BAB I PENDAHULUAN. bila dahulu penyampaian informasi dan komunikasi menggunakan surat,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

teknologi informasi adalah munculnya tindak pidana mayantara (cyber crime). Cyber

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

Muatan yang melanggar kesusilaan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum, termasuk anak bisa melakukan tindakan yang melawan

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

Nip : Tangerang. : Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Tangerang. Nip : : Dosen Hukum Pidana

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

[ Cybercrime ] Presentasi Kelompok VI Mata Kuliah Etika Profesi STMIK El-Rahma Yogyakarta

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

I. PENDAHULUAN. diyakini merupakan agenda penting masyarakat dunia saat ini, antara lain ditandai

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

I. PENDAHULUAN. berkembang dari waktu kewaktu semakin pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA INTERNET DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Perbuatan yang Termasuk dalam Tindak Pidana. Hukum pidana dalam arti objektif atau ius poenale yaitu sejumlah peraturan yang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

BAB III KEPUTUSAN HUKUM DALAM PUTUSAN NOMOR: 2191/ PID.B/ 2014/ PN.SBY TENTANG HUKUMAN ELEKTRONIK DAN PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

Pendapat Hukum Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) dalam Kasus Ravio Patra dengan Pelapor Wempy Dyocta Koto

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BAB II KEJAHATAN PEMBOBOLAN WEBSITE SEBAGAI BENTUK KEJAHATAN DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindak pidana melalui media cyber dan teknologi telekomunikasi, Penulis

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Perkembangan Teknlogi Informatika (telematika) ini telah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, khususnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualis 1, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia disebut makhluk sosial karena sering bertukar informasi dan komunikasi dari orang lain dalam suatu interaksi. Interaksi antarmanusia dalam membagikan informasi telah mengalami perubahan yang sangat pesat; bila dahulu penyampaian informasi dan komunikasi menggunakan surat, kentongan dan telegram, sekarang dapat dengan mudah dilakukan melalui handphone, internet, dan alat komunikasi berbasis jaringan lainnya. Internet merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi informasi sekarang ini. Melalui internet manusia dapat melakukan aktivitas layaknya kehidupan di dunia nyata. Manusia dapat melakukan berbagai aktivitas seperti mengobrol, transaksi bisnis dan menggali berbagai informasi. Perkembangan teknologi di masa sekarang sangat mengubah perilaku masyarakat. Berbagai lapisan masyarakat dapat dengan mudah mengekspresikan apa yang dialami dengan memanfaatkan fasilitas internet. Meskipun demikian, masyarakat juga harus berhati-hati dalam penggunaannya karena jika tidak berhati-hati akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat seperti adanya kejahatan melalui internet atau sering disebut dengan cybercrime. Cybercrime adalah aktivitas manusia di dunia mayantara (maya) yang menjadikan komputer sebagai sasaran kejahatan (misalnya akses ilegal, 1

perusakan situs, intersepsi ilegal), dan aktivitas manusia yang menggunakan komputer sebagai sasaran kejahatan (misalnya pemalsuan kartu kredit, pornografi via internet) 1. Dengan kata lain, cybercrime merupakan kejahatan terhadap komputer dan kejahatan melalui komputer. Salah satu contoh tindak pidana cybercrime adalah pencemaran nama baik melalui internet, dimana seseorang dengan sengaja menyebarkan informasi yang memuat unsur hinaan melalui internet dengan tujuan untuk menjatuhkan reputasi seseorang. Dari tindakan yang dilakukan oleh si pelaku akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi korban. Kata pencemaran nama baik dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dapat disebut sebagai penghinaan atau penistaan terhadap seseorang. Pencemaran nama baik adalah perbuatan menyerang nama baik dan martabat seseorang yang dilakukan di muka publik. Kasus pencemaran nama baik melalui media sosial di Indonesia cukup banyak terjadi. Salah satu kasus pencemaran nama baik yang sangat menyita perhatian publik di Indonesia adalah kasus Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit (RS) Omni Internasional yang terjadi pada tahun 2009. Dalam kasus ini Prita mengirimkan sebuah e-mail kepada kerabatnya tentang keluhan atas pelayanan yang diberikan oleh RS Omni Internasional. RS Omni Internasional tidak terima atas tuduhan yang dilakukan Prita dan mengganggap bahwa ia mencemarkan nama baik RS. Pada akhirnya Hakim Pengadilan Negeri Tangerang menyatakan Prita terbukti secara sah bersalah melanggar Pasal 27 1 Widodo, 2013, Aspek Hukum Pidana Kejahatan Mayantara, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, hal. v. 2

ayat (3) juncto Pasal 45 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Selain kasus Prita Mulyasari, kasus pencemaran nama baik melalui media sosial juga terjadi di Yogyakarta yang dilakukan oleh Florence Sihombing, mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam hal ini, Florence menghina masyarakat Yogyakarta melalui media sosial Path. Florence didakwa melanggar Pasal 27 ayat (3) juncto Pasal 45 ayat (1) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Florence divonis hukuman 2 (dua) bulan penjara dan masa percobaan selama 6 (enam) bulan oleh Pengadilan Negeri Kota Yoghyakarta. Florence juga didenda Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) subsidair 1 bulan penjara 2. Perbuatan melawan hukum di dunia maya seperti pencemaran nama baik sudah menjadi salah satu fenomena yang sangat mengkhawatirkan di Indonesia. Terkait hal tersebut maka sangat penting bagi pemerintah melakukan antisipasi atau upaya penanggulangan melalui hukum pidana. Untuk menjamin kepastian hukum, pemerintah berkewajiban membuat regulasi terhadap berbagai aktivitas terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi tersebut 3. Regulasi dalam penegakan hukum pidana, menjadi dasar pembenaran seseorang dapat dikatakan bersalah atau tidak, di samping perbuatannya dapat dipersalahkan atas kekuatan Undangundang yang telah ada sebelumnya (asas legalitas), juga perbuatan mana 2 Internet, 4 November 2017, news.liputan6.http://news.liputan6.com. 3 Siswanto Sunarso, 2009, Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik (Studi Kasus: Prita Mulyasari), Jakarta: Rineka Cipta, hal. 40. 3

didukung oleh kekuatan bukti yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan (unsur kesalahan) 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah wujud dari tanggung jawab yang harus ditanggung oleh negara, untuk memberikan perlindungan maksimal pada seluruh aktivitas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dalam negeri agar terlindungi dengan baik dari potensi kejahatan dan penyalahgunaan teknologi 5. Undang-undang ini telah diubah dengan Undangundang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut dengan UU ITE). Undang-undang ini sudah mulai berlaku pada tanggal 28 November 2016. Dalam UU ITE, sanksi pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui media sosial diatur dalam Pasal 45 ayat (3) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Adapun Pasal 45 ayat (3) menyatakan bahwa: (3) Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah). 4 Dicky Refliyanto, Tinjauan Yuridis Terhadap Pembuktian Tindak Pidana Intimidasi Melalui Internet (Cyber bullying), Internet, 27 September 2017, http://sitedi.uho.ac.id. 5 Siswanto Sunarso, op.cit. 4

Sanksi dalam Pasal 45 ayat (3) UU ITE tersebut, sebenarnya merupakan lex specialis juncto Pasal 310 KUHP yang berbunyi: (1) Barangsiapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seorang, dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam, karena pencemaran, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. (2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempatkan di muka umum, maka yang bersalah, karena pencemaran tertulis, diancam pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Dalam skripsi ini, Penulis mengambil salah satu kasus pencemaran nama baik melalui media sosial yang telah dilaporkan dan berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), yaitu perbuatan yang dilakukan oleh Riza Maulana Putra bin Edi, yang terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik melalui internet. Kasus ini telah ditangani oleh Pengadilan Negeri Tasikmalaya, Jawa Barat dan telah disidangkan yang akhirnya dihasilkan putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. Dalam putusan tersebut terdakwa dipidana penjara selama 9 (Sembilan) bulan dan pidana denda sejumlah Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah), dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan. Penulis sangat tertarik untuk mengangkat kasus ini untuk dijadikan penelitian dikarenakan sanksi pidana yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim terhadap terdakwa berbeda dari tuntutan Penuntut Umum. Dalam kasus ini Penuntut Umum menjatuhkan pidana terhadap terdakwa pidana penjara 1 5

(satu) tahun sedangkan Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan dan denda masih sama sebesar Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka Penulis memilih judul PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TASIKMALAYA NOMOR 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui media sosial dalam putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm? 2. Apa saja hambatan yang dihadapi Majelis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana dalam putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui media sosial dalam putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. 6

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi Majelis Hakim untuk menjatuhkan sanksi pidana dalam putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan baik dari segi praktis maupun dari segi teoritis. Adapun manfaat yang dapat dipaparkan, yaitu: 1. Dari segi praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan bagi masyarakat dan menambah wawasan dan pengetahuan penulis sendiri. 2. Dari segi teoritis, diharapkan hasil penelitian dapat menambah sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum terutama pada hukum cyber. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode Penelitian yang akan digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif menekankan pada proses pemahaman atas perumusan masalah untuk mengkonstruksikan gejala hukum yang kompleks 6. Metode ini berdasarkan pada (1) bukti-bukti nyata berupa putusan Pengadilan Negeri Tasikmalaya, dan (2) menggunakan interaksi langsung antara peneliti dengan sumber data dengan melakukan wawancara terhadap Hakim sebagai nara sumber. Metode ini tidak menggunakan angka-angka atau data kuantitatif. 6 Petrus Soerjowinoto, dkk, 2014, Metode Penulisan Karya Hukum Buku Panduan Mahasiswa, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Katolik Soegijapranata, hal. 55. 7

2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu mengkaji terlebih dahulu penerapan hukum terhadap keadaan riil di lapangan penelitian; dalam hal ini, mengkaji antara hukum yang mengatur tentang penghinaan atau pencemaran nama baik dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari, untuk mendapatkan data yang pasti/akurat. Kajian tersebut digunakan untuk mendeskripsikan secara rinci pokok-pokok permasalahan, yang kemudian akan dianalisis secara kualitatif dengan mencari hubungan sebab-akibatnya, kemudian diuraikan secara rinci dengan menggunakan peraturan perundang-undangan, teori-teori, dan pendapat para ahli. 3. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh informasi yang berkaitan dengan pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui media sosial dalam putusan Pengadilan Negeri Tasikmalaya Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. Adapun elemen penelitiannya adalah dokumen putusan Pengadilan Negeri Tasikmalaya Kelas 1A dan Hakim Pengadilan Negeri Tasikmalaya Kelas 1A yang pernah memutus kasus tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial. 4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data a. Studi Kepustakaan 8

Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data untuk mencari data yang berasal dari literatur-literatur, peraturan perundang-undangan, pendapat para sarjana, berkas perkara dan situs-situs website yang ada hubungannya dengan penelitian. Bahan-bahan tersebut dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: 1) Bahan hukum primer Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juncto Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan Undangundang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil-hasil penelitian yang relevan dengan judul penelitian, jurnal, teori hukum, internet, dan pendapat para ahli. b. Studi Lapangan Studi lapangan merupakan suatu metode dalam mengumpulkan data dengan terjun langsung ke lapangan dan 9

berinteraksi langsung dengan objek yang diteliti. Teknik yang digunakan penulis adalah dengan teknik wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung terhadap pihak yang diwawancarai. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara dilakukan dengan narasumber yaitu Bapak Purwanta, S.H.,M.H, selaku Hakim Pengadilan Negeri Tasikmalaya Kelas 1A yang pernah memutus perkara pada putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. 5. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data Data yang diperoleh dari penelitian yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data, diolah, diperiksa, dipilih dan diedit untuk memilih data yang diperlukan atau sesuai dengan objek penelitian, yaitu pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui media sosial dalam putusan Pengadilan Negeri Tasikmalaya Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. Setelah proses pengolahan data selesai dan untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka data yang diperoleh disusun secara sistematis, kemudian disajikan dalam bentuk uraianuraian. 6. Metode Analisis Data 10

Data primer dan data sekunder yang sudah diolah dianalisis secara kualitatif, dan dijadikan sebagai pembahasan. Dari hasil pembahasan itu sendiri akan ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab setiap permasalahan yang diteliti. Data yang dianalisis adalah peraturan perundang-undangan, dokumen putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm dan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Tasikmalaya Kelas 1A yang memutus kasus tindak pidana pencemaran nama baik melalui media sosial. Hasil analisis tersebut kemudian akan disusun sebagai hasil penelitian berbentuk skripsi. F. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai isi penulisan hukum, maka proposal disusun dalam 4 (empat) bab, yang terdiri dari Bab I mengenai pendahuluan, Bab II mengenai Tinjauan Pustaka, Bab III mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan Bab IV mengenai Penutup. Sistematika penulisannya adalah sebaga berikut: 1. BAB I. PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, pelaku tindak pidana, sanksi pidana, teori pemidanaan, pengertian 11

cybercrime, pengertian pencemaran nama baik, sanksi pidana pencemaran nama baik. 3. BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, akan dipaparkan mengenai gambaran umum Pengadilan Negeri Tasikmalaya Kelas 1A, pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku pencemaran nama baik melalui media sosial dalam putusan nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm dan hambatan yang dihadapi Majelis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana dalam putusan Nomor 341/Pid.Sus/2016/PN.Tsm. 4. BAB IV. PENUTUP Pada bab ini terdapat kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran peneliti yang diperoleh dari hasil penelitian. 12