1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kebutuhan keuangan masyarakat terus meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang


BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN I.1

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini era pembangunan telah menunjukkan perkembangan terutama

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sebaik-baiknya dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang material. Adanya suatu bank akan memberi manfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi terutama yang berpihak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

No. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan bank dan semakin

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bank merupakan badan usaha yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya. Dalam menjalankan usahanya, bank dihadapkan pada berbagai risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Menurut Tampubolon (2004), lingkungan usaha sebuah bank mengalami banyak perubahan, yang semula merupakan lingkungan yang relatif stabil berubah menjadi lingkungan yang dinamis. Perubahan lingkungan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: tuntutan konsumen yang semakin tinggi, persaingan yang semakin ketat, perkembangan teknologi yang pesat. Faktor-faktor tersebut menimbulkan menipisnya margin suatu bank, sehingga bank menawarkan berbagai produk atau layanan yang baru, salah satunya dengan ekspansi kredit. Salah satu tugas bank sebagai lembaga keuangan ialah menyalurkan kredit. Menurut Soedarto (2007), pendapatan utama bank berasal dari kredit yang berupa pendapatan bunga dan provisi kredit, sebesar hampir 70%-80% dari aset bank berbentuk kredit. Bank dikatakan memiliki risiko kredit yang besar jika memiliki nilai NPL (Non Performing Loan) yang besar, hal ini dapat berdampak pada risiko likuiditas dan risiko lainnya. Penyebab timbulnya risiko kredit tersebut dapat disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Perlu diperhatikan pendanaan kepada debitur dalam bentuk pemberian kredit karena akan sangat mempengaruhi stabilitas keuangan bank (Nasution 2003). Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998, disebutkan bahwa terdapat dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal untuk melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). BPR melayani berbagai kebutuhan yang belum dapat terjangkau sepenuhnya oleh bank umum, mulai dari pedagang, petani, nelayan, peternak, pegawai dan pensiunan. Pada umumnya lokasi BPR dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan. BPR merupakan salah satu tulang punggung penting dalam pembangunan nasional. Di dalam kerangka perbankan nasional, seperti yang dituliskan di dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan cetak biru Pengembangan BPR, BPR diharapkan untuk berperan serta dalam mendorong pembangunan sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam hal ini, BPR dapat memberikan akses finansial kepada para pelaku UMKM. Peran BPR juga menjadi semakin penting karena sejalan dengan program pemerintah untuk mendukung dan mengembangkan UMKM sebagai salah satu tulang punggung perekonomian. Oleh karena itu, kinerja dan kesehatan BPR menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan sektor perbankan, yang berpengaruh pada pertumbuhan sektor UMKM. Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Pemberian kredit yang dilakukan oleh BPR bukanlah hal yang mudah, BPR harus memiliki kepercayaan kepada calon

2 debitur sebagai pihak yang akan diberikan kredit. Kepercayaan ini diperoleh bank dengan melakukan analisa yang memadai sebelum kredit tersebut diberikan. Sejalan dengan pengembangan BPR yang berperan dalam memajukan usaha UMKM, maka BPR pun dihadapkan pada adanya risiko dalam pengembangannya. BPR yang menyalurkan kredit kepada UMKM dihadapkan pada kurangnya analisa karena umumnya UMKM memiliki informasi yang terbatas mengenai usahanya, terutama pada laporan keuangan. Peningkatan risiko yang dihadapi oleh BPR harus diimbangi dengan pengendalian risiko yang memadai. Pengendalian risiko ini perlu dilakukan dengan peningkatan kualitas manajemen risiko. Manajemen risiko penting diterapkan oleh suatu lembaga keuangan seperti perbankan karena bank merupakan bisnis yang berisiko. Pentingnya penerapan manajemen risiko oleh perbankan, maka Bank Indonesia mengeluarkan peraturan mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi perbankan sebagai berikut: 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. 2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. 3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 Perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum 4. Surat Edaran Bank Indonesia No 5/23/DPNP tanggal 29 September 2003 Perihal Pedoman Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar dan Pedoman Perhitungan Posisi Devisa Neto Bank Umum. Klasifikasi risiko yang biasa dihadapi oleh perbankan diantaranya adalah risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik dan risiko kepatuhan. Risiko kredit merupakan risiko yang paling krusial dalam industri perbankan. Hal ini karena bank berfungsi sebagai lembaga yang menyalurkan kredit kepada masyarakat. Risiko kredit salah satunya disebabkan karena ketidakmampuan debitur untuk memenuhi kesepakatan perjanjian kredit. Bank perlu menilai karakter debitur yang akan melakukan perjanjian kredit. Menurut ketentuan Bank Indonesia, suatu bank harus memiliki nilai (Non Performing Loan) di bawah 5%. Salah satu indikator untuk melihat kondisi kredit perbankan adalah dengan melihat nilai Non Performing Loan (NPL). NPL adalah kredit yang masuk ke dalam kategori kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Status NPL pada prinsipnya didasarkan pada ketepatan waktu bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa pembayaran bunga maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPL sekecil mungkin. Dengan kata lain, tingginya NPL sangat dipengaruhi oleh kemampuan BPR dalam menjalankan proses pemberian kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit, termasuk tindakan pemantauan (monitoring) setelah kredit disalurkan dan tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit maupun indikasi gagal bayar (Djohanputro dan Kountur 2007).

3 Dalam penerapannya, manajemen risiko kredit mencakup langkah-langkah mulai dari proses identifikasi risiko kredit, pengukuran risiko kredit, serta pengendalian risiko kredit yang efektif dengan mengevaluasi alternatif terbaik dan diukur dampaknya. Salah satu aspek penting bagi BPR dalam manajemen risiko kredit adalah dengan pengukuran risiko kredit. Ada dua metode pengukuran risiko kredit, yaitu Standardized Approach dan Internal Model Approach. Metode Standardized Approach mensyaratkan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan bersifat one size fits all, yakni memberikan bobot yang sama terhadap risiko kredit tanpa mempertimbangkan jenis kredit, kualitas kredit, limit kredit, jatuh tempo kredit, dan kondisi perekonomian. Bank Indonesia memperkenankan untuk membuat metode pengukuran risiko kredit berupa Internal Model Approach sehingga bank dapat mengukur besarnya risiko kredit mendekati kenyataan kerugian yang terjadi selama proses pemberian kredit. BPR yang berperan memberikan kredit pada umumnya memiliki risiko kredit yang cukup kompleks dan diharuskan memiliki manajemen risiko yang baik dan efektif. Penelitian ini akan membahas mengenai penerapan manajemen risiko yang telah dilakukan oleh BPR agar dapat ditangani dengan tepat karena risiko kredit berpotensi menjadikan sebuah kredit menjadi bermasalah atau NPL semakin memburuk. Selain manajemen risiko kredit dari pihak internal, BPR pun perlu menggunakan prinsip 5C sebelum memutuskan untuk memberikan kredit kepada nasabah, yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of economy (Kasmir 2008). Prinsip 5C ini bertujuan untuk menilai resiko kredit secara umum, serta mengetahui kemampuan nasabah untuk mengembalikan dana yang diberikan sehingga dapat mengurangi risiko kredit. Rumusan Masalah Risiko kredit dapat dilihat dari besarnya NPL (Non Performing Loan). Semakin tinggi nilai NPL maka semakin tinggi risiko kredit yang dihadapi, hal ini menunjukkan semakin banyak debitur yang tidak mampu untuk membayar pinjaman kreditnya, baik pokok pinjaman maupun bunga pinjaman. Risiko kredit perlu dikelola dengan baik, yaitu dengan menerapkan manajemen risiko kredit yang baik. PD BPR Bank Pasar adalah salah satu Badan Usaha Milik Pemerintah Kota Bogor (BUMD) yang bertugas untuk menyelenggarakan pelayanan dalam bidang jasa perbankan kepada masyarakat Usaha Mikro dan Kecil, Non Usaha Mikro dan Kecil, PNS (Pegawai Negeri Sipil), serta Pensiunan di wilayah Kota Bogor. PD BPR Bank Pasar berkontribusi dalam membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat, menunjang pembangunan daerah, serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah. Produk kredit yang ditawarkan oleh PD BPR Bank Pasar Kota Bogor terdiri dari kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan operasional dari usaha yang dilakukan oleh debitur. Debitur atau calon debitur harus memiliki self financing karena kredit ini digunakan untuk pengembangan usaha yang telah berjalan.

4 Produk lainnya adalah kredit konsumsi yang merupakan kredit tanpa agunan yang penggunaannya untuk kebutuhan konsumsi masyarakat. Jenis kredit ini hanya tersedia bagi karyawan, PNS dan pensiunan yang memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Dari kedua produk kredit tersebut, kredit modal kerja memiliki risiko yang lebih tinggi karena kredit ini diperuntukkan bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berupa tambahan modal kerja dimana pola pengembalian angsuran kreditnya berasal dari laba usaha debitur. Tabel 1 Gambaran kondisi keuangan PD BPR Bank Pasar Kota Bogor tahun 2008-2013 (dalam jutaan Rupiah) Uraian Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Aset 16 710 20 568 25 645 31 962 39 337 61 578 Kredit yang diberikan 14 585 18 216 21 707 24 794 31 738 50 529 Dana Pihak Ketiga 7 567 10 100 13 958 14 246 15 409 26 232 Tabungan 2 841 3 852 4 782 5 267 6 809 11 062 Deposito Berjangka 2 464 2 752 4 761 5 979 4 774 5 506 Antar Bank Pasiva 2,262 3 496 4 415 3 000 3 826 9 664 Total Pendapatan 5 189 6 240 7 772 8 323 8 859 12 108 Total Biaya 2 957 3 461 4 586 4 921 5 159 7 777 Laba Sebelum Pajak 2 232 2 779 3 186 3 402 3 701 4 331 Taksiran Pajak Badan Ps 25 652 485 550 594 666 868 Laba Setelah Pajak 1 580 2 293 2 636 2 808 3 035 3 463 Sumber: PD BPR Bank Pasar Kota Bogor (2014) Kondisi keuangan PD BPR Bank Pasar Kota Bogor mengalami tren yang meningkat setiap tahunnya (Tabel 1). Total aset perusahaan yang meningkat berdampak pada peningkatan jumlah penyaluran kredit. Jumlah penyaluran kredit perusahaan meningkat secara signifikan pada tahun 2013. Peningkatan jumlah kredit yang diberikan diikuti dengan peningkatan jumlah debitur. Namun di sisi lain, kenaikan jumlah kredit yang diberikan juga diikuti oleh kenaikan jumlah NPL netto dan NPL gross dari tahun-tahun sebelumnya, yakni seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data NPL (Non Performing Loan) PD BPR Bank Pasar Kota Bogor tahun 2011-2013 Satuan 2011 2012 2013 Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi NPL Gross % 1.20 0.91 0.93 0.99 1.17 2.71 NPL Net % 0.24 0.33 0.25 0.50 0.24 1.16 Sumber: PD BPR Bank Pasar Kota Bogor (2014) NPL PD BPR Bank Pasar Kota Bogor mengalami peningkatan di tahun 2013 (Tabel 2). Hal ini jauh berbeda dengan target yang telah ditetapkan. Peningkatan NPL ini disebabkan oleh peningkatan penyaluran kredit modal kerja dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kredit modal kerja ini memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit konsumsi.

