BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki keanekaragaman sejarah dan budaya. Beberapa budaya di Indonesia berasal dari kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, lagu, kerajinan tangan, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya. Dari beberapa kebudayaan terdapat salah satu kebudayaan Indonesia yaitu tradisi lisan. Di Indonesia tradisi lisan merupakan salah satu adat kebiasaan yang masih dipertahankan dan dihayati oleh masyarakatnya. Menurut Sukatman (2009), tradisi lisan berbeda dengan kebudayaan lainnya. perbedaannya terletak pada ciri-ciri, adalah penyebarannya dan pewarisannya biasa dilakukan dengan lisan, bersifat tradisional, bersifat anonim, mempunyai varian atau versi yang berbeda, mempunyai pola terbentuk, mempunyai kegunaan bagi kolektif, dan bersifat polos dan lugu (Danandjaja dalam Sukatman, 2009: 5). Salah satu bagian dari tradisi lisan adalah folklore. Folklore adalah bentuk penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan, diwariskan secara turun-temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional (Supanto, dkk, 1982: 48). Folklore merupakan salah satu budaya yang dibuat oleh kelompok/perorangan dalam masyarakat untuk menunjukan identitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun temurun (Mayana, 2004). Folklore merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk menjaga adat istiadat yang ada pada masyarakat setempat, dalam penyebarannya folklore merupakan suatu keberhasilan untuk tetap menjaga kepatuhan terhadap adat istiadat. Pejabat Sleman Gatot Saptadi mengungkapkan pendapatnya mengenai minat pelajar terhadap cerita rakyat mulai berkurang dan dilupakan. Padahal terdapat nilai-nilai luhur yang dapat diambil dari cerita yang bersumber dari budaya masyarakat. Salah satu alasan mulai dilupakan cerita-cerita tradisional, 1
2 menurut Gatot Saptadi adalah generasi muda saat ini sudah tidak tertarik dengan cerita kepahlawanan. mereka lebih tertarik untuk membaca ceritacerita fiksi superhero dari luar negeri (Setyawan, 2015). Hal tersebut menjelaskan bahwa minat masyarakat akan budaya Indonesia, tak terkecuali folklore mulai berkurang. Masyarakat Indonesia disebut sebagai The Country Of Origin karena merupakan negara asal yang memiliki folklore dan pengetahuan tradisional (Rahayu, 2010). Karena kekayaan folklore yang besar di Indonesia, maka dibutuhkan wadah untuk menjaga dan mempelajari warisan budaya berupa adat istiadat yang sudah turun-temurun agar tidak hilang tergerus akan minat masyarakat yang mulai lebih menyukai budaya barat dibandingkan budaya sendiri. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka dibuatlah perencanaan dan perancangan Museum Folklore Yogyakarta, dimana akan menampilkan folklore yang terdiri dari legenda, mitos, dan fabel dari Yogyakarta. B. BATASAN MASALAH Kehadiran Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan akan cerita rakyat yang ada di Yogyakarta. Adapun batasan masalah pada Desain Interior Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta adalah : 1. Perancangan sebuah ruang tinggal untuk commercial space dengan keluasan interior area 800-1500 m2, yang nantinya akan direncanakan dan dirancang untuk menarik perhatian pengunjung. 2. Perancangan Desain Interior Museum Folklore Yogyakarta kali ini, dibatasi pada perancangan Lobby utama, Ruang pamer, R. teater mini, R. Audio Visual dan Souvenir shop. C. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana merancang museum dengan tujuan memperkenalkan folklore Yogyakarta? 2. Bagaimana merancang interior Museum Folkore Yogyakarta dengan konsep kearifan lokal Yogyakarta?
3 3. Bagaimana merancang museum yang menampilkan unsur informasi, edukasi, dan rekreasi didalamnya? D. TUJUAN PERANCANGAN 1. Merancang museum dengan tujuan memperkenalkan folklore Yogyakarta 2. Merancang interior Museum Folklore Yogyakarta sesuai dengan konsep kearifan lokal Yogyakarta. 3. Merancang interior museum yang menampilkan unsur informasi, edukasi, dan rekreasi didalamnya. E. SASARAN 1. Sasaran pengunjung - Masyarakat umum kota Yogyakarta dan sekitarnya. - Para pelajar di seluruh Indonesia. - Para pemerhati Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Sasaran perancangan desain : - Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aktivitas secara fungsional pada Museum Folklore Yogyakarta. - Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan serta nilai estetik pada Museum Folklore Yogyakarta. F. MANFAAT PERANCANGAN 1. Bagi penulis atau desainer - Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merancang atau merencanakan suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam Museum Folklore Yogyakarta. - Mendapatkan wawasan dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior Museum Folklore Yogyakarta dengan menerapkan ide, gagasan, serta analisa. 2. Bagi Masyarakat - Masyarakat mengenal dan mengetahui folklore Yogyakarta - Menjadi sarana hiburan serta rekreasi bagi masyarakat.
4 - Mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang Museum Folklore Yogyakarta. 3. Bagi Dunia Akademik - Mengetahui bentuk atau desain perkembangan interior sebuah museum. - Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior museum dalam dunia akademik. G. METODE PERANCANGAN 1. Permasalahan Desain Interior Museum Folklore Yogyakarta ini berdasarkan analisa permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan. Membutuhkan bahan pembanding dan referensi dalam rancangan Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta. Perancangan membutuhkan pembanding dengan studi lapangan, studi literature, dan browsing internet sehingga permasalahan dalam perancangan semakin jelas terlihat. Permasalahan dalam perancangan Museum Folklore Yogyakarta adalah bagaimana cara merancang dengan tujuan memperkenalkan folklore Yogyakarta, merancang interior dengan konsep kearifan lokal Yogyakarta, merancang interior yang menampilkan unsur edukasi, rekreasi dan informasi. Berdasarkan dari analisa permasalahan yang ada perancangan dikembangkan menjadi konsep desain yang didukung oleh aspek-aspeknya. 2. Bentuk perancangan Desain Interior Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta menggunakan konsep kearifan lokal Yogyakarta. Hal ini dikaitkan dengan tujuan perancangan yaitu melestarikan tradisi lisan melalui folklore di era ini. Sehingga konsep kearifan lokal Yogyakarta dipilih karena sesuai dengan tujuan ingin memperkenalkan budaya Yogyakarta. Dengan digunakannya konsep kearifan lokal Yogyakarta diharapkan desain interior museum dapat dinikmati oleh pengunjung serta mempermudah pengelolaan sarana dan prasarana museum. Ruangan yang dirancang berdasarkan kebutuhan ruang yang dibutuhkan museum.
5 Dari studi lapangan dan literatur dihasilkan analisa desain yang sesuai dengan ide gagasan yang menciptakan ruangan yang sesuai standard ruang nyaman, aman, menarik, serta edukatif. Organisasi ruang menyesuaikan perancangan dan pencapaian antar ruang mudah dengan tidak mengesampingkan interior sistem yang aman dan mudah. 3. Lokasi Studi Lapangan Lokasi studi lapangan pada Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta dengan Konsep Kearifan Lokal Yogyakarta dilakukan pada : a. Museum Radya Pustaka di Surakarta b. Museum Vedeburg di Yogyakarta c. Monumen Jogja Kembali di Yogyakarta d. Museum Sangiran di Sragen e. Museum Angkut di Kota Batu, Malang 4. Pola Pikir Perancangan Dalam proses merancang Museum Folklore Yogyakarta diperlukan susunan pola pikir perancangan untuk mendapatkan desain yang sesuai dengan ide gagasan dan teori interior. Dalam merancang Museum Folklore Yogyakarta diperlukan latar belakang proyek untuk mengetahui alasan merancang Museum Folklore Yogyakarta. Setelah mengerjakan latar belakang kemudian penulis membuat rumusan masalah yang digunakan sebagai acuan dalam mencari data proyek. Setelah mengetahui rumusan masalah proyek, penulis mulai mencari studi literature dan lapangan sebagai penguat proyek. Bila data-data sudah didapatkan maka akan memudahkan dalam membuat konsep desain. Dimana sebuah konsep desain mempertimbangkan dari beberapa faktor seperti ide gagasan, tema, aspek ruang, sister interior, sistem keamanan, dan elemen interior. Setelah konsep desain sudah didapatkan maka selanjutnya pembuatan sketsa desain dengan beberapa alternatif yang diajukan sebagai bahan pertimbangan hingga disetujui desain yang terpilih. Dari pola pikir perancangan tersebut diharapkan
6 Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta dengan Konsep Kearifan Lokal Yogyakarta sesuai dengan perencanaan dan perancangan Desain Interior Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta dengan Konsep Futuristik Studi literatur Studi lapangan Latar belakang Rumusan masalah Tujuan perancangan Ide gagasan Elemen interior: Garis, bentuk, bidang, ruang, cahaya, warna, pola, dan tekstur Data informasi Konsep Sketsa desain Tema Aspek Ruang Sistem interior Alternatif desain Sistem keamanan Desain terpilih Evaluasi desain DESAIN Bagan I.1 Skema pola pikir perancangan Sumber: Analisa penulis, 2016
7 H. SISTEMATIKA PENULISAN 1. BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang meliputi peranan dan keberadaan Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, sasaran dan manfaat, metode desain, dan sistematika penulisan. 2. BAB II KAJIAN LITERATUR Mengemukakan kajian teoritis tentang proyek perencanaan dan perancangan Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta yang meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang didalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem penyajian, dan display pameran serta pertimbangan desain. Selain itu juga membahas tentang pendekatan desain, yaitu mengkaji teori serta pendekatan yang akan digunakan dalam penyelesaian masalah desain. 3. BAB III KAJIAN LAPANGAN Merupakan hasil studi observasi dilapangan, ditinjau berdasarkan umum yang meliputi pembahasan tentang lokasi proyek yang direncanakan. Sedangkan studi observasi lapangan secara khusus meliputi pembahasan mengenai obyek sejenis ditempat lain, obyek dengan pendekatan sejenis, obyek lain yang inspiratif di lokasi yang sama atau obyek lain dengan pengguna sama yang sesuai dengan perancangan Desain interior Museum Folklore Yogyakarta di Yogyakarta. 4. BAB IV ANALISA DESAIN a. Programming 1. Definisi Proyek 2. Asumsi Lokasi 3. Status Kelembagaan 4. Struktur Organisasi 5. Sistem Operasional
8 6. Program Kegiatan 7. Koleksi Museum 8. Fasilitas Ruang 9. Furniture 10. Program Ruang 11. Sistem Organisasi Ruang 12. Sistem Sirkulasi 13. Pola Hubungan Antar Ruang 14. Zonning dan Grouping b. Konsep Desain 1. Ide Gagasan 2. Tema 3. Aspek Karakter dan Suasana Ruang 4. Pola Penataan Ruang 5. Pembentuk Ruang 6. Aspek Bentuk dan Warna 7. Sistem Interior 8. Aspek Desain Furnitur dan Elemen Klasik 9. Sistem Keamanan 5. BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN