I. PENDAHULUAN. Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001, yang mempunyai dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Key Success Factor BAZNAS

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB III TINJAUAN UMUM KANTOR UPZ (UNIT PENGUMPUL ZAKAT) KECAMATAN TANGGEUNG CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tahun 2000, perwakilan dari 189 negara termasuk Indonesia menandatangi

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB I PENDAHULUAN. manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit umat yang jatuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang begitu pesat membuat perusahaan harus mampu mengelola sumber. politik, lingkungan sekitar dan kondisi ekonomi makro.

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa,dan haji. Melaksanakan zakat adalah wajib,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Dalam Pengembangan Usaha. Mikro di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh Bangsa Indonesia. Pada satu sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. Dampak terus menerus berzakat dan berinfaq, di dalam masyarakat dapat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (BKKBN) dalam Diskusi dua mingguan Pimpinan BKKBN dengan

PERAN STRATEGIS ORGANISASI ZAKAT DALAM MENGUATKAN ZAKAT DI DUNIA 1. Didin Hafidhuddin. Sekretaris Jenderal World Zakat Forum (WZF) Ketua Umum BAZNAS

Title: The Variables that Affect Compliance of Muslim Merchants for Zakat Maal in the District of Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.

BAB V PEMBAHASAN. A. Faktor-faktor religiusitas dipertimbangkan muzakki membayar zakat

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH PADA LEMBAGA ZIS AL-IHSAN DAN SOLO PEDULI DI SURAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KECAMATAN KOTO GASIB. A. Gambaran Umum Badan Amil Zakat Nasional Kecamatan Koto Gasib

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika Oleh Irfan Syauqi Beik

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

SUMMARY REPORT PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH UNTUK PENGEMBANGAN DAKWAH PADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KECAMATAN PEDURUNGAN

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001, yang mempunyai dasar hukum yaitu UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 8 tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001 diperbarui dengan SK No. 103 tahun 2008. Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu, (1) Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat, (2) Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat, (3) Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi masyarakat, (4) Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan mustahik, (5) Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam mengelola zakat, (6) Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya, dan (7) Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat. Sebagai Badan Amil Zakat, kegiatan pokok BAZNAS adalah menghimpun ZIS dari muzakki dan menyalurkan ZIS kepada mustahik yang berhak menerima sesuai ketentuan agama. Pemerataan proses penghimpunan dan penyaluran dana zakat di seluruh wilayah Indonesia menjadi salah satu fokus BAZNAS. Oleh karena itu dalam menjalankan organisasinya, BAZNAS mempunyai beberapa mitra, seperti (1) Unit Pelayanan Zakat (UPZ), yang terdiridari 66 instansi yang tergabung menjadi UPZ, (2) Unit Salur Zakat (USZ), yang terdiri dari 15 lembaga yang tersebar di 1

seluruh Indonesia, (3) Badan Amil Zakat Daerah Propinsi (Bazda Propinsi) yang tersebar di 33 propinsi yang berfungsi membawahi propinsi dalam hal pengumpulan dan penyaluran dana zakat, dan (4) Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten (Bazda Kabupaten) yang tersebar di beberapa kabupaten yang tersebar di Indonesia. Potensi dana zakat di Indonesia bisa mencapai 193 triliun yang bisa mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya, penerimaan zakat tahun 2008 hanya berkisar 725 miliar. Angka tersebut turun dari tahun 2006 yaitu 974 milyar dan tahun 2007 yaitu 717 miliar (sumber BAZNAS). Zakat adalah ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi sosial yang strategis dan menentukan dalam mensejahterakan masyarakat. Jika dihimpun dengan baik, dikelola oleh Amil Zakat yang kuat, amanah, profesional dan terpercaya serta didistribusikan dengan tepat dan benar, sesuai dengan ketentuans yariah dan prinsip-prinsip manajemen yang terbuka, maka akan mampu mengurangi angka kemiskinan masyarakat. Secara empirik telah terbukti dalam sejarah, yaitu pada masa pemerintah Umar bin Abdul Azis. Pada saat tersebut zakat yang dikelola oleh Amil Zakat, mampu menghilangkan angka kemiskinan dalam waktu singkat (Hafidhuddin,2007) Berdasarkan riset Syauqi Beik (2008) telah ditemukan bahwa program zakat untuk usaha produktif mustahik fakir miskin, mampu mengurangi kemiskinan mustahik sebesar 7,5% di Jakarta. Demikian pula dengan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan mustahik yang dapat dikurangi. Adapun untuk program rumah sakit gratis berbasis zakat mampu mengurangi kemiskinan mustahik sebesar 10%. 2

