BAB I PENDAHULUAN. Retno Sriningsih Satmoko, Landasan Kependidikan, CV. IKIP Semarang Press, Semarang, 1999, hlm. 3 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

Hakikat Manusia (Suatu Kajian menurut Filsafat Pendidikan Islam)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Sebaliknya peserta didik juga dituntut keaktifannya dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya, termasuk di dalamnya belajar Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. pada masa ini adalah masa pembentukkan fondasi dan dasar pembentukkan kepribadian

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Demikian juga piranti pendidikan yang semakin canggih, oleh

BAB I PENDAHULUAN. hlm Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. I,

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

أ ط ل ب ال ع ل م م ن ال م ھ د إ ل ى ال لح د

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik. 1. Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamiin merupakan konsekuensi logis

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan bangsa Indonesia bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. menentukan tinggi rendahnya kualitas dan nilai suatu negara, karena itu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H. Ba adillah press, Jakarta, 2002, hlm 17.

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol dalam kehidupan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Mempraktikkan Materi yang Diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, karena itu dia adalah inti atau sari dari semua makhluk, suatu microcosmos dimana segala sesuatu ada dan berada dalam dirinya, dan memiliki kecerdasan.1 Manusia dilahirkan oleh Allah SWT dalam keadaan tidak berdaya. Namun dibalik ketidak berdayaan tersebut, manusia juga dibekali kelebihan atau potensi-potensi yang dapat dikembangkan secara optimal. Seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya: Setiap orang dilahirkan membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. (Hadits Riwayat Bukhari Muslim) 2 Fitrah secara harfiah menurut hadits yang tersebut di atas, diartikan sebagai kemampuan-kemampuan, yang selanjutnya disebut dengan potensi. Jadi fitrah yang dimaksud adalah pembawaan. Sementara Ayah-Ibu dalam hadits ini adalah lingkungan yang menentukan perkembangan seseorang. Potensi pokok yang terdapat dalam diri manusia yang utuh meliputi tiga hal, yakni jasmani, akal dan rohani.3 Dalam hal ini, manusia tidak seharusnya menitik beratkan pada potensi akal saja, namun juga harus menyeimbangkan ketiga unsur tersebut sehingga akan lebih berkembang potensi manusia tersebut khususnya berkaitan dengan inteligence (kecerdasan) seseorang. Manusia yang sempurna menurut islam memiliki tiga ciri-ciri pokok yang saling mendasar dan melengkapi, yakni jasmani yang sehat dan kuat serta berketrampilan, cerdas dan pandai, serta rohani yang berkualitas tinggi. Jasmani yang kuat dalam islam juga dikhususkan pada kesehatan mental 1 Retno Sriningsih Satmoko, Landasan Kependidikan, CV. IKIP Semarang Press, Semarang, 1999, hlm. 3 2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. VI, hlm. 35 3 Ibid, hlm. 37 1

2 seseorang. Ini dikarenakan inti dari ajaran islam (iman) adalah persoalan kesehatan mental. Lebih lanjutnya, kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh kesehatan jasmani. Oleh karena itu, islam menganjurkan agar setiap muslim menjaga kesehatannya dengan cara berolahraga diantaranya: memanah, berenang, berkuda, dan lain-lain.4 Cerdas dan pandai adalah ciri dari akal yang berkembang sempurna. Kecerdasan ini ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan. Kecerdasan dan kepandaian dapat ditiliki dari indikatorindikator sebagai berikut : pertama, memiliki sains (pengetahuan manusia yang merupaka produk indra dan akal) yang banyak dan berkualitas tinggi. Kedua, mampu mengetahui dan memahami filsafat, yakni pengetahuan yang bersifat akliah. Sehingga dengan kedua indikator tersebut seorang muslim mampu memecahkan masalah secara tepat dan terarah secara filosofis dan sains.5 Rohani yang berkualitas tinggi merupakan hal yang samar, ruwet dan belum jelas batasannya. Dalam literatur tasawuf kebanyakan hanya disebutkan dalam istilah qalb (kalbu) saja. Sehingga rohani yang kuat yang disebutkan dalam Al-Quran adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah, senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Diantara indikator rohani atau kalbu yang kuat adalah apabila sholat, ia shalat dengan khusuk (Al-Mu min: 1-2), bila mengingat Allah, kulit dan hatinya tenang (Az-Zumar: 23), bila disebut nama Allah, maka bergetar hatinya (Al-Hajj: 35), dan lain-lain. Oleh karena itu, dari hatilah manusia berfikir dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhannya.6 Kecerdasan intrapersonal adalah salah satu kecerdasan yang menjadi titik tumpu pengenalan seorang manusia terhadap kemampuan dirinya. Dalam islam, kecerdasan ini sering dikaitkan dengan muhasabah atau mengenal jati 4 Ibid, hlm. 41 Ibid, hlm. 43 6 Ibid, hlm. 45 5

3 diri sendiri. Sayangnya, kecerdasan tersebut masih dirasa kurang mendapat perhatian yang khusus dari beberapa guru yang ada di MTs. Abadiyah. Guruguru lebih cenderung meningkatkan kecerdasan kognitif saja, dan mengesampingkan kecerdasan afektif yang di dalamnya terdapat kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan tersebut dapat ditunjang dan dikembangkan sebagai makhluk yang tersempurna, dengan dibekali pendidikan sebagai dasar dan pondasi hidup yang bertujuan agar manusia menjadi hakekat jati dirinya sebagai khalifah di bumi dan sebagai hamba Allah yang selalu taat kepadanya. Rasulullah dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh imam bukhari-muslim bersabda bahwa Mencari ilmu (belajar) diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut beliau mengajarkan bahwa mencari ilmu tidaklah singkat dan semudah membalikkan telapak tangan, seperti yang disabdakan beliau bahwa mencari ilmu (belajar) diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan dari buaian (mahd) sampai liang lahat (lahd). Dalam istilah dunia pendidikan indonesia disebut pembelajaran sepanjang hayat/ pendidikan seumur hidup (Life Long Education).7 Islam sebagai agama yang universal juga memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan hidup manusia itulah yang menjadi sasaran hidup manusia, dimana pencapaiannya sangat bergantung pada masalah pendidikan.8 Pendidikan Islam dituntut untuk melakukan antisipasi baik dalam dataran pemikiran (konsep) maupun dataran tindakan kesiapan dunia pendidikan Islam dalam memasuki tahap ini bergantung pada akurasi dan antisipasi yang dilakukan termasuk kejelian dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi.9 Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana menyajikan 7 Retno Sriningsih Satmoko, Op. Cit, hlm. 65 Ismail SM, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cet. 1, 2001, hlm. 56. 9 Ibid, hlm. 55. 8

4 materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Pendidikan agama yang hanya menekankan pada akumulasi pengetahuan agama belum mampu membuahkan hasil sedemikian rupa pada pembentukan kepribadian anak didik khususnya pendidikan agama terlalu menitik beratkan pada dimensi kognitif intelektual. Kurang menyentuh aspek afektif dan psikomotorik serta wilayah trasendental.10 Pembelajaran merupakan suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan ketrampilan dan sikap.11 Dalam pembelajaran terdapat berbagai model pembelajaran yang terus menerus mengalami perkembangan, agar pengetahuan selalu mutakhir maka perlu kiranya dikembangkan teknik-teknik belajar yang baru. Dalam hal ini pemilihan materi kurikulum tidak dapat lagi hanya berbasis konten akan tetapi lebih kepada peningkatan kecakapan hidup siswa yang memiliki kompetensikompetensi sebagaimana memutakhirkan pengetahuan dan memanfaatkannya agar berhasil dalam kehidupan. Model pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered instruction) menurut Melvin L. Sil Berman memerlukan keterlibatan mental dan kerja peserta didik yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng adalah Active learning.12 Model pembelajaran ini diharapkan siswa akan berperan aktif dalam setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru khususnya dengan model pembelajaran berpasang-pasangan. Semua orang pada dasarnya tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Demikian pula dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan 10 11 Ibid, hlm. 170. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hlm. 157. 12 Melvin L. Sil Berman, Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), Cet. 1, Nusa Media, Bandung, 2004, hlm. 1.

5 membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk akibatnya tujuan belajar tidak tercapai.13 Guru dituntut harus menggunakan setrategi yang lebih variatif. Berbagai bentuk setrategi pembelajaran tersebut dikembangkan oleh guru untuk membelajarkan siswa-siswanya antara guru dan siswa mempunyai tujuan yang ingin dicapai dimana guru sebagai fasilitator sedangkan semua siswa saling membantu mencapai kompetensi yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada 4 (empat) pilar pendidikan universal yaitu learning to do, learning to be, learning to learn, learning to live together.14 Pembelajaran berpasang-pasangan yang diterapkan oleh MTs. Abadiyah merupakan salah satu strategi yang diambil guru mapel Al-Qur an Hadits sebagai bentuk pengembangan pembelajaran dan sarana menghilangkan kebosanan. Model ini menerapkan program yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi dari peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi emosi dan kepribadian diri sendiri dan orang lain, akhirnya memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah dan anggota masyarakat. Penelitian ini bermaksud mengungkap dan menganalisa tentang model pembelajaran berpasang-pasangan sebagai salah satu model yang digunakan dalam pembelajaran yang aktif, serta dalam meningkatkan kecerdasan melalui mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas VIII di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengadakan penelitian yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Berpasang-Pasangan dalam Meningkatkan Kecerdasan Intrapersonal Siswa pada Mata Pelajaran AlQur an Hadits Kelas VIII di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati Tahun Ajaran 2015/2016 13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Setrategi Belajar Mengajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Cet. 2, 2002, hlm. 180. 14 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hlm. 5.

6 B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah masalah yang bersumber pada peneliti atau melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui keputusan lainnya. Fokus dalam penelitian kualitatif bersifat tentatif artinya penyempurnaan fokus atau masalah dilakukan sewaktu penelitian sudah berada di latar penelitian. Setelah melakukan peninjauan di MTs. Abadiyah, maka fokus penelitian ini adalah yang implementasi model pembelajaran berpasang-pasangan dalam meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits kelas VIII di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati beserta faktor pendukung dan penghambat dari proses peningkatan tersebut. C. Rumusan Masalah Beberapa permasalahan yang dihasilkan berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, antara lain : 1. Bagaimana implementasi model pembelajaran berpasang-pasangan dalam meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa pada mata pelajaran AlQur an Hadits Kelas VIII di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung implementasi model pembelajaran berpasang-pasangan pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits dalam meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa Kelas VIII MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati Tahun Ajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian Apabila melihat permasalahan yang telah ada, maka dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui implementasi model pembelajaran berpasang-pasangan dalam meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits Kelas VIII di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung implementasi model pembelajaran berpasang-pasangan dalam meningkatkan kecerdasan

7 intrapersonal siswa pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits Kelas VIII di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati Tahun Ajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian dalam bahasan ini dibedakan menjadi dua : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, diharapkan pembaca mampu mengetahui teori-teori tentang konsep pembelajaran Al-Qur an Hadits sebagai mata pelajaran dalam Pendidikan Agama Islam dan model pembelajaran yang diimplementasikan sebagai upaya dalam meningkatkan kecerdasan intrapersonal, yang diterapkan di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengembangan ilmu pendidikan dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya. 2. Manfaat Praktis Bagi madrasah yang menjadi fokus penelitian, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkahlangkah akademik guna mewujudkan potensi-potensi peserta didik khususnya dalam hal kecerdasan intrapersonal. Sedangkan bagi kalangan akademisi, khususnya yang berkecimpung di dunia pendidikan islam, hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan agar sama-sama memikirkan masa depan peserta didik di negara ini pada khususnya dan masa depan pendidikan islam pada umumnya. Kemudian bagi peneliti sendiri, dapat memberikan kontribusi pada khazanah pendidikan islam khususnya peserta didik di MTs. Abadiyah Kuryokalangan Gabus Pati