BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (American Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menjadi 7.7 % pada tahun 2030 ( Deshpande et al., 2008 ; Ramachandran et

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat ke-3 penyebab kematian setelah stroke dan hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sampai saat ini karena prevalensinya yang selalu meningkat. Secara global,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. glukosa darah tinggi (hiperglikemia) yang diakibatkan adanya gangguan pada sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan dalam bidang kesehatan di beberapa negara (Chen et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

I. Pendahuluan. suatu gejala yang sebagian besar dipicu oleh adanya Coronary Heart. arteri koroner yang merupakan produk dari coronary artery disease

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK... 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan kerja insulin dan/atau sekresi insulin (Forbes & Cooper, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun organ) karena suatu organisme harus menukarkan materi dan energi

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. koroner sebagai hasil proses trombosis akut (Daubert & Jeremias, 2010).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah kelainan metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia), gangguan produksi insulin dalam tubuh oleh pankreas dan gangguan penggunaan insulin oleh tubuh yang dikenal sebagai resistensi insulin. Dipengaruhi beberapa faktor risiko seperti faktor genetik, sosial, dan kebiasaan. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah dalam tubuh (Qiao, 2012). Diabetes melitus tipe 2 menjadi salah satu ancaman kesehatan secara global. Prevalensi DM tipe 2 sekitar 4% -10% pada pasien dewasa berusia 20-79 tahun di sebagian besar wilayah Eropa, Australia dan sebagian besar negaranegara Asia serta Amerika. Di Singapura angka tersebut mencapai 15% -30%. Secara global pada tahun 2010 diperkirakan terdapat sekitar 285 juta orang (usia 20-79 tahun) penyandang DM tipe 2 di seluruh dunia, dengan prevalensi rata-rata 6,6% (Gao, 2012). Penyandang DM di lndonesia menurut World Health Organization (WHO) diprediksi mengalami kenaikan jumlah dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030, dan meningkat sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2014 diprediksi terjadi kenaikan jumlah penyandang DM di lndonesia dari 9,1 juta menjadi 14,1 juta pada tahun 2035 (IDF, 2014; Perkeni, 2015). Pada pasien DM tipe 2 terjadi peningkatan insiden kardiovaskular aterosklerotik dan penyakit serebrovaskular, berisiko tinggi terjadinya kelainan kardiovaskular dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular. Hiperglikemia dapat menyebabkan perubahan fungsional yang patologis terhadap berbagai organ target, dapat dengan atau tanpa gejala klinis (ADA, 2016). Hiperglikemia menyebabkan disfungsi endotel dan pembentukan lesi aterogenik yang selanjutnya dapat mengakibatkan penyakit kardiovaskular (Green, 2014)

2 Aterosklerosis merupakan proses inflamasi yang berperan terhadap terjadinya infark miokard akut (IMA) dan bersifat kronis, timbulnya trombosis diawali dengan perkembangan plak sampai terjadinya ruptur plak. Proses aterosklerosis dipengaruhi beberapa faktor risiko koroner, seperti DM, hiperkolesterolemia, hipertensi, dan merokok. Faktor risiko koroner akan merusak endotelium pembuluh darah sehingga menyebabkan disfungsi endotel (Kumar & Cannon, 2009). Aterosklerosis adalah inflamasi vaskular yang kompleks menjadi penyebab utama kematian pada pasien jantung seperti IMA dan unstable angina pectoris (UAP), ditandai dengan aktivasi endotel, cellular influx serta terbentuknya sitokin (Joong et al., 2012). Patogenesis dari aterosklerosis pada DM tidak hanya akibat dari hiperglikemia kronis, tetapi juga disebabkan resistensi insulin, produksi non esterified free fatty acid (NEFA), dislipidemia dan hiperkoagulabilitas (Siracuse & Chaikof, 2012). Penurunan bioavailabilitas nitric oxide (NO) disebabkan disfungsi endotel dan merupakan patogenesis awal terbentuknya aterosklerosis (Jeremias et al., 2009). N-acetylcysteine (NAC) sumber grup sulfhidril yang terdapat di dalam sel. Pemberian NAC dapat memperbaiki fungsi endotel sekaligus mengurangi proses peradangan, fibrosis, cartilage explant dan proses toksisitas acetaminophen di hati. N-acetylcysteine dapat membantu aktivitas NO secara langsung dengan membentuk lebih banyak NO adduct, mengikat radikal bebas, dan mencegah oksidasi degradasi NO selain itu NAC dapat merangsang sintesis glutathione yang berperan mengikat nukleofilik dan sebagai enzim katalis antioksidan pada oksidasi kerusakan jaringan (Shimizu et al., 2005; Jeremias et al., 2009). Beberapa penelitian meneliti efek pemberian antioksidan terhadap terapi disfungsi endotel, termasuk vitamin C dan E, namun terapi jangka panjang dengan vitamin E tidak memiliki efek yang menguntungkan dalam meningkatkan fungsi endotel. Tiol tereduksi adalah molekul dengan gugus sulfhidril yang memiliki fungsi biologis, termasuk scavenger radikal bebas,

3 berperan sebagai kofaktor reaksi enzimatik dan memodifikasi waktu paruh NO dengan membentuk NO adducts (Siti et al., 2015). Pemberian NAC terbukti dapat melindungi kerusakan organ, hal ini disebabkan NAC dapat menghambat aktivasi protein kinase dan nuclear factor kappa β (NF-κβ) yang merupakan faktor transkripsi dari gen sitokin yang aktif akibat shear stress dari endotel. Ekspresi NF-κβ berperan untuk menginduksi kematian sel endotel serta menyebabkan reaksi inflamasi lokal yang ditandai dengan pelepasan sitokin di endotel (Shimizu et al., 2005). Antioksidan dapat mengurangi penyerapan oxidized low density lipoprotein (oxldl) dengan menghambat reseptor scavenger cluster of differentiation (CD) 36 serta menghambat pembentukan foam cell pada makrofag dan sel otot polos aorta (Joong et al., 2012). Risiko penyakit kardiovaskular meningkat 2-4 kali lipat pada pasien DM. Proses inflamasi berperan dalam patogenesis DM dan penyakit jantung. Berbagai marker inflamasi telah diteliti sebagai prediktor terjadinya penyakit kardiovaskuler. Salah satu marker inflamasi yang sedang diteliti adalah lipoprotein-associated phospholipase A2 (Lp-PLA2), dikatakan bahwa LpPLA2 adalah prediktor independen terhadap penyakit arteri koroner (CAD), selain itu Lp-PLA2 berperan penting dalam perkembangan aterosklerosis (Tellis & Tselepis, 2009; Garg et al., 2015). Lipoprotein-associated phospholipase A2 merupakan penanda inflamasi vaskular dan dapat melihat kemungkinan adanya hubungan antara dampak negatif dari oxldl kolesterol dan kerentanan plak pada penyakit kardiovaskular. Nama lain dari Lp-PLA2 adalah plasma platelet activating factor acethylhidrolase (PAF-AH), termasuk superfamily dari fosfolipase A2, diproduksi oleh sel inflamasi yang berasal dari sel mieloid, terkait dengan peredaran lipoprotein aterogenik, dan diekspresikan pada bagian yang terjadi proses inflamasi (Zalewski et al., 2006). Peningkatan Lp-PLA2 berperan dalam mengidentifikasi kerentanan plak, termasuk migrasi monosit, efek proinflamasi oxldl dan kematian makrofag. Lipoprotein-associated phospholipase A2 di dalam plasma diproduksi oleh limfosit T, monosit /makrofag, sumsum tulang

4 dan sel hati (Stankovic & Asanin, 2015). Pasien dengan disfungsi endotel koroner memiliki kadar Lp-PLA2 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan yang tidak terdapat disfungsi endotel. Nilai odds ratio disfungsi endotel pada pasien koroner dengan kadar Lp-PLA2 serum di tertile tertinggi sebesar 3,3. Hal ini menunjukkan bahwa Lp-PLA2 dapat menjadi prediktor terjadinya disfungsi endotel dan aterosklerosis pada manusia (Pennathur & Heinecke, 2007) C-reactive protein (CRP) dikenal sebagai protein fase akut kadarnya akan meningkat pada proses inflamasi serta kerusakan jaringan, diproduksi oleh hepatosit sebagai respon terhadap sitokin proinflamasi, merupakan marker inflamasi pembuluh darah dan berperan aktif dalam aterogenesis. Sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis factor α (TNF α), interleukin (IL) 1, IL 6 akan merangsang hepatosit sehingga hepatosit akan mengekspresikan CRP. C- reactive protein akan menghambat sintesis enzim NO sehingga produksi NO berkurang, secara langsung berperan pada terjadinya aterotrombotik. C- reactive protein meningkatkan aktivitas matrix metalloproteinase 1 (MMP-1) dan kolagenase yang menyebabkan destabilisasi plak aterosklerotik. Pada penelitian epidemiologi CRP dapat memprediksi penyakit kardiovaskular, termasuk infark miokard, stroke iskemik, penyakit pembuluh darah perifer (Papazafiropoulou et al., 2008; Krintus et al., 2012). Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian terhadap Lp- PLA 2 dan CRP karena berperan penting terhadap metabolisme proinflamatori terutama dalam pembentukan aterosklerosis pada pasien DM tipe 2. Saat ini belum banyak penelitian mengenai CRP serum dan massa Lp-PLA2 sebagai target terapi terutama dengan pemberian NAC.

5 B. Rumusan Masalah Diabetes melitus adalah kondisi metabolik kronis yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular, timbul akibat terjadinya aterosklerosis yang didahului proses inflamasi. Pada pasien DM, risiko penyakit kardiovaskular meningkat 2-4 kali lipat, CRP dan Lp-PLA2 sebagai marker inflamasi meningkat pada pasien DM. Massa Lp-PLA2 dan CRP sebagai marker inflamasi dapat digunakan untuk menilai prognosis terjadinya aterosklerosis pada pasien DM tipe 2. Terapi antioksidan NAC pada pasien DM tipe 2 dapat menurunkan tingkat inflamasi dan menurunkan disfungsi endotel sehingga mencegah terjadinya aterosklerosis pada pasien DM tipe 2. C. Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah diatas pertanyaan penelitian ini adalah adakah pengaruh pemberian antioksidan NAC terhadap massa Lp-PLA2 dan kadar CRP pada pasien DM tipe 2? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan bukti ilmiah mengenai efektivitas pemberian terapi antioksidan NAC terhadap massa Lp-PLA2 dan kadar CRP serum pada pasien DM tipe 2. b. Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai efektivitas pemberian terapi antioksidan NAC terhadap massa Lp-PLA2 dan kadar CRP serum pada pasien DM tipe 2. 2. Manfaat Aplikatif a. Pemberian terapi antioksidan NAC dapat menurunkan massa Lp-PLA2 dan kadar CRP serum pada pasien DM tipe 2 yang dapat mencegah timbulnya aterosklerosis. b. Pemeriksaan massa Lp-PLA2 dan kadar CRP serum sebagai marker inflamasi dapat mengestimasi stres oksidatif pada pasien DM.

6 E. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan menunjukkan peran massa Lp-PLA2 dan CRP serum sebagai indikator efektivitas pemberian terapi antioksidan NAC pada penderita DM tipe 2. F. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian No. Peneliti dan Judul Penelitian 1. Jeremias et al., 2009 Effects of N-acetyl-cysteine on endothelial function and inflammation in patients with type 2 diabetes mellitus 2 Vittos et al., 2012 Biomarkers and their involvement in the early diagnosis of right ventricular dysfunction in type 2 Diabetes Mellitus. 3. Fortunato et al., 2014 Lipoprotein-associated phospholipase A₂ mass level is increased in elderly subjects with type 2 diabetes mellitus. Jumlah Kasus 24 pasien DM 51 pasien DM tipe 2 44 Pasien Tujuan dan Hasil Penelitian Diberikan terapi NAC 900 mg dan placebo 2 kali sehari, terhadap 24 pasien DM dipilih secara random Tidak terjadi perubahan yang bermakna terhadap kadar glutathione (GSH), namun kadar CRP menurun dari 2,34 menjadi 2,11 mg/l pada kelompok yang diberikan NAC (p=0,04) kadar CRP meningkat pada kelompok yang diberikan placebo 2,24 menjadi 2,65 mg/l. Dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 berisi 29 pasien DM tipe 2 dengan hipertensi dan CAD, sedang di kelompok 2 terdiri 22 pasien dengan DM tipe 2 dengan hipertensi namun tanpa disertai CAD, Setiap pasien diperiksa high sensitivity CRP (hs-crp), TNF α dan Lp-PLA2 aktivitas. Diperoleh hasil aktivitas Lp- PLA2 lebih tinggi secara signifikan dengan rerata 419,46 UI dibandingkan dengan kelompok 2, hasil rerata aktivitas Lp-PLA2 sekitar 307,22 UI. Pasien usia 79 tahun yang akan melakukan prosedur transcatheter aortic valve implantation (TAVI) atau balloon angioplasty (BA) Membagi jadi 2 grup: DM dan

7 non DM, untuk membandingkan kadar Lp-PLA2 massa. Lp-PLA2 massa secara signifikan meningkat (1296 ± 358 ng/ml sebelum TAVI; 1413 ± 268 ng/ml sebelum BA) dan lebih meningkat setelah TAVI (1604 ± 437 ng/ml, p< 0.01) atu BA (1808 ± 303 ng/ml, p< 0.01) Lp-PLA2 dapat menjadi biomarker terjadinya lesi aterosklerosis yang rawan pecah pada pasien usia lanjut Penelitian pemeriksaan kadar Lp-PLA2 dan CRP sebagai petanda efektifitas pemberian NAC pada pasien DM tipe-2 belum pernah dilakukan terutama di Indonesia, untuk itu penulis mencoba melakukan penelitian tentang pemeriksaan massa Lp-PLA2 dan CRP sebagai petanda efektifitas pemberian NAC pada pasien DM tipe-2.