Pada tahun 2013, jumlah kredit modal kerja yang disalurkan oleh perusahaan kepada debitur sebanyak 593 orang, hal ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya 156 orang. Adanya pertumbuhan kredit modal kerja yang signifikan, diikuti pula oleh kenaikan NPL pada kredit tersebut, dimana pada tahun 2012 sebesar 0.90% naik menjadi 1.93% pada akhir tahun 2013. Peningkatan NPL ini terjadi karena pada tahun 2012, PD BPR Bank Pasar Kota Bogor melakukan ekspansi kredit modal kerja tanpa jaminan kepada para pelaku UMKM di wilayah Kota Bogor. Hal ini bertujuan untuk membantu pelaku UMKM dalam meningkatkan usahanya agar sesuai dengan kebijakan dari Pemerintah Kota Bogor. Kebijakan ini fokus kepada peningkatan pembiayaan untuk UMKM dan membangun perekonomian daerah. Namun, pada tahun 2013 kredit tanpa jaminan ini mengakibatkan peningkatan NPL kredit modal kerja. Seiring dengan meningkatnya risiko kredit modal kerja tersebut, maka BPR harus melakukan pengelolaan yang lebih hati-hati dalam melakukan manajemen risiko kredit, salah satunya dengan pengukuran risiko kredit. Saat ini PD BPR Bank Pasar Kota Bogor belum memiliki model internal dalam pengukuran risiko kredit, perusahaan baru menerapkan model standar. Model standar dinilai kurang tepat untuk mengukur besarnya risiko kredit karena menghasilkan economic capital yang lebih besar dibandingkan dengan model internal. Semakin besar modal minimum yang harus disediakan maka Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang harus disediakan jauh lebih besar dari yang diperlukan. Dengan demikian pembentukan cadangan kerugian seharusnya menggunakan metode yang tepat karena dengan melakukan pembentukan cadangan penyisihan dapat mengurangi risiko kredit sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dialami PD BPR Bank Pasar Kota Bogor. Model internal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Creditrisk+ karena berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya model ini akurat dalam menghitung expected loss, unexpected loss dan economic capital sesuai dengan yang dihadapi oleh perusahaan (Singgih 2012), (Meilani 2010), (Gunarsih 2008) dan (Olof 2006). Fokus penelitian ini pada kredit modal kerja karena kredit ini lebih berisiko dibandingkan kredit konsumsi dan semakin meningkatnya penyaluran kredit tersebut setiap tahunnya. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses identifikasi risiko kredit modal kerja pada PD BPR Bank Pasar Kota Bogor menggunakan prinsip 5C? 2. Bagaimana estimasi pengukuran risiko kredit modal kerja pada PD BPR Bank Pasar Kota Bogor menggunakan model internal CreditRisk+? 3. Bagaimana penerapan manajemen risiko yang tepat bagi PD BPR Bank Pasar Kota Bogor? 5

6 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis risiko kredit modal kerja pada PD BPR Bank Pasar Kota Bogor menggunakan prinsip 5C. 2. Mengestimasi besarnya risiko kredit modal kerja pada PD BPR Bank Pasar Kota Bogor menggunakan model internal CreditRisk+. 3. Memberikan rekomendasi yang tepat bagi PD BPR Bank Pasar Kota Bogor dalam penerapan manajemen risiko. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak terkait, seperti: 1. Bagi PD BPR Bank Pasar Kota Bogor, sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menerapkan manajemen risiko kredit di perusahaan. 2. Bagi pembaca, sebagai informasi mengenai manajemen risiko kredit perbankan, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh. 3. Bagi penulis, sebagai aplikasi ilmu serta melatih kemampuan analisis. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengukuran risiko kredit yang dilakukan dalam karya akhir ini dibatasi hanya untuk mengestimasi risiko kredit modal kerja PD BPR Bank Pasar Kota Bogor. 2. Periode data kredit modal kerja digunakan adalah data periode Januari 2011 hingga Desember 2013.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB