BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ sistem urinaria yang terletak disebelah kanan dan kiri tulang belakang di luar rongga peritonium. Setiap ginjal mempunyai panjang 6 sampai 7,5 cm, dan tebal 1,5 sampai 2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kira-kira 140 gr. Ginjal terdiri atas struktur halus kurang lebih 1 juta nefron pada setiap ginjal. Bagian nefron meliputi suatu glomerolus dimana cairan di filtrasikan, dan suatu tubulus yang merupakan tempat cairan diubah menjadi urine dalam perjalannya ke pelvis ginjal, dan selanjutnya ke ureter sampai kandung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Cairan yang di filtrasikan melalui glomerolus ke dalam kapsula bowman disebut filtrat glomerolus yang dibentuk setiap menit dalam semua nefron kedua ginjal. Proses pembentukan filtrat tersebut dinamakan laju filtrasi glomerolus (LFG / GFR). Orang normal mempunyai LFG rata-rata 125 ml/mt atau 180 liter per hari. Kurang lebih 80% filtrat terdiri atas air, elektrolit, glukosa,protein dan asam amino di kembalikan ke aliran darah melalui reabsorpsi pada tubulus proksimus. Zat lain seperti urea, kreatinin, hidrogen dan amonia disekresikan melalui urine. Bila glomerolus rusak maka tekanan cairan interstisium diruang bowman dan tubulus disekitarnya akan meningkat secara drastis. Kondisi ini menyebabkan kolapnya nefron-nefron dan kapiler peritubulus (glomerolus) 1
2 disekitarnya terjadi hipoksia dan cedera atau kematian sel ginjal. Akibatnya fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme, mempertahankan keseimbangan air, garam, elektrolit dan juga sebagai kelenjar endokrin akan mengalami gangguan yang disebut gagal ginjal. Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut, biasanya reversibel (dapat disembuhkan). Gagal ginjal yang berkaitan dengan menurunnya fungsi ginjal secara progesif ireversibel disebut gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik biasanya timbul beberapa tahun setelah timbui penyakit atau kerusakan ginjal. Gagal ginjal kronik masih menjadi masalah besar bagi dunia. Selain sulit disembuhkan, hiaya perawatan dan penyembuhannya sangat mahal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dilaporkan bahwa pada tahun 1999 pasien gagal ginjal kronik herkisa.r 8.429.000 orang. Menurut data dari Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) jumlah pasien gagal ginjal di Indonesia diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 pasien baru setiap tahun. Semenfara jumlah mesin hemodialisis yang ada di Indonesia sekitar 1.000 unit. Jumlah ini hanya bisa melayani 4.000 orang setiap tahun. Proses terapi hemodialisis membutuhkan waktu selama 4-5 jam, umumnya akan menimbuikan stres fisik pada pasien setelah hemodialisis. Pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun, sehubungan dengan efek hemodialisis dan juga mempengaruhi keadaan psikologis penderita akan mengalami gangguan dalam proses berfikir dan konsentrasi serta gangguan dalam
3 hubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien dengan hemodialisis (5). Hal ini menjadi masalah penting bagi perawat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan hemodiaiisis. Meskipun gagal ginjal kronik adalah penyakit tidak bisa disembuhkan, membantu pasien untuk berfungsi optimal dan hidupnya lebih baik-adalah tujuan pertama asuhan keperawatan. Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis sangat dipengaruhi oleh banyaknya masalah yang terjadi sebagai dampak dari terapi hemodialisis dan juga mempengaruhi gaya hidup pasien. Untuk mengukur kualitas hidup pada umumnya diukur berdasarkan kepuasan pasien terhadap domain kehidupan meliputi fisik, fungsional, sosial, spiritual, psikologi dan ekonomi (6, 7). Namun dimikian dari badan WHO telah merumuskan empat dimensi kualitas kehidupan yaitu dimensi fisik, dimensi psikologis, dimensi sosial dan dimensi lingkungan. Keempat dimensi tersebut sudah dapat menggambarkan kualitas kehidupan pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisis yang mempunyai agama, etnis dan budaya yang berbeda. Di RS Kariadi Semarang saat ini jumlah pasien gagal ginial kronik selama periode bulan, Januari sampai dengan bulan Juni 2009 terdapat 225 orang pasien (orang/bulan). Kapasitas mesin hemodialisis yang tersedia sebanyak 13 buah saat ini sekitar 75 orang pasien setiap bulan aktif menjalani terapi hemodialisis. Tarif biaya hemodialisis untuk non reuse sebesar Rp. 725.000 sedangkan tarif reuse sebesar Rp. 600.000 hemodilalisis dilakukan
4 hemodialisis 2 kali dalam seminggu. Tarif tersebut belum termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk obat-obatan, transportasi, dan biaya operasional pasien dan keluarga setiap kali menjalani hemodialisis. Sehingga sering terjadi pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisis hanya beberapa kali saja karena beban biaya yang terlalu besar, terutama pasien yang tidak mempunyai asuransi kesehatan. Dari hasil studi pendahuluan dengan wawancara terhadap beberapa responden yang sedang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisa RS. Dr. Kariadi Semarang, dengan karakteristik pendidikan, umur, jenis kelamin, etnis, budaya dan agama yang sama menyatakan bahwa terapi hemodialisis sangat menunjang kualitas hidup mereka dan beberapa responden lain telah menjalani hemodialisis lebih dari empat tahun masih mampu bekerja meskipun tidak maksimal. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien gagal ginjal kronik sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan. Atas dasar fenomena tersebut di atas peneliti akan melakukan penelitian terhadap karakteristik individu dengan kualitas hidup dimensi fisik pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisis di RS Dr. Kariadi semarang. B. Perumusan Masalah Sampai sekarang masih sedikit penelitian keperawatan tentang kualitas hidup khususnya pada pasien hemodialisis di Indonesia. Untuk itu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini untuk mendiskripsikan
5 adakah hubungan karakteristik individu dengan kualitas hidup dimensi fisik pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisis. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan karakteristik individu dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dimensi fisik yang dilakukan hemodialisis di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan karakteristik individu : pendidikan, umur, jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik. b. Mendiskripsikan kualitas hidup dimensi fisik pasien pasien gagal ginjal kronik. c. Menganalisis hubungan karakteristik dengan kualitas hidup dimensi fisik pasien gagal ginjal kronik. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Dapat digunakan untuk mengidentifikasai kualitas hidup dimensi fisik mana yang dirasa sebagai kendala/ masalah pada pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemodialisis ( cuci darah). 2. Dapat sebagai bahan / acuan untuk merencanakan pengelolaan ( asuhan keperawatan) pada pasien dengan ginjal kronik yang dilakukan hemodialisis.