2018, No Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asa

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

2016, No atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyesuaian Penetapan Angka Kredit Guru Pegawai Negeri Sip

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

2 Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerint

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ten

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

2017, No tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigras

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

- 5 - k. memfasilitasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2017, No tentang Perpustakaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5531);

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS

2017, No masing-masing Kementerian/Lembaga mempunyai kewajiban untuk menyusun peraturan perundang-undangan yang mengatur pedoman penyusunan for

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan

2016, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2016, No Jabatan dan Pangkat Bagi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil; Mengingat : 1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan R

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhenti

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Balai Pelestarian Cagar Budaya. Organisasi. Tata Kerja.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 2017 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Fungsional melalui Penyesuaian (inpassing), masing-masing Kementer

2017, No Analis Kebijakan melalui Penyesuaian/Inpassing; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

2018, No Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Per

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI ARKEOLOGI

2018, No Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Per

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 69/Permentan/OT.110/12/2015 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

Transkripsi:

No.484, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Jabatan Fungsional. Penyuluh Hukum. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk menjalankan kewenangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai instansi pembina jabatan fungsional Penyuluh Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka Kreditnya, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum; Mengingat : 1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 284); 2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

2018, No.484-2- Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 186); 3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 64 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 2131); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM. Pasal 1 (1) Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menentukan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum. (2) Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi lain selain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia disusun berdasarkan indikator peta permasalahan hukum, meliputi letak geografis, jumlah penduduk, dan permasalahan hukum serta analisis jabatan dengan keseimbangan antara beban kerja, yang tertuang pada Rencana Strategis. (3) Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 2

-3-2018, No.484 (1) Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) ditetapkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. (2) Dalam hal terdapat penambahan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di luar yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penambahan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum paling banyak 20% (dua puluh per sen) dari jumlah formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum. Pasal 3 Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum berlaku untuk penyesuaian/inpassing, pengangkatan pertama, perpindahan dari jabatan lain, dan kenaikan jenjang jabatan. Pasal 4 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2018, No.484-4- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Nagara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 April 2018 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd. YASONNA H. LAOLY Diundangkan di Jakarta pada tanggal 9 April 2018 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA

-5-2018, No.484 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyuluhan hukum merupakan program dan kegiatan penyebarluasan informasi dan pemahaman terhadap norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna mewujudkan dan mengembangkan kesadaran hukum masyarakat sehingga tercipta budaya hukum dalam bentuk tertib dan taat atau patuh terhadap norma hukum dan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka pengembangkan karier dan peningkatan kualitas profesional Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan tugas penyuluhan hukum, diperlukan Penyusunan Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka Kreditnya dan Pasal 7 ayat (1) huruf c Peraturan Bersama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 09 Tahun 2014 dan Nomor 12 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka Kreditnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dan Angka Kreditnya Pasal 30 ayat (1) huruf d, mengamanatkan bahwa Pengangkatan PNS dari jabatan lain

2018, No.484-6- dalam jabatan Fungsional Penyuluh Hukum harus memenuhi syarat tersedia formasi untuk Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum, dan Pasal 32 ayat (1) menyatakan..., pengangkatan PNS dalam jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dilaksanakan sesuai formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pengangkatan PNS Pusat dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dilaksanakan sesuai dengan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum yang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendapat pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara; b. Pengangkatan PNS Daerah dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dilaksanakan sesuai dengan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum yang ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara dan mendapat pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara, pada ayat (2) disebutkan penetapan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum didasarkan pada indikator peta penyuluhan hukum, meliputi: a). Letak geografis; b). Jumlah penduduk; dan c). permasalahan hukum. Selanjutnya, formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum didasarkan pada analisis jabatan dan penghitungan beban kerja. Berdasarkan hasil Penyesuaian/Inpassing PNS ke dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum yang telah dilaksanakan pada tahun 2015 hingga tahun 2017 jumlah Penyuluh Hukum baru 179 orang, terdiri dari: 36 orang Fungsional Penyuluh Hukum pada unit eselon I, dan 121 pada 20 Kantor Wilayah dilingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta 19 orang Penyuluh Hukum yang bertugas pada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Biro Pusat Statistik. Dari data tersebut, tergambar bahwa keberadaan dan penyebaran Penyuluh Hukum belum merata baik tingkat pusat maupun tingkat daerah, oleh karenanya pemenuhan kebutuhan Penyuluh Hukum harus dilakukan dengan perencanaan, pengusulan, dan pemetaan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum yang lebih baik lagi, sehingga perlu disusun Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum pelaksanaannya menggunakan mekanisme Manajemen Rentang Kendali. Dengan Manajamen Rentang Kendali Penyuluh Hukum dalam menjalankan fungsinya bekerjasama dengan penyuluh hukum lain, berdasarkan arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

-7-2018, No.484 Lingkup tugas dari tiap jenjang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum, sebagai berikut: 1. lingkup tugas Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Pertama, adalah Tingkat Kecamatan dan bertanggung jawab melakukan pembinaan kelompok keluarga sadar hukum di seluruh desa/kelurahan yang berada dalam suatu kecamatan; 2. lingkup tugas Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda, adalah pada Tingkat Kabupaten/Kota dan bertanggungjawab melakukan pembinaan di 3 (tiga) kecamatan dalam suatu Kabupaten/Kota; 3. lingkup tugas Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Madya, adalah tingkat Provinsi, dan bertanggung jawab melakukan pembinaan terhadap 2 (dua) Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli Muda dalam Provinsi tersebut; dan 4. lingkup tugas Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Utama, adalah Tingkat Nasional, dan bertanggung jawab melakukan pembinaan Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli di 1 (satu) Provinsi. B. Maksud dan Tujuan Pedoman Formasi Jabatan fungsional Penyuluh Hukum dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan kebutuhan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Tujuan Penyusunan Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum adalah: a. menyusun rencana kebutuhan formasi jabatan fungsional Penyuluh Hukum di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain Kementerian Hukum dan Asasi Manusia; dan b. mengusulkan pengadaan, penempatan, dan/atau pengendalian Penyuluh Hukum Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian/ Lembaga Pemerintah Non Kementerian.

2018, No.484-8- BAB II KEDUDUKAN, KATEGORI DAN KEBUTUHAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum disusun untuk merencanakan kebutuhan serta mengusulkan pengadaan dan penempatan Penyuluh Hukum, dengan memperhatikan letak geografis, jumlah penduduk, dan permasalahan hukum serta analisis jabatan dan penghitungan beban kerja Penyuluh Hukum. A. Kedudukan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum 1. Kedudukan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di Pusat. Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di pusat berkedudukan pada Pusat Penyuluhan dan Bantuan Hukum Badan Pembinaan Hukum, unit eselon I di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mempunyai tugas di bidang penyuluhan hukum/penyebarluasan informasi hukum dan pemahaman norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jabatan tersebut terbatas hanya di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mempunyai tugas di bidang penyuluhan hukum/penyebarluasan informasi hukum dan pemahaman norma hukum dan peraturan perundang-undangan. 2. Kedudukan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di Daerah. Kedudukan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di Daerah berkedudukan pada Kantor Wilayah dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di setiap provinsi yang mempunyai tugas melaksanakan program penyuluhan hukum/penyebarluasan informasi hukum dan pemahaman norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Jabatan tersebut terbatas hanya di lingkungan Kantor Wilayah dan Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di setiap provinsi dan pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum/penyebarluasan

-9-2018, No.484 informasi hukum dan pemahaman norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku tingkat provinsi dan kabupaten/kota. B. Kategori dan Jenjang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum termasuk dalam rumpun ilmu sosial dan yang terkait serta merupakan jabatan fungsional kategori Keahlian. Jenjang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum dari yang terendah sampai yang paling tinggi, yaitu: 1. Penyuluh Hukum Ahli Pertama: a. Pangkat Penata Muda, golongan ruang III/a; dan b. Pangkat Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. 2. Penyuluh Hukum Ahli Muda: a. Pangkat Penata, golongan ruang III/c; dan b. Pangkat Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. 3. Penyuluh Hukum Ahli Madya: a. Pangkat Pembina, golongan ruang IV/a; b. Pangkat Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan c. Pangkat Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c. 4. Penyuluh Hukum Ahli Utama: a. Pangkat Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d; dan b. Pangkat Pembina Utama, golongan ruang IV/e. C. Formasi Kebutuhan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Formasi kebutuhan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum, berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Formasi Kebutuhan Jabatan Fungsional di Pusat. a. Penyuluh Hukum yang berkedudukan di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum baik tingkat pusat maupun nasional dikoordinasikan oleh Instansi Pembina Penyuluh Hukum pada Pusat Penyuluhan dan Bantuan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

2018, No.484-10- b. Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum sebagaimana dimaksud pada huruf a ditetapkan berdasarkan: 1) Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang berada di Tingkat Pusat. Berdasarkan data dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi DKI Jakarta terdata sebanyak 458 (empat ratus lima puluh delapan) Organisasi Kemasyarakatan. Dengan jumlah tersebut, dimungkinkan timbulnya berbagai permasalahan hukum berkaitan dengan organisasi tersebut. 2) Fungsi pembinaan terhadap Pejabat Penyuluh Hukum di 34 (tiga puluh empat) provinsi, sebagai pelaksanaan dari manajemen rentang kendali penyuluhan hukum. Berdasarkan hal tersebut di atas, formasi Pejabat Penyuluh Hukum di tingkat pusat sebanyak 458 (empat ratus lima puluh delapan) orang, dengan komposisi sebagai berikut: 1) Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Utama, sebanyak 34 (tiga puluh empat) orang; 2) Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Madya sebanyak 166 (seratus enam puluh enam) orang; 3) Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli Muda dan Pertama sebanyak 258 (dua ratus lima puluh delapan) orang.

-11-2018, No.484 Tabel Matrik Kebutuhan Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di Pusat KETERANGAN UTAMA MADYA MUDA dan PERTAMA Formasi kebutuhan jabatan fungsional Penyuluh Hukum di pusat 34 166 258 Formasi jabatan fungsional Penyuluh Hukum yg telah ada: BPHN 14 4 12 BALITBANGHAM 1 DITJENHAM 4 DIT.JEN PP 1 SETJEND KEMENKUMHAM 1 BPS 17 2. Formasi Kebutuhan Jabatan Fungsional di Daerah. a. Penyuluh Hukum yang berkedudukan di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum/penyebarluasan informasi hukum dan pemahaman norma hukum dan peraturan perundang-undangan, pada tingkat provinsi, dan kabupaten/kota yang dikoordinasikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia selaku Koordinator pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Hukum di daerah. b. Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum sebagaimana dimaksud pada huruf a ditetapkan berdasarkan: 1) Jumlah kecamatan tiap Provinsi. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan di Indonesia, terdata jumlah kecamatan di Indonesia sebanyak 6.996 (enam ribu sembilan puluh enam). Kecamatan merupakan tempat kedudukan Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Pertama.

2018, No.484-12- 2) Manajemen Rentang Kendali mengatur model pembinaan tiap 1 (satu) orang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Madya membina 2 (dua) orang Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda, dan 1 (satu) Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda membina 3 (tiga) Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Pertama. 3) Jumlah formasi jabatan fungsional Penyuluh Hukum sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan 2), adalah perhitungan formasi gabungan dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sehingga dapat rumuskan sebagai berikut: Rumus: 1. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Pertama = Jumlah Kecamatan dalam Provinsi = N 2. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda = N:3 3. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli Pertama dan Muda = N + (N:3) 4. Jumlah Penyuluh Ahli Madya = (N:3):2 5. Jumlah Penyuluh Hukum Ahli Utama = Jumlah Provinsi Contoh Penghitungan Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum: Provinsi Aceh: 1. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Pertama = Jumlah Kecamatan di Provinsi Aceh (289 Kecamatan = 289 Orang) (Rumus: jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Pertama = Jumlah Kecamatan dalam Provinsi = N) 2. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda = Jumlah Kecamatan dibagi 3 (289 : 3 =96 Orang) (Rumus: Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda = N:3)

-13-2018, No.484 3. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Pertama dan Muda = 289 + 96 = 385 Orang (Rumus: Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Ahli Pertama dan Muda = N + (N:3) 4. Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Madya = Jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum Ahli Muda dibagi 2 (96 : 2 = 48 Orang) (Rumus: Jumlah Penyuluh Ahli Madya = (N:3):2 5. Jadi jumlah Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di Provinsi Aceh adalah sebanyak 433 orang. TABEL I KEBUTUHAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM DI SETIAP KANWIL KEMENKUMHAM, UPT, PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. NO NAMA PROVINSI KEC JF PH PERTAMA dan MUDA JF PH MADY A Jumla h JF PH 1 Aceh 289 385 48 434 2 Sumatera Utara 436 581 73 654 3 Sumatera Barat 179 239 30 269 4 RIAU 163 217 27 245 5 Jambi 138 184 23 207 6 Sumatera 228 Selatan 304 38 342 7 Bengkulu 126 168 21 189 8 Lampung 225 300 38 338 9 Kep. Bangka 47 Belitung 63 8 71 10 Kep. Riau 65 87 11 98 11 DKI Jakarta 44 59 7 66 12 Jawabarat 626 835 104 939 13 Jawa Tengah 573 764 96 860 14 D I Y 78 104 13 117

2018, No.484-14- 15 JawaTimur 664 885 111 996 16 Banten 155 207 26 233 17 BALI 57 76 10 86 18 Nusa Tenggara 116 Barat 155 19 174 19 Nusa Tenggara 306 Timur 408 51 459 20 Kalimantan 174 Barat 232 29 261 21 Kalimantan 136 Tengah 181 23 204 22 kalimantan 152 Selatan 203 25 228 23 Kalimantan 103 Timur 137 17 155 24 Selawesi Utara 167 223 28 251 25 Selawesi Tengah 171 228 29 257 26 Selawesi Selatan 306 408 51 459 27 Sulawesi 205 Tenggara 273 34 308 28 Gorontalo 77 103 13 116 29 Sulawesi Barat 69 92 12 104 30 Maluku 118 157 20 177 31 Maluku Utara 112 149 19 168 32 Papua 467 623 78 701 33 Papua Barat 174 232 29 261 34 Kalimantan 50 Utara 67 8 75 JUMLAH 6.99 10.49 9329 1169 6 8 RUMUS N N+(N:3) (N:3):2 Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa formasi jabatan fungsional Penyuluh Hukum untuk kegiatan penyuluhan hukum di daerah sebanyak 10.498 (sepuluh ribu empat ratus sembilan puluh delapan) orang Pejabat Penyuluh Hukum.

-15-2018, No.484 BAB III PROSEDUR PENGUSULAN DAN PENETAPAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH HUKUM Prosedur Pengusulan dan Penetapan Formasi Jabatan Fungsional disusun sebagai berikut: 1. Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional mengusulkan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; 2. berdasarkan usulan dari Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengusulkan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dengan tembusan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara; 3. berdasarkan tembusan usulan Formasi Jabatan fungsional Penyuluh Hukum, Kepala Badan Kepegawaian Negara membuat surat pertimbangan penetapan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, sebagai bahan untuk penetapan formasi Jabatan Penyuluh Hukum; 4. menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara menetapkan Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, berdasarkan usulan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara; 5. asli Keputusan penetapan Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, dengan tembusan: a. Kepala Badan Kepegawaian Negara; dan b. Menteri Keuangan up. Direktorat Jenderal Anggaran.

2018, No.484-16- BAB IV PENUTUP Pedoman ini merupakan acuan dalam penyusunan dan penetapan formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Hukum untuk memenuhi kebutuhan, pengangkatan dan penempatan Penyuluh Hukum di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan instansi selain Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd. YASSONA H LAOLY