BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Hasil pengamatan mengenai proses belajar mengajar yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan serta sosial dan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pelayanan kepada pelanggan dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

I. PENDAHULUAN. rendahnya daya serap siswa, kesalahan pemahaman dan rendahnya. kemampuan siswa dalam menerapkan konsep-konsep baik dalam kehidupan

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ialah kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Matematika telah memberikan kontribusi dalam pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. (instruction) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran adalah usaha mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikemukakan oleh Rusyna (2014: 3) berpikir diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan fisika sebagai bagian dari pendidikan formal dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dalam pengembangan kemampuan berfikir kreatif, kritis, serta

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil pengamatan mengenai proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas menunjukkan bahwa betapa pembelajaran di sekolah masih belum dapat meningkatkan kemampuan berfikir analisis dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang dihadapinya. Sama halnya dengan apa yang dikatakan oleh Guilford (1987) dalam Myrmel (2003:1) mengenai kurangnya kemampuan siswa mereka dalam memecahkan masalah, yaitu a common complaint is that our college graduates are too helpless when called upon to solve a problem where new paths are demanded, hal tersebut sangat disayangkan karena kemampuan dalam memecahkan masalah merupakan sesuatu yang sangat penting, sebagaimana yang dikatakan oleh Myrmel (2003:1) bahwa creative problem thinking skill are important Walaupun tidak semua, banyak guru yang dalam pembelajarannya masih berorientasi pada terselesaikannya materi, sehingga hampir tiap masuk kelas selalu meminta siswa untuk mencatat materi-materi di buku paket yang sebenarnya dapat dibaca sendiri oleh siswa di rumah. Ada pula guru yang ketika masuk kelas untuk mengajar hanya mengemukakan pendapat-pendapatnya di depan siswa, sedangkan siswa hanya duduk dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru sehingga mereka tidak terbiasa mengemukakan pendapatnya di depan kelas, padahal siswa membutuhkan alat bantu untuk menjadi pribadi yang kreatif, dan salah satu alat bantu yang tersedia dalam pembelajaran yaitu menerapkan metode pembelajaran yang dapat menunjang perkembangan kemampuan berfikir analisis mereka, salah satunya yaitu metode pembelajaran 1

2 Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Melalui proses pembelajaran, siswa menemukan dan membentuk makna atau pengetahuan dari materi ajar dan kemudian menyimpannya dalam ingatan. Pengetahuan tersebut sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi lulusan yang baik dan dapat bersaing di dunia global. Untuk membentuk kualitas lulusan yang baik dan berdaya saing tinggi, maka siswa perlu diberikan kegiatan pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Hasan (1996:76) menyebutkan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berhasil mengembangkan potensi seorang siswa secara maksimum. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan, salah satunya adalah proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran, siswa seharusnya tidak hanya menjadi obyek pembelajaran yang berfungsi menerima (transfer of knowledge) tetapi sudah seharusnya siswa menjadi pusat pembelajaran (student centerlearning). Pengetahuan dan pemahaman adalah tujuan dasar dalam pendidikan, tetapi pengetahuan tanpa pemahaman akan menjadikan seseorang hapal tetapi tidak mengerti apa yang dikatakannya. (Hasan.1996.107). Dewasa ini pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas masih pada tahap pengetahuan, hal ini terjadi salah satunya disebabkan pembelajaran masih bersifat hapalan dari buku pelajaran. Sesuai dengan hasil penelitian Soemantri (1987) dalam Al Muchtar menyatakan bahwa kelemahan pembelajaran yang masih tampak adalah pembelajaran dikuasai oleh pendekatan ekspositori dan pemakaian buku teks, sehingga tidak mendorong siswa untuk berfkir. Sejatinya pembelajaran hendaklah memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sesuai dengan pendapat dari Bloom et al (1956:7) yang menyatakan Tujuan pendidikan menyangkut tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan otak atau berfikir. Suriasumantri (2006:52) mengatakan bahwa berfikir adalah

3 perkembangan ide dan konsep. Hasan (1996:110) menyatakan bahwa Kemampuan kognitif berhubungan dengan kemampuan seseorang mengolah informasi dalam bentuk kemampuan menggunakan, menganalisis, mensintesis dan menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan kognitif meliputi: 1) Kemampuan pemahaman, 2) Kemampuan penerapan, 3) Kemampuan analisis, 4) kemampuan sintesis, dan 5) Kemampuan evaluasi. (Bloom et al:1956:18). Situasi proses pembelajaran pada saat ini hanya menekankan pada penyampaian pengetahuan dan tahap hapalan yang hanya menyentuh kemampuan kognitif tingkat rendah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hasan (1999:111), bahwa ilmu sosial lebih banyak memperlihatkan belajar menghapal bukan mengembangkan melalui konsep, generalisasi, teori, prinsip dan filsafat tertentu, tidak mempunyai kemampuan berfkir tingkat tinggi. Sanusi dalam Al Muchtar berpendapat bahwa model pembelajaran yang paling strategis dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akhir-akhir ini adalah model belajar untuk mengembangkan kemampuan kognitif. karena berfikir kognitif memberi wahana yang canggih bagi siswa untuk belajar seumur hidup. (Hasan: 1996:113) Berikut ini hasil dari penelitian pendahuluan pada soal Ujian Akhir Semester ganjil yang dibuat oleh guru bidang studi ekonomi kelas XI.IPS dengan sebaran soal dalam table 1.1 berikut: Tabel 1.1 Sebaran Soal Aspek Kognitif Soal Ujian Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi kelas XI.IPS SMAN 82 Jakarta: No Ranah Kemampuan No. Item Soal 1 Pengetahuan 1, 2,4, 5, 7, 11, 13, 14, 15, 18, 20, 21, 23, 25, 26,33, 39, 40 2 Pemahaman 3, 9, 10, 12, 16, 17, 19, 22, 24, 34, 35, 38 Persentase 45% 30%

4 3 Aplikasi 8, 28, 29, 30, 31, 32 15% 4 Analisis 6, 36, 37 7,5% 5 Evaluasi 27 2,5% 6 Menciptakan - - JUMLAH 40 Soal 100% Sumber: bank soal SMAN 82 Jakarta Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, soal ujian akhir semester lebih menekankan aspek pengetahuan. Aspek analisis hanya mempunyai kadar 7,5%. Dengan demikian, kemampuan analisis siswa dapat dikatakan rendah, karena siswa hanya dituntut untuk menyelesaikan soal-soal yang bersifat pengetahuan. Kemampuan analisis merupakan salah satu kemampuan berfikir tingkat tinggi yang harus dimiliki siswa. Hasan (1996:223) memberikan gambaran tentang kemampuan analisis siswa, yaitu: 1) menentukan keterhubungan antara satu kelompok informasi dengaan informasi yang lainnya. 2) menentukan pokokpokok pikiran yang mendasari suatu informasi, dan 3) kemampuan siswa dalam menarik konsekuensi dari informasi baik dalam waktu maupun dimensi. Mata pelajaran ekonomi di sekolah menengah atas merupakan mata pelajaran yang tidak hanya berorintasi pada isi atau materi pelajaran (subject matter oriented) yang memaksa siswa untuk memahami dan menerima materi pelajaran sebagai ilmu. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dijelaskan bahwa mata pelajaran ekonomi bertujuan untuk: 1) memahami konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehdupann sehari-hari terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan Negara, 2) menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi, 3) membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara, 4) membuat

5 keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. Pada kenyataannya, brdasarkan hasil penelitian Susanti (2006;102) proses pembelajaran ekonomi di sekolah selama ini 1) lebih menekankan pada fakta dan informasi, 2) menekankan pada hapalan, 3) lebih mementingkan isi daripada proses, 4) Menganggap apa yang diketahui sudah pasti dapat diamalkan oleh siswa, 5) Kurang diarahkan pada pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan siswa (meaningful learning and functional knowlwdge), 6) Guru hanya menyampaikan materi dari buku teks yang ada, 7) Metode pembelajaran cenderung menggunakan ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran, 8) Pada proses evaluasi soal-soal yang diberikan hanya bersifat pemahaman, dan belum mengarah pada soal yang bersifat analisis. Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan proses pembelajaran di sekokah, dalam rangka membentuk kemampuan kognitif`sampai pada level kemampuan analisis. Mengacu pada tujuan mata pelajaran ekonomi diatas, maka proses pembelajaran di sekokah harus lebih menekankan pada peningkatan kemampuan guru untuk merangsang dan menumbuhkan kemampuan analisis siswa. (2007:68): Berbagai masalah dalam pendidikan disampaikan oleh Kunandar Pendidikan kita dewasa ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: pertama, memperlakukan peserta didik sebagai objek/ klien, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator; kedua, materi ajar bersifat subject oriented; ketiga manajemen pendidikan kita mengisolasi diri dari kehidupan riil yang berada diluar sekolah, kurang relevan antara yang diajarkan dengan kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak sejalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian; keempat, proses pembelajaran di dominasi dengan tuntutan untuk menghapalkan dan mengasai pelajaran sebanyak mungkin guna menghadapi ujian/ tes dan pada kesempatan tersebut peserta didik harus mengeluarkan apa yang telah dihapalkan. Akibat dari praktek pendidikan semacam itu munculah

