I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sangat dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan menjadi andalan untuk menghasilkan devisa bagi negara, baik sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (unrenwable resources) seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, emas, timah, dan hasil tambang lainnya serta sumber daya alam yang dapat diperbarui (renewable resources) seperti hasil hutan, hasil laut, dan hasil pertanian (Harianto,dkk. 2009) Salah satu hasil pertanian Indonesia yang menjadi komoditi unggulan adalah tanaman pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukkan bagi konsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996, dikenal dua istilah penting tentang pangan, yaitu sistem pangan dan ketahanan pangan. Sistem pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan, dan/atau pengawasan terhadap kegiatan atau produksi pangan dan peredaran pangan sampai dengan siap dikonsumsi oleh manusia. Sementara itu, ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau.
Menurut Purwono dan Heni (2007) batasan untuk tanaman pangan adalah kelompok tanaman sumber karbohidrat dan protein. Namun secara sempit, tanaman pangan biasanya dibatasi pada kelompok tanaman yang berumur semusim. Batasan ini dimasa mendatang harus diperbaiki karena akan menyebabkan sumber karbohidrat menjadi terbatas. Tanaman pangan sebaiknya memasukkan jenis tanaman lain yang dapat menjadi sumber karbohidrat tanpa dibatasi pada kelompok tanaman semusim. Dengan perbaikan batasan ini, tanaman umbian selain ubi kayu, ubi jalar, dan talas dapat masuk kedalam kelompok tanaman pangan, misalnya garut, ganyong, dan kimpul. Demikian juga dengan buah yang merupakan sumber karbohidrat dapat masuk ke dalam tanaman pangan, misalnya sukun. Kebutuhan terhadap tanaman pangan akan selalu ada. Hal ini disebabkan setiap hari tanaman pangan selalu dikonsumsi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, ketersediaan pangan harus tetap dijaga. Namun. Secara umum kebutuhan beberapa jenis tanaman pangan masih belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga harus diimpor setiap tahunnya. Jagung, kedelai, kacang tanah, dan tepung tapioka masih harus diimpor dalam jumlah yang cukup banyak. Menurut Purwono dan Heni (2007) impor beras pada tahun 2002 sebanyak 1,79 juta ton, setahun kemudian turun menjadi 1,43 juta ton, dan 0,24 juta ton pada tahun 2004. Lalu tinggal 0,17 juta ton (2005). Akan tetapi, pada tahun 2006, impor beras meningkat mencapai 0,11 juta ton untuk Januari 2006 dan 0,21 juta ton pada Oktober 2006. Dengan demikian jelas sekali peluang pasar terhadap tanaman pangan tidak akan pernah habis. 2
Pada tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia rata-rata 1.789,04 Kalori per hari, sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 gram. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat dan protein tersebut dapat diperoleh dari tanaman pangan karena kandungan kedua gizi tersebut dalam tanaman pangan tergolong paling besar. Karbohidrat merupakan sumber utama energi bagi tubuh. Sementara itu, protein berfungsi sebagai zat pembangun dan sumber energi setelah karbohidrat. Selain sebagai sumber karbohidarat dan sumber protein, tanaman pangan mengandung zat gizi lainnya, seperti serat, lemak, dan air. Berikut beberapa kandungan zat gizi tanaman pangan. Tabel.1 Kandungan Zat Gizi Berbagai Bahan Pangan ( Per 100 Gram Bahan dapat Dimakan). Komoditas Air Protein Karbohidrat Lemak Serat (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) Padi (beras) 12 7,5 77,4 1,9 0,9 Jagung 10 10 70 4,5 2 Talas (umbi) 70 1,1 26-1,5 Ubi Kayu 62 1,8 92,5 0,3 2,5 Ubi Jalar 70 5 85,8 1 3,3 Kedelai 10 35 32 18 4 Kacang Tanah 5,4 30,4 11,7 47,7 2,5 Kacang Hijau 10 22 60 1 4 Sumber : Purwono dan Heny, 2007 Sesuai dengan tujuan Pembangunan Nasional dan GBHN Tahun 1999, Kebijakan Pembangunan Nasional khususnya Pembangunan Bidang Pertanian diarahkan untuk meningkatan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas pasar melalui pertanian yang maju dan derajat pengolahan hasil produksi serta menunjang pembangunan daerah. 3
Usaha-usaha tersebut akan berhasil apabila didukung sepenuhnya oleh peran aktif petani sebagai pelaku utama pembangunan bidang pertanian. Kualitas petani pada akhirnya akan menentukan keberhasilan pembangunan pertanian adalah meningkatkan sumber daya manusia (petani) dalam pengelolaan usaha pertanian yang selalu berorientasi pada Agribisnis dan Agro Industri. Badan Pusat Statistik (2008) menyatakan bahwa dari luas Kabupaten Aceh Timur 604.060 Ha adalah 109.933 Ha atau sekitar 18 % merupakan lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang terdiri dari lahan sawah dan lahan kering. Dengan potensi lahan tersebut, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Timur selaku Dinas Teknis Daerah menyiapkan program dan strategi-strategi yang akan dilaksanakan dalam mempercepat laju pembangunan bidang Tanaman Pangan di Kabupaten Aceh Timur. Strategi yang dipersiapkan merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura itu sendiri dalam mendorong partisipasi masyarakat baik petani maupun petugas. Upaya-upaya peningkatan produksi serta mengembangkan daerah-daerah yang berpotensi untuk menjadi Sentra Produksi andalan merupakan langkah yang akan menghasilkan produk pertanian yang mempunyai daya saing dan unggul bagi daerah. Dengan demikian usahatani yang kepada kegiatan Agribisnis bisa lebih ditingkatkan (Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Timur, 2008). Oleh sebab itu untuk kedepan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura sebagai dinas yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan 4
pelaksanaan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Aceh Timur perlu menyusun langkah strategis sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Timur (2007) menyatakan bahwa beberapa masalah khusus pembangunan pertanian tanaman pangan adalah: 1. Ketersediaan Kebutuhan Pangan Ketersediaan kebutuhan pangan dimasa mendatang merupakan bahagian yang sangat strategis. Hal ini dikaitkan dengan perubahan pada pola konsumsi masyarakat dari non beras menjadi pemakan beras, akibat adanya peningkatan pendapatan masyarakat, disamping itu adanya perubahan frekuensi makan dari 1 atau 2 kali sehari menjadi 3 kali sehari. Tuntutan akan kualitas hasil yang baik juga sangat memerlukan langkah yang bijak dalam penanganan ketrersediaan bahan pangan yang bermutu tinggi. Ketersediaan pangan sangat memungkinkan karena daya dukung lahan yang tinggi, tersedianya lahan untuk pengembangan dan adanya kelompok tani yang terorganisir dan jumlah tenaga lapangan yang memadai. 2. Penyerapan Tenaga Kerja Berkembangnya lahan dan aktivitas dibidang tanaman pangan, akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar. Hal ini merupakan konstribusi sub sektor tanaman pangan dan hortikultura dalam pembangunan baik untuk skala daerah maupun skala nasional. Penyerapan tenaga kerja ini juga akan menimbulkan masalah karena umumnya yang ingin bekerja di 5
sektor pertanian mempunyai SDM relatif rendah oleh sebab itu perlu penerapan teknologi yang tepat guna di pedesaaan. 3. Penekanan pengembangan pangan akibat penggunaan lahan diluar sub sektor tanaman pangan. Majunya usahatani perkebunan, terutama komoditi sawit dan karet telah mempengaruhi pandangan petani dalam berusahatani. Semula mereka mengusahakan padi dan kedelai menjadi penanaman tanaman sawit atau karet. Alih status lahan tersebut sangat mempengaruhi keteresediaan pangan di daerah, alih status lahan juga terjadi akibat adanya pembangunan pada kawasan sawah dan ladang petani. Untuk mencegah ini perlu dibuat Peraturan Daerah (PERDA) tentang penyelamatan lahan pertanian dari ancaman penggunaan diluar sub Sektor tanaman pangan. Rencana strategik pengembangan komoditi unggulan agribisnis berbasis pertanian tanaman pangan merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan karena salah satu komoditi unggulan untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan Kabupaten Aceh Timur hingga lebih dari 21,85 % adalah Pertanian Tanaman Pangan (Badan Pusat Statistik, 2008). Oleh karenanya, perlu dan penting untuk dilakukan penelitian tentang strategi pengembangan komoditi unggulan agribisnis berbasis tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur. 1.2. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komoditas unggulan tanaman pangan apa yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh? 6
2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh strategis terhadap pengembangan pertanian tanaman pangan yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur? 3. Bagaimana strategi alternatif yang dapat digunakan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur? 4. Bagaimana strategi prioritas yang dapat direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur dalam rangka pengembangan pertanian tanaman pangan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah penelitian ini bertujuan : 1. Menentukan komoditas unggulan tanaman pangan yang diprioritaskan untuk dikembangkan di kabupaten Aceh Timur. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh strategis terhadap pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur. 3. Menyusun strategi alternatif pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur. 4. Merumuskan strategi prioritas terpilih untuk pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur. 7
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian Rencana Strategik Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Di Kabupaten Aceh Timur bermanfaat sebagai: 1. Sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh khususnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan dalam rangka rencana strategis pembangunan Pertanian Tanaman Pangan daerah untuk jangka menengah dan panjang. 2. Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi bagi penelitian dengan manajemen strategi pengembangan Pertanian Tanaman Pangan. 3. Bagi masyarakat umum khususnya pelaku bisnis yang bergerak di bidang Pertanian Tanaman Pangan diharapkan bermanfaat sebagai masukan-masukan khusus dalam rangka pengambilan keputusan manajerial. 3.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh Timur. Responden yang diwawancarai adalah responden yang merupakan seluruh praktisi pertanian tanaman pangan khususnya pengambil kebijakan Pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur dengan objek penelitian dibatasi pada penelitian terhadap pertanian tanaman pangan dalam upaya meningkatkan pembangunan dan pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh. 8
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB