ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL JANTRAN TAHUN AJARAN 2008/2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

AHMAD KHOIRUL ANWAR NIM A

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antarindividu

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian bahasa Jawa juga memiliki dialek yang tidak sedikit. dialek Banyuwangi, dialek Surabaya, dan dialek Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN KOMISIF DI KALANGAN ANAK TK BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA DI KECAMATAN POLANHARJO KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM TUTURAN PERANGKAT DESA PECUK KECAMATAN MIJEN KABUPATEN DEMAK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

ERIZA MUTAQIN A

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai alat sosial, dan sebagai sarana mengekspresikan diri (2007:3). Dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak telah mengenal bahasa sebelum dia dilahirkan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting manusia. yang harus ada dalam proses komunikasi, yaitu: (1) pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Babadan terletak di ujung Utara Kecamatan Pagentan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

Transkripsi:

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KOMISIF PADA BAHASA PERCAKAPAN ANAK TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL JANTRAN TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Disusun oleh: DWI SANTOSA NIM A 310050224 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu sarana dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Baik bahasa lisan ataupun bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Secara tertulis merupakan hubungan tidak langsung, sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung akan terjadi sebuah percakapan antar individual atau kelompok. Percakapan yang terjadi mengakibatkan adanya peristiwa tutur dan tindak tutur. Pertuturan atau tindak tutur adalah perbuatan berbahasa yang dimungkinkan dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsurunsur. Dapat pula dikatakan bahwa pertuturan adalah perbuatan yang menghasilkan bunyi bahasa secara beraturan sehingga menghasilkan ujaran bermakna. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam peristiwa tutur banyak dilihat pada tujuan peristiwanya dan pada tindak tutur dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur dan 1

2 peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terjadi pada satu proses, yaitu proses komunikasi (Chaer dan Agustina, 1995 dalam Wuryanto, 2008: 6). Untuk mengetahui maksud dan tujuan berkomunikasi peristiwa tutur diwujudkan dalam sebuah kalimat. Dari kalimat-kalimat yang diucapkan oleh seorang penutur dapat diketahui apa yang dibicarakan dan diinginkan penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Akhirnya mitra tutur akan menanggapi kalimat yang dibicarakan oleh penutur. Misalnya, kalimat yang mempunyai tujuan untuk memberitahukan saja, kalimat yang memerlukan jawaban, dan kalimat yang meminta lawan tutur melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Tindak tutur menurut Austin, 1995 (dalam Rahardi, 2005: 104) dibedakan menjadi tiga yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi dari suatu ucapan adalah makna dasar referen dari ucapan. Tindak tutur ilokusi adalah daya yang ditimbulkan pemakainya sebagai suatu perintah, ejekan, keluhan, pujian, dan sebagainya. Tindak tutur perlokusi adalah hasil dari apa yang diucapkan terhadap pendengarnya. Daya ilokusi seorang penutur menyampaikan amanatnya di dalam percakapan, kemudian percakapan itu dipahami atau ditanggapi oleh pendengar. Selanjutnya pendengar melakukan atau tidak melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang diucapkan penutur Tindak tutur ilokusi dalam komunikasi pada suatu penelitian penting untuk diperhatikan. Hal ini searah dengan pendapat Kushartanti, Yuwono, dan Lauder (2005: 104) yang menyatakan bahwa tindak tutur ilokusi dalam

3 komunikasi merupakan bentuk sikap ekspresi yang memberikan ruang terjadinya beberapa tipe tindak. Ilokusi merupakan tuturan yang dapat didekode oleh penutur yang memudahkan mitratutur membedakan interpretasi maksud tutur dalam tindakan. Rohmadi (2004; 31) menyatakan bahwa tindak ilokusi memberikan tantangan dalam penelitian kebahasaan sebab tindak ilokusi sulit diidentifikasi harus terlebih dahulu mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur. Pendapat tersebut membuktikan bahwa kajian ilokusi penting untuk mendapat perhatian sebab dalam kajian ilokusi membahas tentang sikap dan ekspresi tindakan seseorang dalam komunikasi, dengan kajian tertuju pada penutur dan lawan tutur. Ilokusi sebagai daya yang ditimbulkan oleh pemakaiannya dapat mempengaruhi partisipan untuk melakukan suatu tindakan, baik tindakan positif ataupun negatif. Alasan menariknya percakapan penting untuk dianalisis diutarakan oleh Subadiyono (2002: 1) bahwa analisis percakapan adalah sebuah teknik yang dikembangkan untuk mengamati dan mengeksplorasi bahasa percakapan. Analisis ini bekerja pada wilayah yang menfokuskan pada pembicaraan spontan yang terjadi dalam peristiwa natural situasi sosial, juga pada pembicaraan di berbagai seting institusional, seperti pengadilan, operasi dokter, wawancara berita yang interaksinya lebih teragendakan. Kajian percakapan difokuskan pada ujaran yang digunakan seseorang pada situasi tertentu.

4 Orang satu dengan orang lainnya ada perbedaan saat berbicara, baik tekanan kalimatnya atau kata-kata yang digunakan. Semakin banyak kosa kata yang dikuasi oleh seseorang, maka orang tersebut dapat bervariasi dalam menggunakan kalimat. Sebaliknya, orang yang miskin kosa kata akan kesulitan dalam berbicara dan bersifat monoton. Penguasaan kosa kata dalam berbicara mempunyai peran penting saat seseorang berbicara. Dardjowidjojo (2003: 225) berpendapat bahwa penguasaan kosa kata yang digunakan untuk berbahasa oleh anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebagai tempat pemerolehan bahasa yang utama dan pertama (bahasa daerah atau bahasa ibu). Bahasa yang digunakan anak berkaitan erat dengan topik-topik pembicaraan dan cara memahami bunyi ujaran dari lawan tutur sesuai dengan aturan-aturan yang diperoleh anak sejak kecil, saat anak mulai dapat berbicara. Perkembangan pemakaian bahasa pada anak dipengaruhi oleh meningkatnya usia anak. Semakin anak bertambah umur, maka akan semakin banyak kosa kata yang dikuasai. Hurlock berpendapat (2001: 116) bahwa perkembangan bahasa yang dikuasai anak dipengaruhi oleh perkembangan usia anak dan lingkungan. Sewaktu anak masih berusia di bawah 3 tahun, waktu anak lebih banyak berada dalam lingkungan keluarga sehingga bahasa yang dikuasaipun juga hanya berasal dari lingkungan keluarga. Selanjutnya setelah anak berusia 3 tahun ke atas di mana anak mulai masuk sekolah di Taman Kanak-kanak, anak melakukan hubungan sosial keluar rumah. Anak

5 yang telah bersosialisasi dengan dunia di luar rumah akan menemui kosa kata yang lebih banyak dan beraneka ragam. Leech, 1993 (dalam Rahardi, 2005: 36) menyatakan bahwa permasalahan tindak tutur direktif merupakan permasalahan dalam pragmatik yang menekankan pada unsur kesantunan berbahasa dan makna tersirat yang harus dipahami oleh lawan tutur. Pendapat yang hampir sama dinyatakan oleh Kushartanti, Yuwono, dan Lauder (2005: 105) bahwa masalah dalam tindak tutur komisif terletak pada sopan santun berbahasa sehingga timbul makna tersirat sehubungan dengan relasi makna dalam pertuturan. Ditambahkan oleh Dardjowidjojo (2003: 106) bahwa permasalahan tindak tutur komisif terletak pada lawan bicara dalam memahami percakapan berupa informasi atau berupa tindakan, khususnya dalam informasi pelaksanaan tindak ujaran hanya pada penyimpanan informasi pada memori lawan bicara. Perkembangan bahasa anak selamanya tidak berjalan normal, kadang ada hambatan-hambatannya sehingga berpengaruh terhadap tindak tutur yang digunakan anak saat melakukan percakapan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pra penelitian di lokasi penelitian TK Aisyiyah Bustanul Athfal Jantran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen dapat diketahui bahwa sikap anak dalam berbicara kurang sopan saat anak berbicara dengan anak lain. Hal ini dapat terlihat dari tekanan suara keras dari anak, baik untuk menyatakan informasi atau perintah membuat lawan bicara kurang memahami maksud penutur termasuk informasi atau perintah sehingga lawan tutur merasa

6 kebingungan untuk melaksanakan tindakan selanjutnya. Seperti kutipan (1), (2), (3) di bawah ini: (1) Mbok aku disilihi petelotmu tho...?! (Aku dipinjami pensilmu tho...?!) (2) Terus piye, mbok aku diajari.! (Terus bagaimana, mbok aku diajari!) (3) Ayo nonton yo. N neng ngendi? (Ayo lihat yo...n di mana?) Ketiga kutipan di atas apabila didengarkan selintas kurang dipahami oleh lawan tutur atau membuat perasaan kurang nyaman. Kalimat nomor (1) Mbok aku disilihi petelotmu tho...?! dan (2) Terus piye, mbok aku diajari.! Merupakan kalimat permintaan akan tetapi diucapkan dengan kasar sehingga terdengar lawan tutur ada pemaksaan untuk melakukan apa yang diperintahkan penutur. Hal ini membuat lawan tutur merasa kurang suka dengan apa yang dikatakan oleh penutur. Adapun untuk kalimat nomor (3) Ayo nonton yo. N neng ngendi? Kalimat penutur membingungkan lawan tutur. Awalnya penutur mengajak lawan tutur yang diteruskan dengan pertanyaan, lawan tutur merasa kurang paham apa yang dikatakan penutur sehingga lawan tutur harus memilih tindakan yang didahulukan karena lawan tutur tidak mampu melaksanakan tindakan dari kalimat penutur secara bersamaan. Kenyataan lain yang ditemui oleh peneliti di lokasi penelitian yaitu adanya permasalahan tentang tindak tutur ilokusi komisif seperti kutipan (4), (5), (6) berikut: (4) Yo...neng embuh aku ra ngerti, engko takon masku wae

7 (Ya...tapi tidak tahu, nanti tanya kakakku saja.. ) (5) Seneng banget, mengko bar mulih sekolah neng gonku ya, nonton adiku! (Senang sekali, nanti setelah pulang sekolah ke tempatku ya, lihat adikku!) (6) Kowe nyiliho pitku wae...neng mengko dienggo masku ora yo...? (Kamu pinjam sepedaku saja..., tapi dipakai kakaku tidak ya...? Ketiga kutipan di atas, yaitu embuh aku ra ngerti, engko takon masku wae, Seneng banget, mengko bar mulih sekolah neng gonku ya, nonton adiku!, dan Kowe nyiliho pitku wae...neng mengko dienggo masku ora yo...? merupakan kalimat ajakan atau menawarkan yang disertai ketidakpercayaan penutur tentang apa yang ditawarkan sehingga lawan tutur menjadi kurang paham apa yang dimaksud oleh penutur. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka kajian makna verbal dalam tuturan anak dalam penelitian ini difokuskan pada tuturan anak Taman Kanak- Kanak (TK). Analisis percakapan dalam ilokusi direktif dan komisif penting dilakukan penelitian dengan alasan sebagai berikut. 1. Berdasarkan data pertama karena adanya permasalahan dalam ilokusi direktif dalam kalimat-kalimat permintaan akan tetapi diucapkan dengan kasar sehingga terdengar lawan tutur ada pemaksaan untuk melakukan tindakan penutur. 2. Berdasarkan data kedua karena adanya permasalahan dalam ilokusi komisif yaitu pada kalimat menawarkan yang disertai ketidakpercayaan

8 penutur tentang apa yang ditawarkan sehingga lawan tutur menjadi kurang paham apa yang dimaksud oleh penutur. Informasi yang diperoleh dalam percakapan meningkatkan memori otak anak semakin banyak menyimpan kata-kata. Banyaknya kosa kata yang dikuasai anak ini berfungsi untuk memudahkan lawan bicara anak dalam memahami isi tuturan. Anak akan mudah menjelaskan maksud dan tujuan tuturan yang dilakukan kepada pihak lain. B. Pembatasan Masalah Pembahasan dalam suatu penelitian diperlukan pembatasan masalah, dengan adanya pembatasan masalah pembahasan tidak akan meluas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Diarahkan pada aspek-aspek situasi tutur yang dapat dipergunakan untuk menganalisis bahasa percakapan. Aspek-aspek situasi tutur, antara lain: (a) partisipan tutur, (b) topik tutur, (c) latar tutur, (d) tujuan tutur, (e) saluran tutur, dan (f) ragam atau genre tutur 2. Bentuk-bentuk tindak tutur meliputi direktif (Directives) dan komisif (Commissive). Alasannya, berdasarkan hasil perolehan data pra penelitian, sebagai besar data dalam tindak tutur ilokusi pada bentuk direktif (Directives) dan komisif (Commissive). 3. Makna tindak tutur dalam bahasa percakapan yang dipergunakan oleh anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal Jantran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2008/2009.

9 C. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan adanya rumusan permasalahan analisis dalam suatu penelitian dapat terfokuskan pada permasalahan yang telah ditentukan. Sesuai dengan latar belakang masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang digunakan oleh anak TK? 2. Bagaimanakah strategi tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang digunakan oleh anak TK? 3. Bagaimanakah teknik tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang digunakan oleh anak TK? D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur yang digunakan oleh anak TK. 2. Untuk mengetahui strategi tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang digunakan oleh anak TK. 3. Untuk mengetahui teknik tindak tutur direktif dan komisif pada percakapan yang digunakan oleh anak TK.

10 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat memberikan masukan yang positif bagi perkembangan sosiolinguistik dan pragmatik, yaitu dalam peristiwa tutur yang digunakan oleh anak TK. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi pengajar, khususnya guru bahasa Indonesia diharapkan akan dapat memberikan pengertian dan pemahaman dengan tepat mengenai tuturan dalam linguistik. b. Bagi peneliti lain dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam memberikan gambaran analisis percakapan.