6 berbagai kesenjangan dalam hal akademik, okupasional (kesenjangan antar dunia pendidikan dengan dunia kerja) dan kultural. Belajar bukan semata-mata proses menghapal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui pembelajaran berbasis masalah perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Pembelajaran berbasis masalah (problem solving) adalah salah satu metode pembelajaran yang danggap tepat untuk mengembangkan kemampuan analisis. Hasan (1999:233) mengidentifikasi kemampuan analisis yaitu kemampuan identifikasi, berfikir alternatif, melakukan evaluasi alternatif dan kemampuan mengambil keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia. Memperkuat hal tersebut dengan pernyataannya bahwa dalam upaya peningkatan cognitive skills dan tingkatan yang lebih tinggi salah satu teknik pembelajaran yang patut dipertimbangkan adalah pemecahan masalah (problem solving). Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) adalah variasi dari pembelajaran berbasis masalah yang menekankan kepada kemampuan analisis dengan membantu siswa mengelola pemikiran untuk merumuskan ide, berlatih menganalisis masalah, memahami urutan dan langkah-langkah yang mendasari pemikiran mereka, serta mengidentifikasi kesalahan dalam penalaran orang lain, sehingga mampu melakukan proses pemecahan masalah maupun pengambilan keputusan (Barkley.2008:259). Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) merupakan salah satu metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, yang juga mampu melibatkan siswa secara aktif. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Claparede, yang kemudian digunakan oleh Bloom dan Border untuk meneliti proses pemecahan masalah di kalangan mahasiswa. Dengan metode ini, kelas dibagi menjadi beberapa tim dengan masing-masing tim terdiri

7 dari dua siswa. Satu siswa menjadi pemecah masaah (problem solver) dan siswa yang lain menjadi pendengar (listener). Masing-masing anggota tim memiliki tugas yang tetap, dan keduanya harus mengikuti aturan yang ada hingga masalah yang dimiliki problem solver terpecahkan. Metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) memiliki unsur positif yang terkait dengan kemampuan analisis siswa. Karena dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), siswa haruslah mampu mengidentifikasi bagian permasalahan (komponen yang dipecah dari suatu permasalahan), menganalisis hubungan antar komponen dan mengenali azas-azas organisasional yang berlaku di dalamnya, sebagai keterampilan analisis dalam memecahkan masalah. Dengan metode pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), diharapkan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan konsep ekonomi akan terus terlatih sampai akhirnya kemampuan analisis siswa pun menjadi lebih baik. Pemilihan metode pembelajaran TAPPS cukup sederhana karena mudah dilaksanakan sehingga tidak memerlukan waktu yang begitu panjang namun diharapkan dapat menstimulasi kemampuan analisis siswa. Selain itu TAPPS juga mampu memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diberikan oleh guru bersama teman sekelompoknya. Melihat pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang diberi judul PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI (Studi Eksperimen pada Kompetensi Dasar Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Jasa di Kelas XI.IPS SMAN 82 Jakarta)

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan analisis siswa yang menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada pengukuran awal dan akhir? 2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan analisis siswa yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran awal dan akhir? 3. Apakah kemampuan analisis siswa yang menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran akhir? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini diarahkan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) terhadap kemampuan analisis siswa. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perbedaan kemampuan analisis siswa yang menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada pengukuran awal dan akhir. 2. Mengetahui perbedaan kemampuan analisis siswa yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran awal dan akhir 3. Mengetahui kemampuan analisis siswa yang menggunakan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan metode ceramah pada pengukuran akhir. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

9 a. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa SMA dengan menerapkan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam proses pembelajaran dikelasnya terutama untuk pembelajaran ekonomi. b. Penelitian ini mampu memberikan dukungan empiris terhadap khasanah teori dan konsep pembelajaran terutama bagi konsep metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), yang mendorong untuk pengkajian lebih mendalam. c. Penelitian ini memberi alternatif metode pembelajaran bagi praktisi pendidikan dalam mengembangkan proses pembelajaran. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa pada mata pelajaran ekonomi kompetensi dasar menyusun laporan keuangan perusahaan jasa. b. Bagi guru, penelitian ini merupakan masukkan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang metode pembelajaran, terutama dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis siswa. c. Bagi sekolah, penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran untuk pelajaran ekonomi. d. Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dengan menggunakan metode TAPPS dalam proses pembelajaran. e. Semua pihak yang berkepentingan untuk dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.