SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN, DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional dan untuk meningkatkan kemampuan petani dalam menggunakan atau menerapkan pemupukan berimbang, serta untuk menyediakan pupuk dengan harga yang wajar sampai pada tingkat petani, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota Batu tentang Kebutuhan, Penyaluran, dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Kota Batu Tahun Anggaran 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4118);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004, tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015); 8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk dan Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4079); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
11. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan; 12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 40/Permentan/OT.140/4/2007 tentang Rekomondasi Pemupukan N,P, dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 17/M-DAG/PER/6/2011 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 70/ Permentan/SR.140/8/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 70//Permentan/SR.140/10/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 69/Permentan/SR.130/11/2012 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2013; 17. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor: 634/MPP/Kep/9/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/ atau Jasa yang beredar di Pasar; 18. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 237/Kpts/OT.210/4/2003 tentang Pedoman Pengawasan, Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pupuk An-Organik; 19. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 239/Kpts/OT.210/2003 tentang Pengawasan Formula Pupuk An-Organik; 20. Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 1871/Kpts/OT.160/5/2012 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pupuk Bersubsidi Tingkat Pusat; 21. Peraturan Gubenur Jawa Timur Nomor 75 Tahun 2012 tentang Kebutuhan dan Penyaluran serta Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2013; 22. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota Batu;
23. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN, DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. 2. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil rekayasa kimia, fisika, dan/atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. 3. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 4. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. 5. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV dengan jenis pupuk bersubsidi terdiri dari Urea berwarna pink (merah muda), SP-36, ZA, NPK dan Pupuk Organik Granul. 6. Harga Eceran Tertinggi (HET) adalah harga pupuk bersubsidi di Lini IV (di kios penyalur pupuk di tingkat desa/kecamatan) yang dibeli oleh petani/kelompok tani yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
7. Sektor pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak dan budidaya ikan dan/atau udang. 8. Petani adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman pangan atau hortikultura dengan luasan tertentu. 9. Pekebun adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu. 10. Peternak adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan budidaya tanaman hijauan pakan ternak dengan luasan tertentu. 11. Pembudidaya ikan atau udang adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mengusahakan lahan, milik sendiri atau bukan, untuk budidaya ikan dan/atau udang yang tidak memiliki izin usaha. 12. Produsen adalah produsen Pupuk yaitu PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero) beserta anak perusahaannya yang terdiri dari PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT. Petro Kimia Gresik, PT. Pupuk Kalimantan Timur dan PT. Pupuk Kujang yang memproduksi pupuk an-organik yaitu Pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK dan Pupuk Organik di dalam negeri. 13. Penyalur di Lini III adalah Distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku. 14. Penyalur di Lini IV adalah Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku. 15. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerjasama meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan usaha tani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan yang dikukuhkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
16. Rencana Difinitif Kebutuhan Kelompok Tani yang selanjutnya disingkat RDKK adalah rencana perhitungan kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompok tani berdasarkan luas areal usaha tani yang diusahakan petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan dan/atau udang anggota kelompok tani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi. 17. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida yang selanjutnya disingkat (KPPP) adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Gubernur untuk tingkat Provinsi dan oleh Bupati/Walikota untuk tingkat Kabupaten/Kota. BAB II PERUNTUKAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 2 (1) Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak yang mengusahakan lahan paling luas 2 (dua) hektar setiap musim tanam per keluarga petani kecuali pembudidaya ikan dan/atau udang paling luas 1 (satu) hektar. (2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atau perusahaan perikanan budidaya. BAB III ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 3 (1) Alokasi Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dan standar teknis dengan mempertimbangkan jumlah alokasi pupuk bersubsidi untuk Kota Batu Tahun 2013. (2) Alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci berdasarkan Kecamatan, Jenis, Jumlah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III,IV, dan V Peraturan Walikota ini.
(3) Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Tingkat Pengecer/Kios berdasarkan RDKK sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya. Pasal 4 (1) Camat dapat mengusulkan tambahan alokasi pupuk bersubsidi melalui Walikota apabila permintaan pupuk di wilayahnya melebihi alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) Peraturan Walikota ini. (2) Penambahan alokasi pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui realokasi pupuk dari wilayah kecamatan atas rekomendasi KPPP dan mendapat persetujuan Walikota. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Realokasi pupuk antar wilayah Kecamatan di Kota Batu dengan Keputusan Walikota. Pasal 5 Dalam hal alokasi pupuk bersubsidi di wilayah Kecamatan di Kota Batu pada bulan berjalan ternyata tidak mencukupi, atas rekomendasi KPPP Kota Batu, produsen dapat menyalurkan alokasi pupuk di wilayah yang bersangkutan dari alokasi bulan-bulan berikutnya dan/atau sisa alokasi bulan sebelumnya sepanjang tidak melabihi alokasi dalam 1 (satu) tahun. BAB IV PUPUK BERSUBSUDI Pasal 6 Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri atas pupuk an-organik dan pupuk organik yang diproduksi dan/atau diadakan oleh Produsen.
Pasal 7 Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 harus diberi label tambahan berwarna merah, mudah dibaca, dan tidak mudah hilang/terhapus, yang bertuliskan: Pupuk Bersubsidi Pemerintah Barang dalam Pengawasan Pasal 8 (1) Pelaksanaan Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke penyalur Lini IV dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku. (2) Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian di penyalur Lini IV ke petani atau kelompok tani diatur sebagai berikut: a. Penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat penyalur Lini IV berdasarkan RDKK sesuai dengan wilayah tanggung jawabnya. b. Penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a memperhatikan kebutuhan kelompok tani dan alokasi di masing-masing wilayah. (3) Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di Lini IV ke petani atau kelompok tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Kota Batu melakukan pendataan RDKK di wilayah Kota Batu, sebagai dasar pertimbangan dalam pengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi yang ditetapkan dalam Peraturan Walikota. (4) Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi di tingkat petani/kelompok tani dilakukan melalui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesifik lokasi oleh penyuluh. Pasal 9 (1) Penyalur di Lini IV yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
(2) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut: a. Pupuk Urea = Rp. 1.800,00 per kg; b. Pupuk SP-36 = Rp. 2.000,00 per kg; c. Pupuk ZA = Rp. 1.400,00 per kg; d. Pupuk NPK = Rp. 2.300,00 per kg; dan e. Pupuk Organik = Rp. 500,00 per kg; (3) Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan, dan/atau udang di Penyalur Lini IV secara tunai dalam kemasan sebagai berikut: f. Pupuk Urea = 50 kg; g. Pupuk SP-36 = 50 kg; h. Pupuk ZA = 50 kg; i. Pupuk NPK = 50 kg atau 20 kg; dan j. Pupuk Organik = 40 kg atau 20 kg; Pasal 10 Produsen, Distributor dan Penyalur Lini IV wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, dan pembudidaya ikan dan/atau udang di wilayah tanggung jawabnya sesuai alokasi yang telah ditetapkan. BAB V PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 11 Produsen wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian yang berlaku.
Pasal 12 (1) KPPP wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan, dan harga pupuk bersubsidi di wilayah Kota Batu. (2) Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Penyuluh. BAB VI PENUTUP Pasal 13 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dalam Berita Daerah. Ditetapkan di Batu pada tanggal 4 Januari 2013 WALIKOTA BATU, ttd Diundangkan di Batu pada tanggal 7 Januari 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO WODODO, SH. MH. Pembina Utama Muda NIP. 19591223 198608 1 002 BERITA DAERAH KOTA BATU TAHUN 2013 NOMOR 2/E
Lampiran I Peraturan Walikota Batu Nomor : 4 Tahun 2013 Tanggal : 4 Januari 2013 ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN SATUAN: TON NO SUB SEKTOR UREA SP-36 ZA NPK ORGANIK 1 TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 2,858 1,841 93 6,561 1,867 2 PERKEBUNAN 1,053 1,165 2,167 1,080 1274 3 PERIKANAN BUDIDAYA 1 0 0 0 0 JUMLAH 3,912 3,006 2,260 7,641 3,141 WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO
ALOKASI PUPUK UREA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERTANIAN Lampiran II Peraturan Walikota Batu Nomor : 4 Tahun 2013 Tanggal : 4 Januari 2013 WILAYAH PT. PUPUK KALTIM SATUAN TON 1 BATU 80 124 95 97 87 89 85 90 72 89 122 107 1137 2 BUMIAJI 97 149 144 125 115 110 112 126 103 122 157 149 1509 3 JUNREJO 96 121 119 77 110 97 97 108 84 112 125 120 1266 KOTA BATU 273 394 358 299 312 296 294 324 259 323 404 376 3912 ALOKASI PUPUK SP-36 BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERTANIAN 1 BATU 30 13 17 76 197 39 97 44 57 86 90 51 797 2 BUMIAJI 56 20 22 105 389 74 112 102 87 105 130 119 1321 3 JUNREJO 35 15 18 87 210 37 92 48 67 92 112 75 888 KOTA BATU 121 48 57 268 796 150 301 194 211 283 332 245 3006 ALOKASI PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERTANIAN 1 BATU 245 2 2 47 2 2 2 2 257 46 2 2 611 2 BUMIAJI 419 3 3 89 3 3 3 2 368 95 2 2 992 3 JUNREJO 246 2 2 66 2 2 2 2 273 56 2 2 657 KOTA BATU 910 7 7 202 7 7 7 6 898 197 6 6 2260
ALOKASI PUPUK NPK BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERTANIAN SATUAN TON 1 BATU 220 221 112 161 130 100 150 132 132 180 215 167 1920 2 BUMIAJI 432 395 386 325 230 160 284 265 262 330 380 317 3766 3 JUNREJO 296 160 192 185 152 85 170 120 118 178 179 120 1955 KOTA BATU 948 776 690 671 512 345 604 517 512 688 774 604 7641 ALOKASI PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BATU TAHUN 2012 1 BATU 118 66 97 32 27 33 46 38 25 75 99 86 742 2 BUMIAJI 199 105 147 70 72 109 90 90 77 135 204 125 1423 3 JUNREJO 150 77 122 41 47 59 65 65 35 98 119 102 980 KOTA BATU 467 248 366 143 146 201 201 193 137 308 422 313 3145 WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO
Lampiran III Peraturan Walikota Batu Nomor : 4 Tahun 2013 Tanggal : 4 Januari 2013 ALOKASI PUPUK UREA BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA WILAYAH PT. PUPUK KALTIM SATUAN TON 1 BATU 2 129 119 4 112 78 82 99 11 10 160 155 961 2 BUMIAJI 3 154 144 5 115 127 137 179 19 15 185 183 1266 3 JUNREJO 2 111 95 3 85 91 92 129 15 11 162 134 930 KOTA BATU 7 394 358 12 312 296 294 324 45 36 404 376 2858 ALOKASI PUPUK SP-36 BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 1 BATU 34 13 14 16 13 36 79 44 53 23 87 48 460 2 BUMIAJI 49 21 23 26 17 67 128 98 96 29 125 124 803 3 JUNREJO 38 14 20 19 14 47 94 52 62 25 120 73 578 KOTA BATU 121 48 57 61 44 150 301 194 211 77 332 245 1841 ALOKASI PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 1 BATU 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 26 2 BUMIAJI 10 3 3 5 3 3 3 2 2 2 2 2 40 3 JUNREJO 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 27 KOTA BATU 18 7 7 10 7 7 7 6 6 6 6 6 93
ALOKASI PUPUK NPK BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SATUAN TON 1 BATU 278 242 184 150 42 115 142 139 45 168 205 190 1900 2 BUMIAJI 387 308 310 190 43 133 280 220 47 229 384 240 2771 3 JUNREJO 283 226 196 170 48 97 182 158 41 130 185 174 1890 KOTA BATU 948 776 690 510 133 345 604 517 133 527 774 604 6561 ALOKASI PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA 1 BATU 94 32 62 12 12 5 10 19 4 40 62 45 397 2 BUMIAJI 155 60 126 14 18 64 60 35 11 96 171 101 911 3 JUNREJO 104 42 76 11 14 30 29 25 8 66 87 67 559 KOTA BATU 353 134 264 37 44 99 99 79 23 202 320 213 1867 WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO
Lampiran IV Peraturan Walikota Batu Nomor : 4 Tahun 2013 Tanggal : 4 Januari 2013 ALOKASI PUPUK UREA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERKEBUNAN WILAYAH PT. PUPUK KALTIM SATUAN TON 1 BATU 49 0 0 63 0 0 0 0 64 67 0 0 243 2 BUMIAJI 140 0 0 128 0 0 0 0 78 145 0 0 491 3 JUNREJO 76 0 0 96 0 0 0 0 72 75 0 0 319 KOTA BATU 265 0 0 287 0 0 0 0 214 287 0 0 1053 ALOKASI PUPUK SP-36 BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERKEBUNAN 1 BATU 0 0 0 58 221 0 0 0 0 43 0 0 322 2 BUMIAJI 0 0 0 102 316 0 0 0 0 112 0 0 530 3 JUNREJO 0 0 0 47 215 0 0 0 0 51 0 0 313 KOTA BATU 0 0 0 207 752 0 0 0 0 206 0 0 1165 ALOKASI PUPUK ZA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERKEBUNAN 1 BATU 202 0 0 50 0 0 0 0 221 45 0 0 518 2 BUMIAJI 452 0 0 85 0 0 0 0 423 81 0 0 1041 3 JUNREJO 238 0 0 57 0 0 0 0 248 65 0 0 608 KOTA BATU 892 0 0 192 0 0 0 0 892 191 0 0 2167
ALOKASI PUPUK NPK BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERKEBUNAN SATUAN TON 1 BATU 0 0 0 33 90 0 0 0 100 37 0 0 260 2 BUMIAJI 0 0 0 83 179 0 0 0 160 75 0 0 497 3 JUNREJO 0 0 0 45 110 0 0 0 119 49 0 0 323 KOTA BATU 0 0 0 161 379 0 0 0 379 161 0 0 1080 ALOKASI PUPUK ORGANIK BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERKEBUNAN DI KOTA BATU TAHUN 2012 1 BATU 14 20 19 18 19 21 24 10 17 22 25 20 229 2 BUMIAJI 75 64 56 57 55 49 45 75 65 46 40 50 677 3 JUNREJO 25 30 27 31 28 32 33 29 32 34 37 30 368 KOTA BATU 114 114 102 106 102 102 102 114 114 102 102 100 1274 WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO
Lampiran V Peraturan Walikota Batu Nomor : 4 Tahun 2013 Tanggal : 4 Januari 2013 ALOKASI PUPUK UREA BERSUBSIDI SUB SEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA WILAYAH PT. PUPUK KALTIM SATUAN TON 1 BATU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 BUMIAJI 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 JUNREJO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 KOTA BATU 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO