BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

UPATI TANJUNG JABUNG BARAT, NIP PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 21 TAHUN 2015

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTRA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN DANA JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2012

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 69 TAHUN 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

Menimbang: a. bahwa Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS BAGI PASIEN TIDAK MAMPU PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PONDOK BERSALIN DESA DAN PONDOK KESEHATAN DESA

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

TENTANG GUBERNUR BENGKULU,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG BUPATI SERANG,

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

PERATURAN BUPATI BERAU

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurunnya AKI dari 334

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menunjukkan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KHUSUS BERSALIN SAYANG IBU KELAS B

Transkripsi:

SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM MANUAL RUJUKAN MATERNAL NEONATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DHARMASRAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada indikator 4 dan 5 yaitu menurunkan angka kematian anak dan keselamatan ibu perlu dilakukan sistem manual rujukan maternal neonatal agar tidak terjadi keterlambatan dalam menangani kasus-kasus yang terjadi pada maternal neonatal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Manual Rujukan Maternal Neonatal di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2015; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat; ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4348 ); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063 ); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 ); sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015; ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679 ); 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036 );

5. Peraturan Daerah Kabupaten Dharmasraya Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Dharmasraya; ( Lembaran Daerah Kabupaten Dharmasraya Tahun 2010 Nomor 8, tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Dharmasraya Nomor 26 ); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM MANUAL RUJUKAN MATERNAL NEONATAL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Dharmasraya 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Dharmasraya 3. Bupati adalah Bupati Dharmasraya 4. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya 5. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik vertikal maupun horisontal maupun struktural dan fungsional terhadap kasus penyakit, masalah penyakit, atau permasalahan kesehatan. 6. Sistem Rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab, timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal atau horisontal, dari fasilitas kesehatan yang kurang ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dan atau akses yang lebih terjangkau. 7. Rujukan kesehatan perorangan adalah rujukan kasus yang berkaitan dengan diagnosis, terapi, tindakan medik berupa pengiriman pasien, rujukan bahan pemeriksaan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium dan rujukan ilmu pengetahuan tentang penyakit. 8. Rujukan kesehatan masyarakat adalah rujukan sarana dan logistik, rujukan tenaga dan rujukan operasional dalam upaya kesehatan masyarakat. 9. Rujukan Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya adalah rujukan pemeriksaan bahan yang berasal dan/atau diambil dari tubuh manusia untuk tujuan diagnostik, penelitian, pengembangan pendidikan,dan/atau analisis lainnya.

10. Rujukan balik adalah rujukan atas kasus yang dirujuk, fasilitas penerima rujukan akan merujuk balik pasien setelah memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga rujukan berjalan menurut alur yang ditetapkan. 11. Jaminan Kesehatan adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang layak melalui penerapan sistem kendali biaya dan kendali mutu; 12. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut; 13. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. 14. Klinik Pratama adalah Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar baik umum dan khusus 15. Klinik Utama adalah Klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. 16. Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya. 17. Puskesmas PONED adalah Puskesmas yang mempunyai wewenang dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emeregensi Dasar. 18. Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang selanjutnya disebut buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan Ibu ( hamil, bersalin dan nifas ) dan anak ( bayi baru lahir, bayi dan anak balita ) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan Ibu dan Anak. 19. Sistem Manual Rujukan Maternal Neonatal adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan Ibu dan bayi (0 s/d 28 hari) yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu stau secara horizontal dalam arti antar unit unit yang setingkat kemampuannya dengan berpedoman pada manual yang telah ditetapkan. 20. Poskesri / Pustu adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di nagari dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanana kesehatan dasar bagi masyarakat.

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah Sebagai pedoman dalam pelaksanaan sistim rujukan ibu hamil dan bayi (kasus gawat darurat) mulai dari desa / jorong sampai ke pelayanan kesehatan rujukan ( Puskesmas dan Rumah Sakit ) dan terdapatnyan panduan pelayanan ibu dan bayi bagi petugas kesehatan sehingga dapat bermuara pada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). (2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Bupati ini adalah a. Terdapatnya alur Rujukan kasus gawat darurat ibu hamil dan bayi yang jelas oleh petugas kesehatan dan masyarakat dalam pelayanan ibu dan anak. b. Terdapatnya standar/ Protap kasus gawat darurat ibu hamil dan bayi yang akan menjadi panduan petugas yang di Desa dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan ibu hamil dan anak. c. Terlaksananya pelayanan ibu hamil dan bayi pada kasus Gawat darurat dengan mempersingkat waktu yang disebabkan karena jarak /Geografis tempat tinggal pasien. BAB III KEGIATAN RUJUKAN Pasal 3 (1) Pemberi pelayanan kesehatan/petugas kesehatan wajib terlebih dahulu memeriksa dan memberikan pertolongan pertama pada pasien yang akan dirujuk. (2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindakan pra rujukan sesuai indikasi (3) Pasien yang akan dirujuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pasien dengan faktor resiko dan resiko tinggi sebagaimana tercantum pada Sistem Manual Rujukan. Pasal 4 Pelaksanaan rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 harus memenuhi prosedur standar Rujukan maternal neonatal sebagai berikut : a. Merujuk pasien; b. Menerima rujukan pasien; c. Memberi rujukan balik pasien; d. Menerima rujukan balik pasien; e. Pengelolaan pasien di ambulans; Pasal 5 Rujukan terhadap pasien dilakukan dalam hal: a. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar memastikan tidak mampu memberikan pelayanan yang dibutuhkan pasien berdasarkan hasil pemeriksaan awal secara fisik atau berdasarkan pemeriksaan penunjang medis; dan/atau b. Setelah memperoleh pelayanan kebidanan dan pengobatan ternyata pasien memerlukan pemeriksaan, dan penanganan di fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Pasal 6 Fasilitas Pelayanan Kesehatan lanjutan yang menerima rujukan harus mengirimkan balasan rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar asal rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 setelah memberi pelayanan kesehatan bagi pasien rujukan dengan menggunakan formulir rujukan balik yang ada di buku KIA. BAB IV JENJANG RUJUKAN Pasal 7 Pelayanan kesehatan rujukan maternal dan neonatal harus dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kelompok sebagaimana tercantum dalam Manual Rujukan dengan ketentuan : a. Poskesri/Pustu, Bidan Praktek Mandiri, Dokter praktek mandiri, klinik pratama, Klinik Utama merujuk ke Puskesmas PONED sesuai regional rujukan. b. Khusus untuk kasus darurat dan tertentu alur rujukan dilaksanakan dengan pertimbangan geografis dan fasilitas kesehatan terdekat. c. Administrasi untuk kasus darurat tertentu sebagaimana dimaksud huruf b tetapi mengacu kepada administrasi regionalisasi d. Puskesmas PONED merujuk ke Rumah Sakit PONEK Pasal 8 (1) Regional rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a sebagai berikut : a. Unit Pelayanan Sungai Rumbai menerima rujukan dari Poskesri/Pustu dan Bidan Praktek Mandiri yang berada di wilayah kerjanya dan wilayah kerja Sungai Limau dan Koto Besar b. Unit Pelayanan Koto Baru menerima rujukan dari Poskesri/Pustu dan Bidan Praktek Mandiri yang berada di wilayah kerjanya dan wilayah kerja Unit Pelayanan Sitiung II dan Tiumang c. Unit Pelayanan Sitiung I menerima rujukan dari Poskesri/Pustu dan Bidan Praktek Mandiri yang berada di wilayah kerjanya dan wilayah kerja Unit Pelayanan Sitiung I, Gunung Medan dan Padang Laweh d. Unit Pelayanan Timpeh menerima rujukan dari Poskesri/Pustu dan Bidan Praktek Mandiri yang berada di wilayah kerjanya saja e. Unit Pelayanan Silago menerima rujukan dari Poskesri/Pustu dan Bidan Praktek Mandiri yang berada di wilayah kerjanya saja f. Unit Pelayanan Sungai Dareh dan Puskesmas Sialang, melakukan rujukan langsung ke RSUD PONEK Sungai Dareh (2) Dalam hal Puskesmas PONED dan Puskesmas Non PONED tidak mampu menangani kasus rujukan maka pasien dirujuk ke Rumah Sakit PONEK Pasal 9 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Peserta dan penjamin pembiayaan kesehatan wajib mengikuti jenjang rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 kecuali dalam keadaan darurat, bencana dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien.

BAB V SYARAT RUJUKAN Pasal 10 (1) Pembuat rujukan harus: a. Mempunyai kompetensi dan wewenang merujuk; b. Mengetahui kompetensi dan wewenang sasaran/tujuan rujukan; dan c. Mengetahui kondisi serta kebutuhan objek rujukan. (2) Surat rujukan harus mencantumkan: a. Unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk atau yang menerima rujukan; b. Alasan tindakan rujukan dan tindakan yang sudah diberikan; c. Tanda tangan persetujuan pasien atau keluarga (3) Surat rujukan harus dilampiri: a. Formulir rujukan balik (Buku KIA); b. Kartu jaminan kesehatan; dan c. Partograf dan/ atau Apgar Skor d. Dokumen hasil pemeriksaan penunjang, bila dilakukan Pasal 11 (1) Pemberian rujukan untuk pasien jaminan kesehatan harus disertai kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di fasilitas kesehatan lanjutan. (2) Pasien jaminan kesehatan harus dirujuk ke rumah sakit yang mengadakan kerjasama dengan penyelenggara jaminan kesehatan. Pasal 12 Pemberi pelayanan kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk, menentukan tujuan rujukan, atau menerima rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari fasilitas pelayanan kesehatan. Pasal 13 (1) Penerima rujukan dapat merujuk balik atau mengarahkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar sesuai jenjang pelayanannya jika berdasarkan analisa atas alasan tindakan rujukan, pelayanan medis, dan rujukan medis di dalam surat rujukan dapat dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan perujuk. (2) Penerima rujukan wajib melaporkan rujukan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Dinas Kesehatan. BAB VI KEWAJIBAN PENGIRIM DAN PENERIMA RUJUKAN Pasal 14 (1) Pengirim rujukan wajib: a. Memberi penjelasan atau alasan kepada pasien atau keluarganya atas tindakan rujukan atau keputusan melakukan rujukan (inform consent); b. Meminta konfirmasi dan memastikan kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan tujuan rujukan; c. Membuat surat rujukan dengan melampirkan hasil diagnosis pasien dan resume catatan medis; d. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan; e. Menstabilkan keadaan umum pasien dan memastikan stabilitas

pasien dipertahankan selama perjalanan menuju ke tempat rujukan; f. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan melalui Tenaga kesehatan yang mendampingi pasien; g. Melaksanakan ketentuan yang ada pada jaminan kesehatan dan badan penjamin kesehatan. (2) Pengirim rujukan harus memperhatikan kelengkapan perjalanan ke tempat rujukan yang meliputi: a. Sarana transportasi yang digunakan wajib dilengkapi alat resusitasi, perlengkapan kegawatdaruratan (emergency kit), oksigen, dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu; b. Pasien didampingi oleh petugas yang menangani pasien pada masa kehamilan atau petugas yang menolong persalinan dan mampu menjaga stabilitas pasien sampai tiba di tempat rujukan; c. Petugas kesehatan pendamping memiliki sarana komunikasi. Pasal 15 Penerima rujukan wajib: a. Menerima surat rujukan dan membuat tanda terima pasien; b. Mencatat kasus rujukan dan membuat laporan penerimaan rujukan; c. Membuat diagnosis dan melaksanakan tindakan medis yang diperlukan serta melaksanakan perawatan; d. Melaksanakan catatan medis sesuai ketentuan; e. Membuat rujukan balasan ke pengirim rujukan untuk menindaklanjuti perawatan selanjutnya yang tidak memerlukan pelayanan medis atau spesialistik atau subspesialistik setelah kondisi pasien stabil; f. Mengisi Formulir Audit Maternal Perinatal jika terjadi kasus kematian Ibu dan/ atau Kematian Bayi Pasal 16 Pengirim dan penerima rujukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 dan Pasal 15 mempunyai kewajiban mengisi buku KIA BAB VII SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI RUJUKAN Pasal 17 (1) Pemberi pelayanan memberikan laporan kepada penanggungjawab wilayah yaitu bidan di desa sesuai dengan Formulir yang dibuat oleh puskesmas. (2) Penanggungjawab wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengirimkan data ibu hamil baru kepada Bidan Koordinator Puskesmas melalui pesan singkat setiap hari Senin. (3) Bidan Koordinator Puskesmas meneruskan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bidan Koordinator Kabupaten melalui pesan singkat setiap hari Senin. (4) Formulir sebagaimana dimaksud ayat 1, memuat : a. Nama Ibu Hamil b. Umur Ibu Hamil c. Nama Suami d. Alamat Ibu Hamil e. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) f. Taksiran Persalinan g. Status kehamilan GPAH (Gravid,Partus,Abortus,Hidup)

h. Jenis kelompok ibu hamil dan Skoring Poedji Rochayati i. Status Jaminan Kesehatan (5) Dalam hal tidak ditemukan ibu hamil baru, informasi dikirim dalam bentuk NIHIL. (6) Penanggung jawab wilayah mengirimkan data pemantauan ibu hamil kelompok A kepada Bidan Koordinator Puskesmas dan seterusnya melanjutkan kepada Bidan Koordinator Kabupaten melalui laporan khusus 1 kali seminggu dikirim melalui pesan singkat ke Bidan Koordinator Puskesmas dan diteruskan ke Bidan Koordinator Kabupaten. (7) Sistem informasi dan komunikasi rujukan antara lain memuat : a. Jenis dan kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan; b. Jenis dan kemampuan tenaga medis yang tersedia pada saat tersebut; dan c. Keberadaan tempat tidur yang kosong di semua kelas. Pasal 18 Fasilitas pelayanan kesehatan di daerah wajib: a. Memperbaharui data ketersediaan fasilitas kesehatan terkait dengan rujukan; dan b. Mengakses sistem informasi dan komunikasi rujukan untuk mengetahui kondisi fasilitas pelayanan kesehatan yang akan dirujuk. BAB VIII PEMBINAAN, PENGAWASAN, MONITORING DAN EVALUASI Pasal 19 Dinas Kesehatan dan Instansi terkait melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan sistem rujukan pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi, tugas dan wewenang masingmasing. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Uraian lebih lanjut tentang pedoman pelaksanaan sistem manual rujukan maternal neonatal tercantum dalam lampiran peraturan bupati ini.

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Dharmasraya. Ditetapkan di Pulau Punjung pada tanggal 1 Maret 2016 BUPATI DHARMASRAYA, ttd. Diundangkan di Pulau Punjung pada tanggal 1 Maret 2016 SUTAN RISKA SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA ttd. BENNY MUKHTAR BERITA DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA TAHUN 2016 NOMOR 11