BAB I PENDAHULUAN. No 23 tahun 1992) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk itu pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk Indonesia meningkat setiap tahunnya. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: DELIFIANI HIDAYATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan juga sebagai intestasi, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, UMUR DAN STATUS GIZI BAYI/ BALITA DENGAN KEPATUHAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi atau peran serta masyarakat mempunyai arti yang sangat luas, yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (Ocbrianto, 2012). Tiga pilar yang mempengaruhi kualitas hidup sumber daya

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

Jurnal Kesehatan Kartika 50

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 tahun 1992) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat mewujutkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan, karena kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta (Depkes RI, 2011). Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 Bidang Kesehatan. Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan Sumber Daya Manusia, seperti: meningkatnya derajat kesejahteraan dari status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya pereventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat

2 dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuhkembangkan Posyandu. (Depkes RI, 2011). Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memperdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Masalah Posyandu, dapat pula dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Universitas Andalas (Sumatera Barat), Universitas Hasanudin (Sulawesi Selatan) dan Sekolah Tinggi Ilmu Gizi (Jawa Timur) pada tahun 1999 yang mencatat beberapa hal sebagai berikut : 1). Hanya sekitar 40% dari jumlah Posyandu yang ada dapat menjalankan fungsinya dengan baik, 2). Lebih dari separuh Posyandu tidak memiliki peralatan yang memadai, 3). Sebagian besar Posyandu tidak memiliki tempat pelayanan yang layak, karena menyelenggarakan kegiatan di gudang, garasi atau rumah penduduk, disamping pembinaan terhadap Posyandu masih belum merata, 4). Sebagian besar Posyandu, belum memiliki jumlah kader Posyandu yang cukup bila dibandingkan dengan jumlah sasaran dan hanya 30% kader Posyandu terlatih, 5). Sebagian besar kader Posyandu belum mampu mandiri, karena sangat tergantung sekali dengan petugas Puskesmas sebagai pembina, dan sementara itu penghargaan terhadap kader Posyandu masih rendah, 6). Cakupan Posyandu masih rendah, untuk Balita yang sebagian besar adalah anak usia

3 dibawah dua tahun, cakupannya masih di bawah 50%, sedangkan untuk ibu hamil cakupannya hanya sekitar 20%, 7). Hampir 100% ibu menyatakan pernah mendengar Posyandu, namun yang hadir pada saat kegiatan Posyandu kurang dari separuhnya (Depkes RI, 2006). Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih, dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa pembangunan sektor kesehatan 2010-2014 diprioritaskan pada peningkatan kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Balita, perbaikan status gizi, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta penyehatan lingkungan. Salah satu program prioritasnya adalah revitalisasi Posyandu (Junaidi, 2010). Menurut data Riskesdas 2010 untuk propinsi Kalimantan Barat presentase frekuensi penimbangan anak umur 6 59 bulan selama 6 bulan terakhir 4 kali (30,9%), 1 3 kali (17,3%) dan tidak pernah ditimbang (51,9%). Sedangkan untuk umur 6 23 bulan presentase frekuensi penimbangannya adalah 4 kali (49,6%), 1 3 kali (16,8%) dan tidak pernah ditimbang (33,1%). Jika dilihat presentase frekuensi penimbangan Balita di atas masih jauh dari target nasional, dimana persentase Balita ditimbang (D/S) harus mencapai 85% sesuai yang telah ditargetkan oleh nasional untuk tahun 2010 2014 (Kemenkes RI, 2010). Menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang untuk laporan tahunan gizi 2011, jumlah sasaran Balita yang ada di Kabupaten Ketapang sebesar 51.706 Balita dengan jumlah penimbangan sebesar 23.104 Balita (D/S = 44,7%). Pada laporan tahunan gizi 2012 menyatakan jumlah sasaran Balita yang ada di Kabupaten Ketapang sebesar 43.844 Balita dengan jumlah

4 penimbangan sebesar 25.011 Balita (D/S = 57,0%). Dilihat dari persentase pada tahun 2011 (44,7%) dan 2012 (57,0%) masih belum mengalami kenaikan, dan masih belum mencapai target untuk tahun 2011 dan 2012 yang seharusnya D/S = 85% ditargetkan oleh nasional. Jumlah sasaran Balita pada tahun 2012 untuk Kecamatan Kendawangan adalah 3355 Balita dengan jumlah rata-rata kunjungan penimbangan tiap bulannya sebesar 2491 Balita (D/S = 74,2%) ini masih belum mencapai target (85%) yang telah ditetapkan baik untuk tingkat nasional maupun kabupaten, dan yang ada di Desa Kendawang Kiri sasaran 801 Balita, dengan jumlah kunjungan Posyandu rata-rata perbulan 378 anak (D/S = 47,2%) ini sangat jauh di bawah target sasaran yang telah ditetapkan. Dari 8 unit Posyandu yang ada di Desa Kendawangan Kiri cakupan kunjungan penimbangan Balitanya yang paling terendah terdapat pada Posyandu Bandaran, yakni dengan jumlah sasaran 116 Balita dan jumlah kunjungan rata-rata perbulannya adalah 31 Balita (D/S = 26,7%) ini sangat jauh sekali di bawah target yang telah ditetapkan (Data Puskesmas Kendawangan, 2012).

5 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : TABEL I.1 DISTRIBUSI JUMLAH BALITA YANG DI TIMBANG pada Posyandu yang ada di Desa Kendawangan Kiri, 2012 No Nama Posyandu Jumlah Balita (S) Rata-rata Jumlah Balita ditimbang /bulan Pencapaian (D/S) 1 Teratai 122 65 53,5% 2 Kamboja 163 85 52,1% 3 Bandaran 116 31 26,7% 4 Mawar Merah 72 36 50% 5 Pepaya 94 40 53,2% 6 Kenanga 131 66 50,4% 7 P. Bawal 47 25 53,2% 8 P. cempedak 56 30 53,6% Jumlah 801 378 47,2% Sumber : Data Puskesmas Kendawangan, 2012 Pada tabel di atas persentase rata-rata pencapain (D/S) setiap bulannya pada ke 7 Posyandu (>50%), hanya 1 Posyandu saja yaitu Posyandu Bandaran yang sangat jauh sekali pencapaian cakupan partisipasi masyarakat (D/S) dalam menimbang anaknya yaitu 26,7%. Karena masih kecilnya persentase cakupan penimbangan Balita di Posyandu (D/S) dapat menimbulkan masalah-masalah gizi yang ada, seperti data laporan tahunan gizi di Puskesmas Kendawangan tahun 2012 masih terdapat 58 Balita dibawah garis merah, dalam penatalaksanaannya telah dilakukan pemberian makanan tambahan dan penyuluhan gizi pada ibu/pengasuh bayi. Akan tetapi orang tua Balita kurang memahami pola asuh/kebiasaan yang baik terhadap anak. Perilaku hidup bersih dan sehat di daerah terpencil masih kurang. Dari keseluruhan Balita yang BGM (19 desa) jumlah Balita BGM terbanyak terdapat di desa Kendawangan Kiri yaitu 8 Balita (Data Puskesmas Kendawangan, 2012).

6 Berdasarkan permasalahan di atas dimana cakupan D/S nya masih kurang atau dibawah target yang telah ditetapkan oleh nasional (85%), maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran di Desa Kendawangan Kiri Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang. I.2 Identifikasi Masalah Posyandu yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sekaligus dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana dan kesehatan. Disamping itu, Posyandu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk tukar pendapat dan pengalaman serta bermusyawara untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan Balita serta dapat meningkatkan status gizi Balita. Pada tahun 1989 2000 intervensi gizi dari pemerintah memang lebih cepat dilakukan saat petugas Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) menemukan kasus gizi kurang maupun gizi buruk pada Balita (Depkes RI, 2011). Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat berkunjung ke Posyandu, tetapi ada juga masyarakat yang tidak mau berkunjung ke Posyandu. Faktor yang menyebabkan masyarakat tidak mau berkunjung ke Posyandu dapat berasal dari dalam diri orang itu sendiri (faktor predisposisi) dan dari luar orang itu sendiri (faktor penguat). Menurut L.Green dalam Notoatmodjo

7 (2003), salah satu faktor fredisposisi adalah pengetahuan dan sikap, yang mana akan mempengaruhi perilaku seseorang. Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu dan sikap ibu sedang variabel dependennya adalah perilaku ibu dalam menimbang anaknya ke Posyandu. I.3 Pembatasan Masalah Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi ibu Balita terhadap keaktifan kunjungan di Posyandu. Maka penelitian hanya membatasi penelitian pada Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran di Desa Kendawangan Kiri, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. I.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran di Desa Kendawangan Kiri, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.

8 I.5 Tujuan Penelitian I.5.1 Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran di Desa Kendawangan Kiri, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang. I.5.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi Karateristik Responden (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Jarak Tempat Tinggal dan Jumlah Anak) Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran. b. Menilai Pengetahuan Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran. c. Menilai Sikap Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran. d. Menilai Perilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran. e. Menganalisis Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran. f. Menganalisis Hubungan Sikap dan Prilaku Ibu dalam Menimbang Anaknya ke Posyandu pada Posyandu Bandaran. I.6 Manfaat Penelitian I.6.1 Bagi Peneliti Dengan adanya penelitian ini, diharapkan akan mendapat tambahan ilmu dan pengalaman, sehingga dapat menyampaikan kepada

9 masyarakat terutama kaum ibu tentang pentingnya kunjungan ke Posyandu demi memantau status gizi serta pertumbuhan dan perkembangan Bayi dan Anak Balitannya. I.6.2 Bagi Jurusan Gizi Dapat menambah penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan dapat juga menjadi bahan acuan untuk penelitian selanjutnya. I.6.3 Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Dapat memberikan masukan kepada instansi kesehatan terutama Dinas Kesehatan melalui Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dalam rangka membuat program kesehatan yang lebih tepat sasaran, guna menekan angka cakupan penimbangan pada Balita di wilayah kerja yang bersangkutan.