapatkan mereka banyak dari mereka yang belum menyadari minat dan kemampuan mereka. Selain itu, informasi yang didapatkan dari sekolah mengenai berbagai pilihan jurusan juga masih kurang. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada salah seorang guru Bimbingan dan Konseling: kalo di sekolah ini guru BK tidak ada waktu yang khusus untuk masuk ke kelas-kelas memberikan informasi tentang jurusan. Karena pelajaran lebih penting daripada info-info tentang jurusan (ibu A, wawancara personal, 20 maret 2013) Menurut Super (dalam Osipow, 1996) kematangan karir dipengaruhi oleh faktor biososial, karakteristik kepribadian, vokasional, lingkungan dan prestasi individu. Salah satu faktor kepribadian yang berhubungan dengan kematangan karir adalah self-efficacy. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pinasti (2011) yang melakukan penelitian mengenai self efficacy di UIN Hidayatullah dan Rachmawati (2012) yang melakukan penelitian mengenai self efficacy dan

6 kematangan karir di Universitas Surabaya yang menyatakan bahwa self-efficacy berhubungan secara positif dengan kematangan karir. Kematangan karir juga dipengaruhi oleh kemandirian siswa. Seperti yang diutarakan oleh Steinberg (2002) bahwa kemampuan individu untuk bertindak dan memutuskan sesuatu sendiri disebut dengan kemandirian. Kemandirian pada remaja dapat ditunjukkan dengan bertingkah laku sesuai keinginannya, mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya sendiri (Steinberg, 2002). Remaja yang memiliki kemandirian dapat membuat suatu keputusan yang tepat dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. Remaja yang tergantung dengan orang lain menyebabkan remaja tidak percaya diri, mudah terpengaruh orang lain dan selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan (Mappiare, 1982). Steinberg (2002) mengatakan bahwa remaja yang memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa pengawasan dari orangtuanya merupakan remaja yang mandiri. Mappiare (1982) menambahkan bahwa kemandirian adalah kemampuan dalam mempersiapkan kan diri ke arah pekerjaan, berusaha untuk tidak selalu tergantung pada orangtua dan orang lain serta mampu memilih. Banyaknya siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam menentukan jurusan yang diinginkannya menggambarkan bahwa banyak yang tidak mengerti akan dirinya sehingga tidak dapat membuat suatu keputusan yang tepat. Remaja yang berada pada tahap eksplorasi seharusnya sudah dapat membuat sebuah keputusan sesuai dengan minat dan kemampuaannya (Savickas, 2001). Oleh sebab itu,

7 kemandirian merupakan hal yang penting dalam membuat suatu keputusan mengenai karir di masa depan. Remaja yang mandiri dapat membuat suatu keputusan tanpa mudah dipengaruhi oleh orang lain (Steinberg, 2002). Remaja yang mandiri dapat membuat sebuah keputusan dan menunjukkan kematangan karir remaja tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin meneliti mengenai hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lubuk Pakam? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lubuk Pakam. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan atau pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan. Selain itu, hasil penelitian ini

8 diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai kemandirian dan kematangan karir pada remaja. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada sekolah mengenai tingkat kemandirian dan kematangan karir yang dimiliki siswa-siswa sekolah tersebut, sehingga diharapkan dapat berguna dalam pembinaan siswa-siswa. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II. Landasan Teori. Pada bab ini akan diuraikan landasan teori tentang kematangan karir, kemandirian dan remaja serta hipotesa. BAB III. Metode Penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan. Di sini akan dijabarkan mengenai definisi operasional

9 penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data dan instrumen alat ukur yang digunakan. BAB IV Analisa Data dan Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan mengenai data-data penelitian berdasarkan teori yang relevan. BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang bersifat praktis maupun metodologis yang berhubungan dengan penelitian ini.