BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berpengaruh penting untuk perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa. Materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB II MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM MENULIS PANTUN

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME DI KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi menulis dalam KTSP SD yang berbunyi sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menuntut siswa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI RAKYAT DENGAN MODEL QUANTUM TEACHING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

Kata Kunci: menulis, cerpen, metode kuantum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bentuk usaha pengembangan bahasa yang dilakukan melalui jalur formal. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PUISI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DI KELAS V SD NEGERI 2 KALITINGGAR PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE NATURE LEARNING DI KELAS X-1 SMAN 2 CIKARANG PUSAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis Pantun 1. Keterampilan tugas tertentu. 2. Hakikat Menulis Keterampilan merupakan suatu kecakapan untuk menyelesaikan Menulis merupakan salah satu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pembelajaran menulis meruoakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan, oleh sebab itu keterampilan menulis ini tidak dating secara alami, namun harus melalui pelatihan dan praktik. Proses yang dilakukan dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar disesuaikan dengan tingkat kelas dan kesulitan, serta jenis atau bentuk tulisan yang dibinakan. Selanjutnya, Tarigan (1994:21) mengungkapkan bahwa: Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Dari penjelasan di atas, maka menulis merupakan kemampuan seseorang untuk melambangkan bunyi-bunyi yang bermakna yang menggambarkan ide, gagasan, atau pesan yang akan disampaikan kepada orang lain. 7

8 3. Pantun Pantun adalah bentuk puisi yang terutama digunakan sebagai alat dalam Tanya jawab antara dua orang (Umar Yunus dalam Widjodjoko, 2006: 52). Sedangkan menurut Djuanda (2006: 15), pantun adalah jenis puisi lama yang terikat bait dan baris. Pantun merupakan puisi tradisional yang biasanya hanya terdiri dari empat baris. Beberapa ciri pantun diantaranya adalah sebagai berikut: a. Tiap bait terdiri dari empat baris. b. Tiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata. c. Rima ( bunyi akhir ) pantun biasanya a-b-a-b, sekalipun ada pula yang a-a-a-a atau beberapa variannya sedikit berbeda. d. Dua baris pertama merupakan sampiran, dan dua baris berikutnya merupakan isi. Sehubungan dengan ciri pantun, sering dipertanyakan orang tentang ada tidaknya hubungan antara sampiran dan isi. Memang ada orang yang berpendapat bahwa sampiran dan isi dalam pantun ada hubungan isi atau makna. Akan tetapi jika diperhatikan tampak bahwa hubungan isi atau makna rupanya bukan syarat yang harus dipenuhi. Sampiran merupakan dua baris pantun yang memiliki saran bunyi menuju isi. Hubungan sampiran dan isi hanyalah hubungan dalam hal saran dan bunyi. Kalau ada sampiran yang seolah-olah membayangkan isi yang hendak disampaikan itu hanya suatu kebetulan saja. Satu-satunya hubungan yang tampak jelas adalah hubungan bunyi pada akhir baris. Jadi,

9 sampiran tidak harus membayangkan isi yang hendak disampaikan, asal bunyi pada akhir baris berhubungan ulang dengan bunyi pada akhir baris dalam bagian isi pantun tersebut. (Suroto dalam Haryani, 2008:11). Untuk menulis pantun tidaklah mudah, apalagi untuk para pemula. Adapun langkah-langkah yang dapat dipakai untuk menulis pantun adalah sebagai berikut: a. Tentukan isi pantun. Biasanya berupa maksud dan tujuan membuat pantun. Misalnya: agar anak-anak giat belajar. b. Tuliskan tujuan tersebut dalam dua baris kalimat yang tiap barisnya antara 8 sampai dengan 12 suku kata. c. Kedua kalimat tersebut diletakkan pada bagian isi, yakni dibaris ketiga dan keempat. d. Carilah kata-kata yang berbunyi akhir sama. e. Buatlah kalimat dari masing-masing kata tersebut (8 sampai 12 suku kata). f. Letakkan kalimat-kalimat itu di baris kesatu dan kedua,sehingga baris kesatu bersajak sama dengan baris ketiga, begitu puladengan baris kedua bersajak sama dengan baris yang keempat. Contoh pembuatan pantun a. Langkah pertama yaitu menentukan tema dan isi tujuan pantun Langkah 1 tujuan : agar anak-anak giat belajar b. Langkah kedua susun kalimat sebagai isi pantun Langkah 2 : kalau Anda rajin belajar ( 9 suku kata )

10 Pastilah kelak akan berhasil (10 suku kata ) c. Langkah ketiga kalimat yang telah tersusun diletakkan pada baris ketiga dan keempat sebagai isi pantun. Langkah 3 :... ( baris ke-1 ) ( baris ke-2 ) Kalau Anda rajin belajar ( baris ke-3 ) Pastilah kelak akan berhasil ( baris ke-4 ) d. Langkah keempat yaitu mencari kata-kata yang bunyi akhirannya sama dengan kalimat yang telah tersusun. Langkah 4 : pagar, jajar, layar, pasar, dll Pensil, kail, kerikil, kecil, dll e. Langkah kelima menentukan kata yang akan dipakai sebagai akhiran kata dalam kalimat sampiran, kemudian kata yang telah dibuat menjadi sebuah kalimat. Langkah 5 : pasar dan pensil Kalau Anda pergi ke pasar (9 suku kata) Jangan lupa membeli pensil (10 suku kata) f. Langkah keenam letakkan kalimat yang telah tersusun pada baris pertama dan kedua yaitu sebagai sampiran. Langkah 6 : kalau Anda pergi ke pasar Jangan lupa membeli pensil g. Langkah terakhir yaitu tulis semua kalimat yang telah tersusun menjadi sebuah pantun.

11 Kalau Anda pergi ke pasar Jangan lupa membeli pensil Kalau Anda rajin belajar Pastilah kelak akan berhasil Salah satu hal yang penting dalam penulisan pantun adalah kekayaan kosakata. Untuk membuat pantun maka harus mengatur kalimat yang akan disusun sehingga rima atau bunyi akhirnya sama sesuai dengan kehendak yang membuat pantun. Selain itu, perlu pula mengatur jumlah suku kata agar tidak terlampau panjang atau terlampau pendek (Djuanda, 2006:18). Menulis pantun diajarkan kepada siswa kelas IV pada semester 2, hal ini berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini yaitu KTSP. Standar kompetensi dan kompetensi dasar berdasarkan KTSP yaitu: a. Standar Kompetensi: Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak. b. Kompetensi Dasar Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll) sesuai dengan ciri-ciri pantun. c. Indikator Pembelajaran 1) Menulis pantun sesuai dengan tema yang ditentukan. 2) Menulis pantun dengan memperhatikan sajak ab-ab. 3) Menulis pantun dengan memperhatikan pemilihan kata/diksi yang tepat.

12 4) Menulis pantun dengan memperhatikan ciri-ciri pantun. B. Media Kamus Kosakata Media pembelajaran adalah alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa. Media pembelajaran sangat diperlukan dalam pembelajaran untuk mempermudah guru maupun siswa. Pembelajaran menulis pantun belum optimal dikarenakan tidak ada media yang digunakan. Siswa mengalami kesulitan dalam merumuskan ide awal membuat pantun. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan media kamus kosakata untuk membantu siswa menemukan ide awal membuat pantun. Media kamus kosakata merupakan suatu media yang berbentuk buku saku kecil yang dapat dilipat, di dalamnya berisi kata-kata yang sesuai dengan tema pada sampul depan buku tersebut. Pada sampul belakang kamus terdapat pula contoh langkah-langkah untuk membuat pantun. C. Model Pembelajaran Quantum (Quantum Learning) 1. Landasan Pembelajaran Quantum Istilah Quantum dipinjam dari dunia fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubhan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif dan efisien. ( Udin, 2008:127 )

13 Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu pemercepatan belajar dan fasilitasi belajar. Pemercepatan belajar dilakukan dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja melalui salah satu usaha yaitu menyusun bahan pengajaran yang sesuai dan menyajikan pengajaran tersebut secara efektif dengan keterlibatan yang aktif. Fasilitasi belajar akan memudahkan segala hal, maksudnya mengimplementasikan strategi belajar yang tepat sehingga dapat menyingkirkan hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah dan alami. 2. Asas-asas Pembelajaran Quantum Asas utama dalam pembelajaran kuantum adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Dalam proses pembelajaran, penting bagi seorang guru untuk memasuki dunia murid. Dengan memasuki dunia murid, maka akan mudah bagi guru untuk memimpin, menuntun, dan membimbing mereka menuju kesadaran dan ilmu penetahuan yang lebih luas. Dengan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, musik, seni, rekreasi, dan akademis murid merupakan salah satu cara untuk memasuki dunia siswa. Setelah kaitan tersebut terbentuk, kemudian bawalah siswa ke dalam dunia guru, dan memberikan pemahaman mengenai isi dunia yang sedang dijalani siswa. Akhirnya dengan kepiawaian guru dalam proses pembelajaran, siswa dapat

14 membawaa apa yang dipelajari ke dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru. 3. Ciri-ciri Quantum Learning (QL) Ciri utama Quantum Learning, DePorter memaparkan tiga hal pokok yang dapat dijadikan sebagai ciri atau karakteristik model pembelajaran ini, yaitu: 1) Konteks, berarti mengatur penataan kelas secara nyaman dan mempunyai empat aspek yaitu: suasana, landasan, lingkungan, dan rancangan. Penataan suasana kelas mencakup penggunaan bahasa guru yang cukup jelas, mudah ditangkap, bersahabat, mudah dipahami, dapat diteladani, banyak memberikan sugesti, dan menciptakan suasana yang menarik dan menyenangkan dengan memutar musikmusik yang lembut untuk didengar. Landasan yang kokoh dalam pembelajaran akan menjadi sebuah pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran dilaksanakan secara demokratis. Lingkungan adalah penataan ruang kelas dengan mengatur pembagian kelompok belajar siswa dalam proses pembelajaran. Rancangan adalah penciptaan terarah unsurunsur penting yang bisa menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan proses tukar menukar informasi. 2) Isi, yang dimaksud adalah isi materi pembelajaran pantun yang terkait dengan Standar kompetensi, Kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai menyesuaikan dengan minat siswa. Oleh karena itu, perumusan

15 tujuan pembelajaran diupayakan agar siswa terampil menulis pantun untuk mengungkapkan pikiran dan persaan. Penyajian materi yang disampaikan oleh guru disampaikan secara prima dan luwes, menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dapat menumbuhkan kegembiraan bagi siswa pada belajar. Sebagaimana peranan guru dalam proses belajar-mengajar, segala perkataan dan perbuatan guru merupakan teladan bagi para siswa. 3) Strategi TANDUR, yang dimaksud adalah langkah-langkah pembelajaran menulis pantun yang terdiri atas enam langkah, yaitu: 1) Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku. 2) Alami yaitu berikan pengalaman nyata kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Kegiatan alami diterapkan dengan melakukan permainan atau kegiatan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, 3) Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, dan metode lainnya. Kegiatan menamai berarti memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar,

16 4) Demonstrasikan yaitu memberi siswa peluang untuk menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya, 5) Ulangi yaitu beri kesempatan kepada siswa untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, 6) Rayakan dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional. Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Perayaan dapat dilakukan dengan cara pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung, dan pesta kelas. 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Quantum Selain asas utama, ada lima prinsip pembelajaran kuantum yaitu sebagai berikut: a. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hingga bahasa tubuh dari rancangan pembelajaran guru, kata-kata guru, tindakan guru, dan seluruh kondisi lingkungan belajar dapat menyampaikan pesan tentang belajar bagi siswa. b. Segalanya bertujuan, maksudnya semua yang penggubahan pembelajaran yang terjadi tanpa terkecuali harus memiliki tujuantujuan yang jelas dan terkontrol. c. Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya dalam proses pembelajaran, siswa terlebih dahulu diberi pengalaman-pengalaman

17 belajar sebelum akhirnya mereka memperoleh nama tentang apa yang telah mereka pelajari. Jadi, guru tidak langsung memberikan kesimpulan, tetapi siswa diajak untuk memperoleh informasi-informasi yang bermakna hingga diperoleh suatu konsep yang dimengerti siswa. d. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha yang telah dilakukan siswa melalui belajar harus memperoleh pengakuan dari guru dan siswa lainnya atas kecakapan dan kepercayaan diri siswa. e. Merayakan keberhasilan, maksudnya adalah dengan perayaan maka akan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan motivasi untuk meraih hasil belajar yang lebih baik dan lebih meningkat (DePorter, 2003). D. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Insonesia. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sedangkan untuk pengajaran keterampilan bersastra pengajarannya diintegrasikan ke dalam empat aspek berbahasa tersebut. Kemampuan bersastra di sekolah dasar memiliki standar kompetensi yang berbeda untuk tiap kelasnya. Semakin

18 tinggi jenjang kelasnya, maka semakin tinggi tingkat apresiasinya. Masingmasing standar kompetensi untuk tiap-tiap kelas menurut Resmini (2006: 106-114) adalah sebagai berikut: 1. Kelas I, peserta didik mampu mengapresiasi sastra anak secara sederhana melalui kegiatan mendengarkan dongeng, bermain peran, dan mendeklamasikan / melagukan puisi anak. 2. Kelas II, peserta didik mampu mengapresiasi sastra anak secara sederhana melalui kegiatan mendengarkan dongeng, bermain peran, dan mendeklamasilkan / melagukan puisi anak. 3. Kelas III, peserta didik mampu mengapresiasi sastra anak secara sederhana melalui kegiatan mendengarkan dongeng, bermain peran, dan mendeklamasikan / melagukan puisi anak. 4. Kelas IV, peserta didik mampu mengapresiasi ragam sastra anak melalui kegiatan mendengarkan dongeng / cerita rakyat, mendengarkan pembacaan pantun, membaca dongeng / cerita rakyat, memerankan penggalan drama, menulis cerita rekaan, dan membuat pantun sederhana. 5. Kelas V, peserta didik mampu mengapresiasi ragam sastra anak melalui kegiatan mendengarkan dan menanggapi cerita rakyat, mendengarkan dan menanggapi cerita pendek, menulis prosa sederhana, memerankan drama anak tanpa teks, menulis puisi bebas. 6. Kelas VI, peserta didik mampu mengapresiasi ragam sastra anak melalui membaca novel anak, bermain peran, memparafrasekan puisi, mendengarkan dan menanggapi cerita rakyat, membacakan cerita rakyat yang masih populer. Standar kompetensi tersebut merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan bersastra, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Selanjutnya Depdiknas (2007:39) mengungkapkan bahwa secara umum tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

19 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. E. Kerangka Berpikir Menulis pantun merupakan salah satu pembelajaran apresiasi sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis pantun ditunjukkan dengan kurangnya gagasan dan ide-ide siswa tersebut. Penggunaan model pembelajaran kuantum memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar sedangkan guru sebagai pemberi motivasi. Selain itu, siswa diberi kesempatan untuk mengulang kembali pelajaran yang belum dimengerti. Setiap usaha sekecil apapun yang dilakukan siswa akan diakui oleh guru sehingga tidak ada rasa takut dalam diri siswa untuk menulis pantun. Model pembelajaran kuantum memiliki prinsip untuk merayakan keberhasilan pembelajaran dapat memberikan kegembiraan bagi siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk meningkatkan hasil pembelajaran dalam menulis pantun. Pembelajaran direncanakan dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada siklus pertama, pembelajaran difokuskan agar siswa dapat menulis pantun dengan pemberian bantuan guru yang menyediakan sampiran atau isi pantun saja. Selanjutnya untuk siklus kedua difokuskan agar siswa dapat membuat pantun secara utuh. Dengan demikian, hasil pembelajaran siswa dalam menulis

20 pantun dimungkinkan dapat meningkat. Adapun gambarannya terlihat pada gambar 2.1. di bawah ini: Masalah: Kemampuan menulis pantun siswa rendah. Penggunaan model Quantum Learning sebagai pemecahan masalah. Perencanaan pembelajaran menggunakan model Quantum Learning. Analisis dan refleksi siklus I Siklus I: Pelaksanaan pmbelajaran dengan model Quantum Learning. Perencanaan perbaikan pembelajaran dengan model Quantum Learning. Kemampuan menulis pantun dapat meningkat. Siklus II: Pelaksanaan pembelajaran dengan model Quantum Learning. Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penerapan Quantum Learning F. Hipotesis Tindakan Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui penerapan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan keterampilan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Wirasana.