BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini


BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kekurangan hormon insulin akibat ketidakmampuan kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di dunia. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 sekitar 1,5 juta penduduk di dunia kehilangan nyawa akibat penyakit diabetes melitus, sebagian besar tersebar pada bagian wilayah Asia Tenggara (Global Report On Diabetes, 2016). Berdasarkan trend statistik selama 10 tahun terakhir IDF memprediksi bahwa Indonesia akan berada pada peringkat ke enam dengan jumlah penderita mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030 (IDF, 2011). Peningkatan jumlah penderita diabetes ini 90% hingga 95% adalah diabetes mellitus tipe II. Diabetes mellitus tipe II ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau karena gangguan sekresi insulin (Smeltzer & Bare, 2013). Data Riskesdas tahun 2013, menyatakan prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus adalah 6,9%. Merujuk kepada prevalensi nasional, Jakarta memiliki prevalensi total DIABETES sebanyak 2,5%, kedua tertinggi setelah Yogyakarta sebanyak 2,6 %. (Kemenkes, 2013). Penelitian menurut Sujaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami tekanan darah tinggi mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami diabetes dibanding individu yang tekanan darah normal. Beberapa literatur mengaitkan tekanan darah dengan resistensi insulin. Pengaruh tekanan darah tinggi terhadap kejadian diabetes melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu (Zieve, 2012). Menurut Gibney (2009), tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya Diabetes. Hubungannya dengan Diabetes tipe II sangatlah kompleks, tekanan darah tinggi dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (resisten insulin) (Mihardja, 2009). Padahal insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin 1

2 oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan (Guyton, 2008) Menurut penelitian (Avihani et al., 2013 ) yang berjudul Densitas Energi Makanan dan Hereditas Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Obesitik pada Remaja awal menunjukkan densitas energi pada makanan merupakan faktor resiko yang bermakna terhadap hipertensi obesitik pada remaja awal. Hal tersebut dikarenakan densitas energi berhubungan dengan jumlah asupan energi harian individu (Lidekwe et al., 2006). Penumpukan lemak viseral secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas sentral (Low, 2009). Berbagai studi yang telah dilakukan mengenai obesitas sentral menunjukkan bahwa penumpukan lemak viseral pada rongga abdomen merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit tidak menular seperti hipertensi (Pradana, 2013). Begitu juga dengan penelitian Sulastri et al., (2012) pada masyarakat etnik Minangkabau di 8 kelurahan di kota Padang dengan jumlah sampel 204 orang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara obesitas sentral dengan kejadian hipertensi. Obesitas sentral atau penumpukan lemak viseral yang berlebih pada daerah abdomen (perut) dapat menyebabkan penurunan kadar adiponektin, penurunan ambilan asam lemak bebas intrasel oleh mitokondria sehingga oksidasi berkurang, dan menyebabkan akumulasi asam lemak intrasel. Kelebihan asam lemak bebas dapat memicu terjadinya resistensi insulin. Keadaan hiperinsulinemia ini dapat menyebabkan vasokontriksi dan reabsorpsi natrium di ginjal, yang akhirnya mengakibatkan hipertensi (Sulastri et al., 2012). Selain itu, stres juga dapat memicu timbulnya hipertensi melalui aktivasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan darah secara intermiten (tidak menentu) (Andria, 2013). Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi (South, 2014). Hal ini juga dibuktikan dari beberapa penelitian, yaitu pada penelitian Hermawan (2014), terdapat hubungan yang bermakna antara stres dengan hipertensi pada lansia di Gamping, Sleman,

3 Yogyakarta. Begitu juga dengan penelitian Saputri (2007) yang berjudul Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Penduduk Di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas 2007) yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan stress setelah dihubungkan dengan faktor penyebab hipertensi lainnya. Dari data epidemiologi, insiden Diabetes Melitus Tipe II meningkat seiring bertambahnya usia, dimana kebanyakan pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk dialami pada usia diatas 25 tahun. Secara umum di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk terdapat sekitar 300 pasien Diabetes Melitus Tipe II. Dari hasil wawancara dengan pegawai Puskesmas tersebut, Puskesmas Kebon Jeruk ini termasuk puskesmas yang menerima rawat jalan pasien Diabetes. Puskesmas ini juga mempunyai program khusus dalam melayani pasien Diabetes, yaitu diadakannya senam diabetes setiap dua hari dalam satu minggu. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan penelitian ilmiah untuk mengetahui angka prevalensi penyakit Diabetes Melitus tipe II pada penduduk usia dewasa, yang dimana menurut Depkes tahun 2009 berada pada usia 26 sampai dengan 45 Tahun, di poli umum Puskesmas Kebon Jeruk. Karena pada usia tersebut adalah usia persiapan menuju lansia. Usia ini juga berada pada masa produktif. B. Identifikasi Masalah Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat di dunia. Hal ini dibuktikan pada tahun 2012 sekitar 1,5 juta penduduk di dunia kehilangan nyawa akibat penyakit diabetes melitus Peningkatan jumlah penderita diabetes ini 90% hingga 95% adalah diabetes mellitus tipe II. Diabetes mellitus tipe II ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin atau karena gangguan sekresi insulin (Smeltzer & Bare, 2013). Merujuk kepada prevalensi nasional, Jakarta memiliki prevalensi total Diabetes sebanyak 2,5%, kedua tertinggi setelah Yogyakarta sebanyak 2,6 %. (Kemenkes, 2013). Dari data epidemiologi, insiden Diabetes Melitus Tipe II meningkat seiring bertambahnya usia, dimana kebanyakan pasien Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk dialami pada usia diatas 18 tahun. Secara

4 umum di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk terdapat sekitar 300 pasien Diabetes Melitus Tipe II. Individu yang mengalami tekanan darah tinggi mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami diabetes dibanding individu yang tekanan darah normal. Berdasarkan latar belakang tersebut, ada beberapa penyebab yang berkaitan dengan tekanan parah pada pasien Diabetes Melitus, diantaranya adalah densitas energi diet, kadar lemak viseral dan tingkat stress. Maka dari itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Hubungan Densitas energi diet, lemak viseral, dan tingkat stress pada pasien dewasa dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. Untuk itu peneliti menjadikan densitas energi, lemak viseral, dan tingkat stres sebagai variabel independen, sedangkan tekanan darah sebagai variabel dependen. C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak meluas dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, maka penulis membatasi masalah pada : wanita dan laki laki usia 26 45 tahun, Dengan diagnosa Diabetes tipe II di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan densitas energi diet, lemak viseral, tingkat stres dan tekanan darah pada pasien dewasa dengan diagnosa Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan densitas energi diet, lemak viseral, tingkat stres dan tekanan darah pada pasien dewasa dengan diagnosa Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk.

5 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik meliputi, usia, pekerjaan, dan jenis kelamin pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk b. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk c. Mengidentifikasi densitas energi diet pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk d. Mengidentifikasi jumlah lemak viseral pada pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk e. Mengidentifikasi tingkat stress pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk f. Menganalisis hubungan densitas energi diet terhadap tekanan darah pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk. g. Menganalisis hubungan kadar lemak viseral terhadap tekanan darah pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk. h. Menganalisis hubungan tingkatan stres terhadap tekanan darah pada pasien Diabetes tipe II di Puskesmaas Kecamatan Kebon Jeruk F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Memberikan wawasan dan tambahan informasi mengenai Tekanan Darah dan faktor faktor resikonya, yang berhubungan dengan Tekanan Darah. Terutama dari faktor densitas energi, kadar lemak viseral dan tingkat stress. 2. Manfaat Bagi Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan UEU Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan UEU sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program studi ilmu gizi dalam mencegah ataupun mengatasi masalah tekanan darah. 3. Manfaat Bagi Peneliti Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan. Menambah pengetahuan dan

6 pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah, dan mengetahui lebih dalam tentang densitas energi, lemak viseral, tingkat stress, dan tekanan darah serta segala sesuatu yang bersangkutan dengan hal tersebut. G. Keterbaruan Penelitian No Nama Peneliti 1 Fajar hermawan (2014) 2 Rizka Dyah Ayu Avihani dan Muhammad Sulchan (2013) 3 Kiki Mellisa Andria (2013) 4 Sri Kartini Nengsih,Masyitha Muis dan Andi Wahyuni (2015) 5 Sulastri, (2015) Judul Penelitian Variabel Metode Penelitian Hubungan Tingkat Independen : Desain Stres dengan Tekanan Tingkat Stres Cross Darah pada Lansia Dependen : sectional Hipertensi di Hipertensi Gamping Sleman Yogyakarta Densitas Energi Independen : Desain Makanan dan densitas energi Case Hereditas Sebagai pada makanan Control Faktor Resiko dan hereditas Hipertensi Obesitik Dependen : Pada Remaja Awal Hipertensi obesitik Hubungan Antara Perilaku Olahraga, Stress dan Pola Makan Dengan Tingkat Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Kelurahan Gebang Putih Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya Hubungan Stres Kerja Dengan Hipertensi Pada Karyawan Bagian Pusat Di Pt. Pelindo Kota Makassar Hubungan Antara Stres dan Riwayat Kontrol dengan Kekambuhan Hipertensi pada Lansia di UPTD PSLU Natar Lampung Selatan Independen: perilaku olahraga, stres dan pola makan Dependen : Hipertensi Independen: Stres Dependen : Hipertensi Independen: Stres dan Riwayat Kontrol Dependen : Kekambuhan Hipertensi Desain Cross sectional Desain Cross sectional Desain Cross sectional Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan hipertensi pada lansia hipertensi di gamping sleman yogyakarta Densitas energi dan hereditas merupakan faktor risiko yang bermakna terhadap kejadian hipertensi obesitik pada remaja awal, dengan besar risiko 5,8 kali dan 4,0 kali Terdapat hubungan antara perilaku olahraga dan stres dengan tingkat hipertensi pada lansia di posyandu lansia kelurahan Gebang Putih kecamatan Sukolilo kota Surabaya Memiliki hubungan yang bermakna stres dengan hipertensi hasil penelitian ada hubungan stres dan riwayat kontrol dengan hipertensi (pvalue<α).

7 Beberapa penelitian diatas terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian ini diantaranya adalah respondennya, pada penelitian ini di khususkan pada pasien diagnosa Diabetes tipe II karena keterkaitannya dengan semua variabel penelitian, tempat, tahun penelitian dan metode penelitiannya, pada penelitian ini peneliti lebih tertarik meneliti pada responden dewasa dan berdasarkan kriteria inklusi dan eklusinya sebagai sampel, metode penelitiannya menggunakan Desain Cross Sectional. Tempat penelitian yang dipilih untuk meneliti adalah Puskesmas Kebon Jeruk.