BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum terdiri dari Bank milik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Mengenai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mikro sangat penting. Berdirinya bank syari ah yang terus mengalami. cepat, mudah dan sederhana. Tentu saja pola ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara secara keseluruhan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULAN. denganberkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak adanya undang. undang No 7 tahun 1992 yang kemudian direkomendasi oleh UU No.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi pioner bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan. sistem ini ditengah menjamurnya bank-bank konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara muslim mulai mengenal sistem perbankan modern pada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. nasional memposisikan bank sebagai lembaga intermediasi dan penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. adalah menyangkut pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat membuat rasa

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah. dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya (Kasmir, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia perekonomian Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai sektor. Sangat banyak bentuk usaha baru yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat indonesia disamping untuk mencari keuntungan baik secara finansial dan nonfinansial. Dengan semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin berkembang pula permintaan/kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan. Namun, dana pemerintah yang bersumber dari APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) sangat terbatas untuk menutup kebutuhan akan dana tersebut, karenanya pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta untuk ikut serta berperan dalam membiayai pembangunan potensi ekonomi negara. Pihak swastapun secara perorangan maupun kelembagaan, kepemilikan dananya juga terbatas untuk memenuhi operasional dan pengembangan usahanya. Dengan keterbatasan kemampuan finansial lembaga Negara dan swasta tersebut maka perbankan nasional memegang peranan penting dan 1

2 strategis dalam kaitannya penyediaan permodalan pengembangan sektor produktif. 1 Bagi usaha kecil dengan omset kurang dari Rp 50 juta per bulan atau lebih dikenal dengan usaha mikro, umumnya kendala yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup usahanya. Pada umumnya para pengusaha tersebut tidak membutuhkan modal yang besar untuk memperluas usahanya, biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cash flow. Berkembangnya perekonomian suatu negara diikuti pula dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan permodalan bagi suatu usaha maupun berinvestasi, namun sedikit bank umum yang menyentuh permodalan usaha mikro. Usaha mikro dianggap tidak memiliki potensi dana dan dinilai tidak layak karena tidak memiliki agunan, serta diasumsikan kemampuan mengembalikan pinjamannya rendah, kebiasaan menabung yang rendah dan mahalnya biaya transaksi. 2 Peluang ini menjadikan banyak bermunculan lembaga yang berbasis syari ah diantaranya Baitul Mal wat Tamwil (BMT), kehadiran BMT dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan-pinjam dalam jasa keuangan. 3 1 Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari ah, (Yogyakarta: Penerbit Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2006) hlm: 15 2 Muhammad, BANK SYARI AH problem dan prospek perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005) hlm: 125 3 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm: 31

3 Munculnya BMT sebagai lembaga keuangan mikro Islam yang bergerak pada sektor riil masyarakat bawah dan menengah sejalan dengan lahirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI). Karena BMI sendiri secara operasional tidak dapat menyentuh masyarakat kecil ini, maka BMT menjadi salah satu lembaga yang dapat mengantarkan masyarakat yang berada di daerah-daerah untuk terhindar dari sistem bunga. Salah satu tujuan BMT yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, BMT memiliki peluang cukup besar dalam ikut berperan mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan khususnya pada usaha mikro. 4 Di BMT Al-Hikmah banyak menawarkan produk-produk pembiayaan di antaranya pembiayaan Murabahah, pembiayaan Bai Bitsaman Ajil, pembiayaan Musyarakah, dan Al- ijarah, serta gadai. Akan tetapi pembiayaan bai bitsaman ajil (BBA) yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena pembiayaan BBA ini merupakan pembiayaan untuk membeli barang dengan pembayaran secara mengangsur perperiode, pembiayaan BBA merupakan pembiayaan yang diberikan kepada nasabah debitur dalam rangka memenuhi barang modal (investasi) yang dilakukan dengan cara jual beli secara bai bitsaman ajil. Pembiayaan ini sama dengan kredit investasi yang dilakukan oleh bank konvensional, karena itu jangka waktu pemberian kredit ini lebih dari satu 2009) hlm : 448 4 Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syari ah cet. 1, (Jakarta: Kencana,

4 tahun dan keuntungan yang diterima bank dari selisih harga barang yang dijual kepada nasabah debitur dengan jumlah modal yang dikeluarkan oleh bank. 5 Pada sebagian masyarakat melakukan pembiayaan bai' bitsaman ajil (BBA) di BMT mulai dari para pedagang kaki lima, pedagang sayur, sampai pedagang lesehan (termasuk usaha mikro) mereka meminjam modal untuk mengembangkan usahanya dan menyalurkan ketrampilan yang dimilikinya. Akan tetapi setiap pembiayaan akan mengalami adanya masalah walaupun telah dilakukan analisis secara teliti oleh bagian pembiayaan, dan salah satu faktor penyebabnya bisa dari kesalahan nasabah karena kondisi perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan keuangan debitur tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis perlu untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang seberapa pentingkah (berperannya) pembiayaan BBA pada usaha mikro. Sehingga peneliti tertarik untuk memilih judul Peran Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Di BMT AL-Hikmah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 5 Karnaen A. Perwataatmaja, M. Syafi I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1992) hlm: 27

5 1. Bagaimanakah peranan pembiayaan bai bitsaman ajil terhadap perkembangan usaha mikro di BMT Al-Hikmah Ungaran? 2. Bagaimanakah kendala yang dihadapi BMT Al-Hikmah Ungaran dalam menangani pembiayaan bai bitsaman ajil untuk usaha mikro serta solusinya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan Penelitian antara lain: 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan pembiayaan bai bitsaman ajil terhadap perkembangan usaha mikro. 2. Untuk mengetahui bagaimana kendala yang dihadapi BMT dalam menangani pembiayaan bai bitsaman ajil untuk usaha mikro dan cara mengatasinya. Sedangkan manfaat yang bisa diambil dari penulisan ini adalah : Bagi Penulis: 1. Memenuhi syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya dalam ilmu Perbankan Syariah. 2. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan pembiayaan bai bitsaman ajil terhadap perkembangan usaha mikro. 3. Menerapkan teori-teori yang selama ini didapat dengan aplikasi nyata di dunia perbankan syari ah

6 Bagi BMT: Dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan eksistensi BMT AL-Hikmah sehingga masyarakat luas dapat mengetahui produk-produk yang ada di BMT AL-Hikmah terutama produk pembiayaan bai bitsaman ajil. Bagi Pihak Lain: Hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi tambahan dan dasar pertimbangan dari penelitian selanjutnya. D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. 6 Dalam hal ini akan mendeskripsikan tentang prosedur pembiayaan BBA, peranan pembiayaan BBA terhadap usaha mikro, dan kendala yang dihadapi BMT AL-Hikmah dalam menangani pembiayaan BBA untuk usaha mikro. 2. Sumber Data 206 6 Prof. DR. Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis, (Bandung: ALFABETA, 2010) hlm :

7 Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Data Primer Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data asli (tanpa melalui perantara). 7 Data primer didapat melalui dokumen yang ada di BMT AL- Hikmah, wawancara langsung kepada pegawai dan kepala cabang, serta nasabah b. Data Sekunder Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer maupun pihak lain. Pada umumnya data sekunder sebagai penunjang data primer. Dengan metode ini penulis mendapatkan data tentang BMT AL-Hikmah, informasi dan referensi yang terkait dengan yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan datanya penulis menggunakan metode: a. Observasi 7 Nur Indriantoro, Metodologi Penelitian Bisnis untuk akuntansi dan manajement, (Yogyakarta: BPFEE, 1999) hlm:1 47

8 Observasi adalah pengamatan secara langsung ke tempat objek penelitian dengan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaan BBA dan peranannya terhadap perkembangan usaha mikro untuk melengkapi data yang ada serta penulis mengetahui suasana kerja di BMT AL-Hikmah. b. Wawancara Wawancara/interview adalah proses tanya jawab dengan penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasiinformasi atau keterangan-keterangan. 8 c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan produk pembiayaan teruatama tentang pembiayaan bai bitsaman ajil yang ada di BMT AL-Hikmah. E. Sistematika Penelitian Untuk mendapatkan gambaran dari isi Tugas Akhir ini secara keseluruhan penulis akan menguraikan secara umum setiap bab yang meliputi beberapa sub bab yaitu sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian, dan sistematika penelitian. 243 8 Drs. Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, cet. 5, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm:

9 BAB II : Gambaran umum berisi tentang sejarah berdirinya KJKS BMT AL-Hikmah, visi dan misi, wilayah kerja, struktur organisasi, produk-produk yang ada di BMT AL-Hikmah. BAB III : Pembahasan dalam pembagian pembahasan penulis menguraikan tentang peranan pembiayaan bai bitsaman ajil terhadap usaha mikro yang ada di sekitar di BMT AL-Hikmah, dalam bab ini penulis membahas tentang tinjauan umum produk pembiayaan bai bitsaman ajil dimulai dari landasan teori, rukun dan syarat-syaratnya, landasan hukum, peran pembiayaan bai bitsaman ajil terhadap perkembangan usaha mikro di BMT Al-Hikmah Ungaran dan kendala yang dihadapi BMT AL-Hikmah dalam menangani pembiayaan bai bitsaman ajil untuk usaha mikro serta cara mengatasinya. BAB IV: Penutup dalam bab ini terdiri atas kesimpulan, saran, dan penutup.