Saat ini persoalan kemiskinan menjadi hal yang harus mendapatp erhatian lebih bagi Negara Indonesia, apalagi saat ini kondisi perekonomian global sedang mengalami krisis pangan dan krisis energi. Harga minyak dunia yang telah menembus 140 dolar per barel diperkirakan akan menambah jumlah orang miskin baru sebanyak 15 juta jiwa. Keadaan tersebut diperparah oleh kondisi riil perekonomian masyarakat yang terus mengalami penurunan. Berdasarkan kajian Tim Indonesia Bangkit, upah riil petani pada tahun 2007 lalu mengalami penurunan sebesar 0,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Demikian pula dengan upah riil buruh bangunan, pembantu rumah tangga, dan tukang potong rambut yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 2 persen, 0,5 persen dan 2,5 persen (Syauqi Beik dan Hakiem, 2008). Menurut BPS Propinsi DKI Jakarta 2007, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta pada bulan Maret 2007 sebesar 405.700 orang (4,48 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2006 yang berjumlah 407.100 (4,57 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 1.400.Seperti yang dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2006-Maret 2007 Tahun Maret 2006 Maret 2007 GarisKemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan BukanMakanan Total JumlahPendudukMiskin PersentasePendudukMiskin 116381 122849 239230 407,1 4,57 166321 100554 266874 405,7 4,48 Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2006 dan Maret 2007 3

Untuk mengantisipasi dampak perekonomian global yang antara lain berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak, pemerintah telah menyiapkan sejumlah paket kebijakan, yang di antaranya adalah paket bantuan langsung tunai (BLT). Namun, kebijakan BLT tersebut seringkali tidak efektif akibat koordinasi dan manajemen yang kurang baik. Untuk itu, diperlukan adanya sejumlah instrumen alternatif yang diharapkan dapat menjadi solusi terhadap masalah kemiskinan dan masalah-masalah ekonomi lainnya. Salah satu instrumen tersebut adalah zakat, infak dan shodaqoh (ZIS). Dalam konteks yang lebih makro, konsep zakat, infak dan shodaqoh ini diyakini akan memiliki dampak yang sangat luar biasa, yang telah muncul dalam beberapa tahun belakangan ini, sebuah konsep yang mendorong berkembangnya sharing economy atau gift economy, yaituperekonomian harus dilandasi oleh semangat berbagi dan memberi. Yochai Benkler, seorang profesor pada sekolah hukum Universitas Yale AS, menyatakan bahwa konsep sharing atau berbagi, merupakan sebuah modalitas yang sangat penting untuk memacu dan meningkatkan produksi dalam ekonomi. Perusahaan yang mengembangkan konsep berbagi dalam interaksi antar komponen di dalamnya, akan menjadi lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mau menerapkannya. Sebagai contoh, motivasi karyawan perusahaan yang mendapat bonus akan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan karyawan yang tidak pernah mendapatkannya (Syauqi Beik, 2008). Zakat yang senantiasa mengurangi kemiskinan dan membatu mensejahterakan masyarakat, seharusnya mendapat respon positif dari para pembayar zakat (Muzzaki) di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya terjadi gap 4

yang besar antara potensi zakat dan realisasinya. Dari pihak amil, dalam hal ini BAZNAS telah mempunyai program-program untuk menarik muzzaki untuk membayar zakat melalui lembaga resmi seperti BAZNAS dan mitranya. Programprogram tersebut didesain sedemikian rupa untuk mengajak muzzaki menyisihkan 2,5 persen pemasukannya setiap bulan. Program-program BAZNAS meliputi promosi membayar zakat melalui BAZNAS di media elektronik dan media cetak, kerjasama dengan beberapa lembaga keuangan seperti bank, dan lainnya, kerjasama dengan perusahaan lain, seperti perusahaan provider telepon, dan sebagainya. Selain program promosi, BAZNAS juga merancang beberapa program untuk mensejahterakan masyarakat seperti Indonesia Cerdas yaitu program beasiswa bagi sekolah dasar dan mahasiswa, Indonesia Makmur yaitu pemberdayaan dalam hal pertanian, perikanan, perkebunan, dan lainnya, Indonesia Peduli yaitu bantuan tanggap bencana, Indonesia Taqwa yaitu program kaderisasi ulama dan dakwah di daerahdaerah, serta Indonesia Sehat seperti Unit Kesehatan Keliling, Dokter Keluarga Prasejahtera, dan Rumah Sehat. Program yang dirancang oleh BAZNAS di atas ternyata belum mampu menarik kesadaran seluruh muzzaki di Indonesia. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk meneliti dari segi muzzaki mengenai persepsi dan sikap para muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga). 5

Muzzaki di Indonesia masih mempunyai pengetahuan akan zakat yang masih kurang. Pengetahuan mengenai zakat dan amil zakat yang lebih terperinci. Oleh karena itu kesadaran terhadap pembayaran zakat pun kurang. Sumarwan (2004) menyatakan bahwa sikap konsumen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behaviour). Kepercayaan konsumen atau pengetahuan konsumen menyangkut kepercayaan bahwa suatu produk memiliki berbagai atribut dan manfaat dari atribut tersebut. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk, atribut, dan manfaat produk menggambarkan persepsi konsumen. Sikap kerap digunakan untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. Sebuah kampanye iklan dirancang untuk menaikkan penjualan dengan meningkatkan sikap konsumen (Engel 1995). Konsumen mendapatkan pengetahuan serta kepercayaan terhadap produk melalui iklan produk tersebut. Dengan adanya iklan, konsumen dapat merespon suatu iklan dengan sikap dan persepsi yang berbeda-beda. 1.2. Rumusan Masalah BAZNAS mencoba membangun persepsi dan sikap para muzzaki di seluruh Indonesia dengan merancang program-program promosi dan program kerja untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. BAZNAS terus berupaya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bagi para muzzaki untuk membayar zakat melalui lembaga yang merupakan kewajiban dan kebutuhan umat muslim. Namun ternyata hal tersebut belum mampu memberikan kesadaran kepada seluruh masyarakat muslim pada khususnya di Indonesia untuk membayar zakat 6

melalui lembaga (BAZNAS), hal ini terlihat dari adanya gap yang besar yang terjadi antara potensi zakat di Indonesia dengan realisasi yang ada. Penjelasan di atas mendorong penulis untuk merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana karakterisitik muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta? 2. Bagaimanakah perbedaan persepsi dan sikap muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta? 3. Bagaimanakah model faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta? 1.3. TujuanPenelitian Penelitian mengenai sikap dan perilaku konsumen BAZNAS di kota Jakarta ini dan implikasinya terhadap strategi pemasaran BAZNAS, bertujuan untuk : 1. Menganalisis karakterisitik muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non-lembaga) di kota Jakarta. 7

2. Menganalisis perbedaan persepsi dan sikap muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non lembaga) di kota Jakarta. 3. Menganalisis model faktor-faktor yang berhubungan dengan kecenderungan muzzaki yang membayar zakat melalui BAZNAS, muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain, serta para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik (non-lembaga) di kota Jakarta. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Lembaga zakat BAZNAS, untuk mengetahui persepsi dan sikap muzzaki di seluruh Indonesia sehingga dapat memaksimalkan program-program BAZNAS dalam rangka menarik dan memberikan kesadaran akan kewajiban membayar zakat melalui lembaga (BAZNAS). 2. Penulis, sebagai sarana pengembangan wawasan dalam menganalisis suatu masalah terutama dalam hal analisis persepsi dan sikap konsumen. 3. Sebagai referensi bagi yang berminat melakukan penelitian dalam hal analisis persepsi dan sikap. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Kajian penelitian dibatasi pada ruang lingkup dalam aspek analisis persepsi dan sikap muzzaki di Kota Jakarta. Muzzaki pada penelitian ini terbatas menjadi dua bagian, yaitu Muzzaki Lembaga, yaitu muzzaki yang membayar zakat melalui 8

BAZNAS dan muzakki yang membayar zakat melalui lembaga lain seperti Dompet Dhuafa, Al Azhar, dan Rumah Zakat. Muzzaki kedua adalah Muzzaki Non-Lembaga yaitu para muzzaki yang membayar zakat langsung kepada mustahik atau melalui DKM sekitar tempat tinggal di kota Jakarta, yaitu masyarakat yang mempunyai kelebihan dana untuk berzakat (penghasilan sudah mencapai nisab), tetapi belum membayar zakat melalui lembaga. Penelitian ini hanya membahas persepsi dan sikap masyarakat terhadap BAZNAS di kota Jakarta. 9

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB