BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Merokok. bahwa merokok dapat merugikan kesehatan seperti dapat menyebabkan kanker,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA YANG MEMILIKI PERILAKU MEROKOK DI SMPN I MOJOANYAR JABON MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kebiasan merokok adalah pemandangan yang tidak. asing lagi untuk kita lihat. Menurut laporan WHO (2002),

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. (Komasari,Dian & Helmi, 2000) perilaku merokok adalah perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

Kuesioner Penelitian

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II KAJIAN TEORI Kontrol Diri. Hurlock (1990) kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Merokok

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

STUDI FENOMENOLOGI: INTENSI MEROKOK PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam Mencapai derajat (S-1) Psikologi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada remaja laki- laki di kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERILAKU MEROKOK DITINJAU DARI PENGARUH KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN POLA ASUH PERMISIF PADA REMAJA DI DESA KINCANG WETAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. internasional. Setiap individu dan masyarakat dunia tahun bahwa merokok

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ikan, daging, dan sebagainya sebesar 11% (Setiarti, 2005). perokok di Indonesia merokok sebelum usia 19 tahun (Jamal, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). tanamam Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Transkripsi:

15 BAB II 1. Pengertian Perilaku Merokok TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok Merokok merupakan perilaku yang berbahaya, karena dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Bahkan pada bungkus rokok sudah terdapat seruan bahwa merokok dapat merugikan kesehatan seperti dapat menyebabkan kanker, impotensi, jantung, gangguan kehamilan dan janin. Rokok mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan di antaranya tar, nikotin (menyebabkan kecanduan/ ketergantungan), karbon-monoksida (mampu mengikat Hb/ hemoglobin dalam darah), kadmium akrolein, amoniak, asam folat, hidrogensianida, fenol, formaldehid, nitrous oxid, aseltol, hidrogensulfida, piridin, metilklorida, dan metanol (Bagus, 2012). Menurut Armstrong (1991) merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar, menghirup ke dalam tubuh dan menghembuskan kembali. pendapat lain berasal dari Levy (2000) menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat mengganggu orang sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisap rokok dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya.

16 2. Aspek-aspek Perilaku Merokok yaitu: Aritonang (1997) mengungkapkan empat aspek-aspek perilaku merokok, a. Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari Erickson (Komasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa merokok berkaitan dengan masa mencari jati diri pada dalam diri remaja fungsi merokok ditunjukkan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun negatif. b. Intensitas merokok Smet (1994) mengklarifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap, yaitu: 1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari. 2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari. 3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. c. Tempat merokok Tipe perokok berdasarkan tempat merokok ada dua taitu: 1) Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik a) Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

17 b) Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak merokok, anak kecil, panti jompo, orang sakit, dll). 2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi a) Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam. b) Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang suka berfantasi. d. Waktu merokok Menurut Smet (1994) remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca dingin, setelah dimarahi orang tua. Menurut Smet (1994) Aspek-aspek perilaku merokok adalah sebagai berikut: a. Frekuensi Sering tidaknya perilaku muncul. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang dengan menghitung jumlah munculnya perilaku merokok sering muncul atau tidak. Dari frekuensi merokok seseorang dapat diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya. b. Lamanya berlangsung

18 Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Aspek ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok siswa. Dari aspek inilah diketahui perilaku merokok siswa apakah dalam menghisapnya lama atau tidak. c. Intensitas Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek intensitas digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas merupakan cara yang paling subjektif dalam mengukur. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini menggunakan aspek menurut Aritonang (1997) karena memiliki cakupan teori yang lebih rinci sehingga dapat mewakili perilaku merokok secara menyeluruh, yang terdiri dari aspek fungsi merokok dalam kehidupan seharihari, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu merokok. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Merokok Menurut Komasari dan Helmi (2000) perilaku merokok selain disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan oleh faktor dari lingkungan (eksternal). a. Faktor diri (internal) Orang yang mencoba untuk merokok dengan alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dari kebosanan. Merokok juga memberikan image kejantangan dan menunjukkan kedewasaan. Remaja mulai

19 merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial yang dialami pada perkembangan yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati dirinya b. Faktor dari lingkungan (eksternal) Menurut Erina (2012) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku merokok adalah keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok dan iklan merokok. 1) Orang tua Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan dari orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang mulai pecah. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. 2) Teman Sebaya Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja dipengaruhi kesamaan antara lain usia, jenis kelamin, dan ras. Kesamaan dalam menggunakan obatobatan, merokok sangat berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. 3) Iklan Rokok Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok.

20 Iklan rokok mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan untuk menjual rokok, dengan mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus berkelanjutan sampai ketagihan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh faktor diri (internal) dan faktor dari lingkungan (eksternal) yaitu keluarga atau orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok dan iklan merokok. Dalam penelitian ini dipilih faktor pola asuh permisif karena pola asuh orang tua merupakan salah satu aspek terpenting yang secara signifikan turut membentuk perilaku dan karakter anak, hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga adalah yang utama dan pertama bagi anak. Pola asuh yang kurang baik dalam keluarga akan menimbulkan perilaku menyimpang pada anak. Salah satunya yang sering dilakukan oleh sebagian para remaja adalah merokok. B. Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua 1. Pengertian Persepsi Pola Asuh Permisif Orang Tua Menurut Irwanto (2002), persepsi sebagai suatu proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti. Dalam mengenali dirinya dan lingkungan sekitar, manusia selalu berkaitan dengan persepsi. Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan atau bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan persepsi dalam arti luas adalah pandangan atau bagaimana

21 seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Atkinson, 1996). Persepsi merupakan penilaian terhadap hal-hal yang datang dari luar dirinya yang dirasakan, dilihat oleh panca indra secara terus menerus terhadap lingkungan sekitar dan akhirnya menimbulkan reaksi baik berupa pendapat maupun bentuk perilaku (Purwanto, 2000). Menurut Robbins dkk (2008) ada dua bentuk persepsi yaitu persepsi yang bersifat positif dan persepsi bersifat negatif. Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau aturan yang ada. Sedangkan, persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapakn dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi negatif muncul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi pusat persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tindakan adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya. Pola asuh permisif adalah suatu bentuk pola asuh yang didalamnya terdapat aspek yang sangat longgar terhadap anak, hukuman, hadiah tidak pernah di berikan, semua keputusan diserahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan pendidikan bersifat bebas (Hurlock, 2006). Menurut Wulaningsih dan Hartini (2015) persepsi pola asuh orang tua adalah proses

22 individu mengenali, mengorganisasi, dan menginterpretasikan cara orangtua mendidik, membimbing, dan melindungi individu tersebut agar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Persepsi pola asuh permisif orang tua adalah suatu proses seorang anak untuk mengetahui, menginterpretasikan dan mengevaluasi pola asuh permisif orang tua yang memberikan kebebasan sepenuhnya pada anak, tentang sifat-sifatnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang tua, sehingga terbentuk gambaran mengenai pola asuh permisif orang tua (Pravitasari, 2012). Berdasarkan uraian di atas bahwa persepsi pola asuh orang tua adalah proses dimana seorang anak mengenali, mengetahui, mengorganisasi, dan menginterpretasikan cara orangtua mendidik, membimbing, tentang sifatsifatnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orangtua, sehingga terbentuk gambaran mengenai pola asuh permisif orang tua dan melindungi individu tersebut agar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. 2. Aspek-aspek Pola Asuh Permisif Orang Tua Menurut Proboningrum (2007), secara garis besar pola asuh orang tua terdiri dari 5 aspek, antara lain: a. Orang tua bersifat toleran terhadap anak Orang tua tidak peduli dengan tindakan anak yaitu dengan tidak ada batasan atau peraturan tertentu dalam keluarga. b. Hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan Tidak ada tindakan dari orang tua terhadap anak baik bersifat positif maapun negatif.

23 c. Komunikasi hampir tidak ada Orang tua dan anak jarang sekali terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak yang aktif. d. Semua keputusan diberikan kepada anak Kebebasan diberikan kepada anak sepenuhnya kepada anak dalam pengambilan keputusan tanpa memperhatikan kebutuhannya. e. Kontrol terhadap anak longgar Tindakan orang tua tidak peduli dengan tindakan anak atau sikap anak. Menurut Hurlock (dalam Ulfiani dkk, 2015), Aspek-aspek pola asuh permisif orang tua meliputi: a. Kontrol terhadap anak kurang Menyangkut tidak adanya pengarahan perilaku anak sesuai dengan norma masyarakat, tidak menaruh perhatian dengan siapa anak bergaul. b. Pengabaian keputusan Mengenai membiarkan anak untuk memutuskan segala sesuatu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan dalam penelitian ini menggunakan aspek menurut Proboningrum (2007), karena mewakili persepsi pola asuh orangtua secara lebih rinci terdiri dari aspek Orangtua bersifat toleran terhadap anak, hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan, komunikasi hampir tidak ada, semua keputusan diberikan kepada anak dan kontrol terhadap anak longgar.

24 C. Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Permisif OrangTua dengan Perilaku Merokok pada Remaja SMK Menurut Irwanto (2002), persepsi sebagai suatu proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti. Dalam mengenali dirinya dan lingkungan sekitar, manusia selalu berkaitan dengan persepsi (Atkinson, 1996). Pendapat lain menurut Purwanto (2000) persepsi merupakan penilaian terhadap hal-hal yang datang dari luar dirinya yang dirasakan, dilihat oleh panca indra secara terus menerus terhadap lingkungan sekitar dan akhirnya menimbulkan reaksi baik berupa pendapat maupun bentuk perilaku. Bentuk persepsi terbagi menjadi dua yaitu persepsi yang bersifat positif dan persepsi bersifat negatif. Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau aturan yang ada. Sedangkan, persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapakn dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi negatif muncul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi pusat persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tindakan adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab munculnya persepsi positif karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya (Robbins dkk, 2008)

25 Pola asuh merupakan proses interaksi total antara orang tua dengan anak, meliputi proses pemeliharaan, perlindungan, dan pengajaran bagi anak. Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat menentukan bagaimana perilaku anak nantinya dan apakah anak akan sanggup berperilaku sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat tanpa merugikan dirinya sendiri atau orang lain. Hal ini terjadi karena dalam proses pengasuhan, anak akan mencontoh orang tua sekaligus memperoleh gambaran mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dari batasan yang diterapkan orang tua pada anak (Karyadi, 2008). Menurut Hurlock (2006) permisif adalah suatu bentuk pola asuh di mana di dalamnya terdapat aspek yang sangat longgar terhadap anak, hukuman, hadiah tidak pernah diberikan, semua keputusan diserahkan kepada anak, orang tua bersikap masa bodoh dan pendidikan bersifat bebas pola asuh permisif adalah pola asuh yang memberikan pengawasan yang sangat longgar serta memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Orang tua cenderung tidak mengatur, menegur, atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Pola asuh permisif akan menghasilkan anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang dalam sosial. Menurut Proboningrum (2007), secara garis besar pola asuh orang tua terdiri dari 5 aspek, antara lain: (1) orang tua bersifat toleran terhadap anak yaitu orang tua tidak peduli dengan tindakan anak dan tidak ada batasan atau peraturan tertentu dalam keluarga, (2) hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan yaitu tidak ada tindakan dari orang

26 tua terhadap anak baik bersifat positif maupun negatif, (3) komunikasi hampir tidak ada yaitu orang tua dan anaj jarang terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak yang aktif, (4) semua keputusan diberikan kepada anak yaitu kebebasan diberikan kepada anak sepenuhnya dalam pengambilan keputusan tanpa memperhatikan kebutuhannya, (5) kontrol terhadap anak longgar yaitu tindakan orang tua tidak peduli dengan tindakan anak atau sikap anak. Pola asuh yang diberikan orangtua akan dipersepsi oleh remaja untuk berperilaku tertentu, misalnya pola asuh permisif akan dipersepsi remaja sebagai suatu perlakuan orangtua yang membiarkan remaja untuk berbuat semaunya, tidak memperdulikan atau memperhatikan kebutuhan anak akibatnya anak menjadi nakal (Atimini, 1992). Menurut Wulaningsih dan Hartini (2015), Persepsi pola asuh orang tua adalah proses di mana individu mengenali, mengorganisasi, menginterpretasikan cara orang tua mendidik, membimbing dan melindungi individu tersebut agar sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Persepsi pola asuh permisif orang tua adalah suatu proses seorang anak untuk mengetahui, menginterpretasikan dan mengevaluasi pola asuh permisif orang tua yang memberikan kebebasan sepenuhnya pada anak, tentang sifat-sifatnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang tua, sehingga terbentuk gambaran mengenai pola asuh permisif orang tua (Pravitasari, 2012). Menurut Proboningrum (2007), secara garis besar pola asuh permisif orang tua terdiri dari 5 aspek, antara lain: (1) Orang tua bersifat toleran terhadap anak yaitu orang tua tidak peduli dengan tindakan anak serta tidak adanya batasan atau peraturan tertentu dalam keluarga. (2) Hukuman atau hadiah tidak pernah

27 diberikan yaitu tidak ada tindakan dari orang tua terhadap anak baik bersifat positif maupun negatif. (3) Komunikasi hampir tidak ada yaitu orang tua dan anak jarang sekali terjalin komunikasi yang melibatkan kedua belah pihak yang aktif, (4) Semua keputusan diberikan kepada anak yaitu kebebasan diberikan kepada anak sepenuhnya kepada anak dalam pengambilan keputusan tanpa memperhatikan kebutuhannya, (5) Kontrol terhadap anak longgar yaitu tindakan orang tua tidak peduli dengan tindakan anak atau sikap anak. Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja adalah pola asuh permisif yang mengabaikan. Peneliti lebih memfokuskan pada pola asuh permisif yang mengabaikan karena pola asuh permisif mengabaikan (neglectful permissive) adalah suatu pola asuh dimana orang tua memberikan kebebasan tanpa kontrol yang tepat dan tidak mencampuri hal-hal dalam kehidupan remaja. Penerapan pola asuh ini membuat remaja cenderung merasa tidak diperhatikan, tidak dapat mengendalikan kebebasan dengan baik dan berperilaku tanpa memikirkan akibatnya, mengembangkan suatu perasaan bahwa remaja, tidak membangun kemandirian dengan baik (Santrock 2007). Pengasuhan yang mengabaikan adalah gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari remaja. Anakanak yang cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Anak sering kali memiliki harga diri rendah, tidak dewasa, dan merasa terasing oleh keluarga. Dalam masa remaja, anak mungkin menunjukkan perilaku merokok (Santrock

28 2007). Salah satu faktor yang mendukung anak berperilaku merokok karena pola asuh permisif orang tua yang mengabaikan. Pengasuhan yang mengabaikan adalah orang tua tidak memperdulikan anak, memberi izin kepada anak untuk bertindak semaunya. Remaja yang dibesarkan dengan pola asuh permisif mengabaikan akan menunjukkan kurangnya kontrol diri dan berperilaku semaunya yang menjadi salah satu penyebab remaja merokok. Padahal yang dibutuhkan anak selain ekspresi verbal anak juga membutuhkan kasih sayang dari orang tua (Gunarsa, 2004). Ketika remaja mempersepsi negatif pada cara pengasuhan permisif orang tua akan lebih patuh pada aturan dan lebih berhati-hati dalam bertindak. Remaja berpikir bahwa orang tua akan menegur atau memberikan hukuman apabila perilaku remaja menyimpang. Sebaliknya ketika persepsi remaja positif terhadap pola asuh permisif orang tua, maka remaja akan bertindak semaunya. Remaja meyakini bahwa orang tua akan membiarkan apapun yang remaja lakukan tanpa adanya hukuman yang diberikan (Pravitasari, 2012). Menurut Skinner (2013) penguatan negatif adalah perilaku menghilangkan sesuatu yang negatif yang mendorong meningkatkan kemungkinan bahwa respon yang telah muncul akan diulang dimasa depan. penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respon meningkat diikuti dengan penghilangan stimulus yang tidak menyenangkan dengan memberikan hukuman atau tugas. Penguatan positif adalah proses dimana stimulus meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku yang dimunculkan. Penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat diikuti stimulus yang mendukung berupa hadiah, memuji atau memberi penghargaan.

29 Disini perilaku yang sering muncul disebut operan. Misalnya konsekuensi negatif yang diberikan orang tua terhadap remaja yang merokok, konsekuensinya anak akan dimarahi orang tua maka perilaku kedepannya anak berhenti merokok. Lalu konsekuensi positif yang diberikan orang tua misalnya anak merokok dan orang tua tidak memarahi atau peduli dengan perilaku anak maka anak akan mengulang perilaku merokok. Ketiadaan teguran dan hukuman dari orang tua terkait dengan perilaku merokok anak akan dianggap sebagai suatu bentuk pengukuhan atas perilaku merokoknya sehingga perilaku merokok tersebut tetap dijalankan. Hasil riset yang diperoleh peneliti sejalan dengan pendapat Smet (1994) yang menyatakan bahwa sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja merupakan prediktor yang cukup baik terhadap perilaku merokok remaja karena sikap permisif tersebut diterjemahkan sebagai adanya izin untuk merokok oleh remaja D. Hipotesis Berdasarkan Tinjauan Pustaka di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi pola asuh permisif orang tua dengan perilaku merokok pada remaja. Semakin positif persepsi pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi pula perilaku merokok pada remaja. Begitu pula sebaliknya semakin negatif persepsi pola asuh permisif orang tua maka semakin rendah juga perilaku merokok pada remaja SMK.