GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG SIKLUS KEBIJAKAN PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN GUBERNUR, PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SERTA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk kelancaran proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur, Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sebagai tindak lanjut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Siklus Kebijakan Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur, Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Serta Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4421); 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir, dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir, dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelola Keuangan Daerah; 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2007 Nomor 1 Seri E); MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG SIKLUS KEBIJAKAN PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN GUBERNUR, PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SERTA PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur. 2. Pemerintah
2. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. 4. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur. 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur. 7. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. 8. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung-jawaban, dan pengawasan keuangan daerah. 9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur. 10. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. 11. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPKD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur selaku pengguna anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. 12. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Gubernur yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah. 13. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut dengan Kepala SKPKD yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. 14. Entitas
14. Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. 15. Entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. 16. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. 17. Rencana Kerja Pemerintah, selanjutnya disingkat RKP, adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 18. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. 19. Rencana Kerja Pemerintah Daerah, selanjutnya disingkat RKPD, adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 20. Rencana kerja SKPD yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 21. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah Tim yang dibentuk dengan keputusan Gubernur dan dipimpin oleh Sekretaris Daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan Gubernur dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat Iainnya sesuai dengan kebutuhan. 22. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun. 23. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD. 24. Prioritas
24. Prioritas dan Plafon Anggaran yang selanjutnya disingkat PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD. 25. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi Siklus Kebijakan Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur, Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah serta Perubahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. BAB III APBD Bagian Kesatu RKPD Pasal 3 (1) Untuk menyusun Rancangan APBD, Pemerintah Daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah. (2) Penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan penyusunan Rancangan Awal RKPD, Penyusunan Rancangan RKPD, Musrenbang RKPD, Penyusunan Rancangan Akhir RKPD serta Penetapan RKPD. (3) Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihadiri oleh semua unsur pemangku kepentingan dan dapat mengundang Pimpinan atau Anggota DPRD Provinsi, pejabat dari kementerian/lembaga ditingkat pusat, pejabat SKPD Provinsi atau dari unsur lain terkait, sebagai narasumber. (4) RKPD
(4) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. (5) RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. (6) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur. Bagian Kedua KUA-PPAS Pasal 4 (1) Gubernur menyusun Rancangan KUA dan Rancangan PPAS berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. (2) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya. (3) Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan tahapan sebagai berikut: a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah; b. menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan yang disinkronisasikan dengan prioritas dan program nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah setiap tahun; dan c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masingmasing program/kegiatan. Pasal 5 (1) Gubernur bersama TAPD memberikan penjelasan tentang Rancangan KUA dan Rancangan PPAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) kepada Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi. (2) Pimpinan
(2) Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi menyampaikan pokokpokok pikiran untuk diselaraskan dengan Rancangan KUA dan Rancangan PPAS yang telah disampaikan oleh Gubernur. (3) Berdasarkan hasil penjelasan dan penyampaian pokok-pokok pikiransebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Rancangan KUA dan Rancangan PPAS dibahas lebih lanjut antara TAPD dengan Badan Anggaran DPRD. (4) Rancangan KUA danrancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disepakati menjadi KUA danppas yang masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Gubernur dengan Pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Bagian Ketiga Penyiapan Raperda tentang APBD Pasal 6 (1) KUA PPAS yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (4) sebagai bahan dalam penyusunan Raperda tentang APBD. (2) Gubernur menyampaikan Raperda tentang APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta nota keuangankepada DPRD. (3) Gubernur dapat memberikan penjelasan atas Raperda tentang APBD yang telah disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi. (4) Dalam hal terdapat perbedaan rincian/substansi pada KUA-PPAS yang telah disepakati dengan Raperda tentang APBD, Gubernur bersama TAPD dapat memberikan penjelasan kepada Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi. (5) Hasil penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4), dibahas lebih lanjut antara TAPD dengan Badan Anggaran DPRD. (6) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Gubernur dan DPRD. (7) Persetujuan
(7) Persetujuan bersama antara Gubernur dan DPRD terhadap Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD ditandatangani oleh Gubernur dan pimpinan DPRD paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran berakhir. Bagian Keempat Evaluasi Raperda tentang APBD Pasal 7 (1) Raperda Tentang APBD yang telah disetujui bersama sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (7) disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dilakukan evaluasi. (2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan terhadap Raperda Tentang APBD. (3) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan Gubernur dan/atau TAPD bersama dengan Badan Anggaran DPRD. (4) Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan DPRD. (5) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dijadikan dasar penetapan Peraturan Daerah tentang APBD. BAB IV LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN Pasal 8 (1) Dalam rangka mempertanggungjawabkan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Gubernur menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD. (2) Laporan keterangan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penyelenggaraan urusan desentralisasi, tugas pembantuan dan tugas umum pemerintahan. (3) Laporan keterangan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Tahun Anggaran. Pasal 9
Pasal 9 (1) Dalam hal tertentu, Gubernur dan TAPD dapat memberikan penjelasan atas laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Pimpinan DPRD atau Panitia Khusus. (2) DPRD memberikan rekomendasi terhadap laporan keterangan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rapat paripurna. BAB V PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD Pasal 10 (1) Laporan keuangan disusun oleh pejabat pengguna anggaran sebagai hasil pelaksanaan anggaran dan kegiatan operasional keuangan yang berada di SKPD yang menjadi tanggung jawabnya. (2) Laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. laporan realisasi anggaran; b. laporan operasional; c. neraca; d. laporan perubahan ekuitas; dan e. catatan atas laporan keuangan. Pasal 11 (1) PPKD menyusun laporan keuangan Pemerintah Daerah dengan cara menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan. (2) Laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. (3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari: a. laporan realisasi anggaran; b. laporan
b. laporan operasional; c. neraca; d. laporan perubahan sisa lebih anggaran; e. laporan arus kas; f. laporan perubahan ekuitas; dan g. catatan atas laporan keuangan. (4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun dan disajikan sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang standar akuntansi pemerintahan. (5) Laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri dengan laporan ikhtisar realisasi kinerja dan laporan keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). (6) Laporan ikhtisar realisasi kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disusun dari ringkasan laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur. (7) Laporan keuangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan surat pernyataan Gubernur yang menyatakan pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 Laporan realisasi anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a, disampaikan oleh Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Pasal 13 (1) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) disampaikan oleh Gubernur kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk dilakukan pemeriksaan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (2) Gubernur memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK. Pasal 14
Pasal 14 (1) Gubernur menyampaikan raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (2) Raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, laporan operasional, neraca, laporan perubahan sisa lebih anggaran, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar laporan keuangan BUMD. Pasal 15 (1) Apabila sampai batas waktu 2 (dua) bulan setelah penyampaian laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), BPK belum menyampaikan hasil pemeriksaan, Gubernur menyampaikan raperda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD. (2) Raperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan laporan realisasi anggaran, laporan operasional, neraca, laporan perubahan sisa lebih anggaran, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dancatatan atas laporan keuangan, dan laporan kinerja yang isinya sama dengan yang disampaikan kepada BPK. (3) Dalam hal terdapat perbedaan antara laporan keuangan un-audited dan laporan audited, Gubernur atau TAPD dapat memberikan penjelasan kepada DPRD. Pasal 16 (1) Agenda pembahasan Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) ditentukan oleh DPRD. (2) Persetujuan bersama terhadap Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima. Pasal 17
Pasal 17 (1) Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dilakukan evaluasi. (2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan terhadap Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. (3) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan Gubernur dan/atau TAPD bersama dengan Badan Anggaran DPRD. (4) Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Pimpinan DPRD. (5) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dijadikan dasar penetapan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. BAB VI PERUBAHAN APBD Bagian Pertama KUA-PPAS Perubahan APBD Pasal 18 (1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang semula ditetapkan dalam KUA. (2) Gubernur memformulasikan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan APBD ke dalam rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Rancangan PPAS Perubahan APBD. (3) Dalam Rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Rancangan PPAS Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disajikan secara lengkap penjelasan mengenai: a. perbedaan asumsi dengan KUA yang ditetapkan sebelumnya; b. program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk ditampung dalam perubahan APBD dengan mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan APBD tahun anggaran berjalan; c. capaian
c. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus dikurangi dalam perubahan APBD apabila asumsi KUA tidak tercapai; dan d. capaian target kinerja program dan kegiatan yang harus ditingkatkan dalam perubahan APBD apabila melampaui asumsi KUA. Pasal 19 (1) Gubernur bersama TAPD memberikan penjelasan tentang Rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Rancangan PPAS Perubahan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) kepada Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi. (2) Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi menyampaikan pokokpokok pikiran untuk diselaraskan dengan Rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Rancangan PPAS Perubahan APBD yang telah disampaikan oleh Gubernur. (3) Berdasarkan penjelasan dan penyampaian pokok-pokok pikiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2),selanjutnya Rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Rancangan PPAS Perubahan APBD dibahas lebih lanjut antara TAPD dengan Badan Anggaran DPRD. (4) Rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Rancangan PPAS Perubahan APBD yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disepakati menjadi Kebijakan Umum Perubahan APBD serta PPAS Perubahan APBD yang masing-masing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Gubernur dengan Pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Bagian Kedua Penyiapan Raperda Tentang Perubahan APBD Pasal 20 (1) Kebijakan Umum Perubahan APBD dan PPAS Perubahan APBD yang telah disepakati sebagaimana dalam Pasal 19 ayat (4) sebagai bahan dalam penyusunan Raperda tentang Perubahan APBD. (2) Gubernur
(2) Gubernur menyampaikan Raperda tentang Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta nota keuangankepada DPRD. (3) Terhadap Raperda tentang Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pembahasan bersama antara Gubernur atau TAPD dengan Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi untuk mendapatkan persetujuan bersama. (4) Dalam hal terdapat perbedaan rincian/substansi pada Kebijakan Umum Perubahan APBD dan PPAS Perubahan APBD yang telah disepakati dengan Raperda tentang Perubahan APBD, Gubernur atau TAPD dapat memberikan penjelasan kepada Pimpinan DPRD dan Pimpinan Fraksi. (5) Hasil penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), selanjutnyadibahas lebih lanjut antara TAPD dengan Badan Anggaran. (6) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Gubernur dan DPRD. (7) Persetujuan bersama antara Gubernur dan DPRD terhadap raperda tentang Perubahan APBD ditandatangani oleh Gubernur dan pimpinan DPRD paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun anggaran berakhir. Bagian Ketiga Evaluasi Raperda Tentang Perubahan APBD Pasal 21 (1) Raperda tentang Perubahan APBD yang telah disetujui bersama sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (7) disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dilakukan evaluasi dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri. (2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan terhadap Raperda Tentang Perubahan APBD. (3) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan Gubernur dan/atau TAPD bersama dengan Badan Anggaran DPRD. (4) Hasil
(4) Hasil penyempurnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Keputusan Pimpinan DPRD. (5) Keputusan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dijadikan dasar penetapan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Timur. Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 12 Oktober 2015 GUBERNUR JAWA TIMUR ttd Dr. H. SOEKARWO
Diundangkan di Surabaya Pada tanggal 12 Oktober 2015 an. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR Kepala Biro Hukum ttd Dr. HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH Pembina Tingkat I NIP 19640319 198903 1 001 BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 NOMOR 58 SERI E.