Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 1, April 2017 ISSN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MURID DI PAUD KOTA BANDAR LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

Oleh: Aulia Ihsani

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

Oleh : Suharno ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

Vol. 12 Nomor 1 Januari 2017 Jurnal Medika Respati ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

Nisa khoiriah INTISARI

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan pelaksanaan pembangunan kesehatan masyarakat tidak

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

Transkripsi:

PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MURID DI PAUD KOTA BANDAR LAMPUNG Nurlaila*, Inayah* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS di provinsi Lampung hanya 32%, sedangkan untuk kota Bandar Lampung sebesar 44,3% (Riskesdas Lampung 2007). Masalah dalam penelitian ini adalah sebanyak 67% anak tidak ditimbang teratur, ditemukan bahwa sebelum makan sebanyak 57,2% anak melakukan cuci tangan tidak pada air mengalir dan cuci tangan dilakukan pada baskom yang dipakai bersama-sama secara bergantian tanpa menggunakan sabun dan sebanyak 53,3% anak yang tidak mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Upaya menjaga kelangsungan hidup anak Indonesia, harus difokuskan pada upaya preventif dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di setiap keluarga.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada murid di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi seluruh anak yang bersekolah di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Bandar Lampung tahun 2011 sebanyak 35 murid. Sampel yang digunakan adalah total populasi sebanyak 35 murid. Data dikumpulkan secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan persentase. Hasil yang didapatkan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada murid PAUD Tunas Harapan dengan kategori tidak PHBS sebesar 56,2%, sedangkan kategori PHBS sebesar 43,8%. Responden yang tidak melakukan penimbangan secara teratur sebesar 65,7%. Sebagian besar tidak berperilaku PHBS dalam cuci tangan pakai sabun yaitu 60%. Dan yang berperilaku PHBS dalam mengkonsumsi sayur dan buah sebesar 57,1%. Dari hasil tersebut, diharapkan kepada semua pihak dapat mengajarkan anak tentang PHBS agar anak dapat berperilaku bersih dan sehat sedini mungkin. Kata kunci: Perilaku Manusia, Hidup Bersih dan Sehat LATAR BELAKANG Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, Akaba berjumlah 31,04/1000 kelahiran hidup. Artinya, terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setiap 1.000 kelahiran. Ada beberapa penyakit yang masih sering menjangkiti anak, bahkan menimbulkan kematian, misalnya diare. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia, diare membunuh 1,5 juta anak di dunia setiap tahun. Sementara angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian sekitar 162 ribu balita di Indonesia, atau sekitar 460 balita per hari. (Okezone, 2010). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita dan nomor tiga bagi bayi serta nomor lima bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6-2 kali per tahun (Okezone, 2010) Untuk kasus kematian balita di provinsi Lampung selama tahun 2006 terbesar dikarenakan diare sebanyak 45 kasus atau 31%. Adapun angka kematian balita tahun 2006 dipegang kota Bandar,Lampung (236 balita), menyusul Lampung Utara (127 balita), Tanggamus (120 balita), Lampung Timur (104 balita), Tulang Bawang (100 balita), Lampung Tengah (90 balita), Lampung Selatan (69 balita), Waykanan (45 balita), Metro (20 balita), dan Lampung Barat (19 balita). Angka kematian balita di Bandar Lampung tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Dan berdasarkan data dari Dinas kesehatan kota Bandar lampung, angka kematian balita mencapai 96 jiwa (Dinkes Lampung, 2007) Upaya menjaga kelangsungan hidup anak Indonesia, termasuk mencegah diare, cacingan dan penyakit lainnya, harus difokuskan pada upaya preventif (pencegahan). Tindakan pencegahan ini [48]

dapat dilakukan dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di setiap keluarga, yang merupakan cara termudah dan murah (Okezone, 2010) PHBS yang baik dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam peningkatan derajat kesehatan, status pola gizi dan pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal (Dinkes Lampung, 2002) Menurut pusat promosi kesehatan, PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit. Dampak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tidak baik dapat menimbulkan suatu penyakit diantaranya adalah mencret, muntaber, desentri, typus, dan DBD (Depkes, 2008) Standar pelayanan minimal target PHBS rumah tangga nasional tahun 2008 adalah sebesar 51% yang terdiri dari: Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, member ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita setiap bulan, indikator menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, pemberantasan jentik di rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah (Depkes, 2008) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan praktik PHBS di Indonesia masih rendah, yaitu 38,7%, dibandingkan dengan target Nasional sampai tahun 2010 sebesar 65,0%. Hasil Riskesdas juga menghasilkan peta masalah kesehatan yang terkait dengan praktik PHBS, yaitu balita yang ditimbang lebih kurang empat kali selama enam bulan terakhir adalah 45,4%, kurang makan buah dan sayur pada penduduk umur kurang dari 10 tahun adalah 93,6%, pemakaian air bersih dalam rumah tangga per orang setiap hari <20 liter adalah 14,4%, yang menggunakan jamban sendiri adalah 60%, rumah tangga yang tidak ada penampungan sampah dalam rumah adalah 72,9% (Depkes, 2008). Lebih lanjut data Riskesdas menunjukkan sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi PHBS di bawah prevalensi nasional, diantaranya adalah Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung Kepulauan Riau, dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang paling rendah pencapaiannya, yaitu sebesar 36,8% (Depkes, 2008). PHBS seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS) secara medis telah terbukti efektif mencegah dan membentengi tubuh dari beragam penyakit seperti diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), sampai flu burung dan flu babi (swine flu). Cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi kejadian penyakit tersebut hingga 47 persen. (Badan Kesehatan Dunia, 2008) Sabun telah ada di hampir setiap rumah tangga Indonesia. Namun, baru 3% yang menggunakan sabun untuk mencuci tangan. Dari semua responden, hanya 12% yang mencuci tangan setelah buang air besar, 9% setelah membersihkan kotoran bayi, 14% sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi, dan 6% sebelum memasak. (Survei Health Service Program, 2006) Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 provinsi Lampung, di provinsi Lampung diketahui persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS hanya 32%, sedangkan untuk kota Bandar Lampung sebesar 44,3%. Terdapat 84,9% masyarakat yang kurang makan sayur dan buah. Hanya sebanyak 5,1% masyarakat yang mencuci tangan dengan benar (Riskesdas Lampung 2007) Berdasarkan hasil pengamatanyang dilakukan pada bulan Maret 2011 di PAUD Tunas Harapan Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Bandar Lampung, ditemukan bahwa sebelum makan sebanyak 20 orang anak (57,2%) melakukan cuci tangan tidak pada air mengalir dan cuci tangan dilakukan pada baskom yang dipakai bersama-sama secara bergantian tanpa menggunakan sabun. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, terhadap 15 ibu, terdapat 8 anak (53.3%) yang tidak mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. [49]

METODE Rancangan penelitian ini adalah cara yang akan digunakan dalam pemilihan hingga tercantum langkah - langkah teknis dan operasional yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2002). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada murid di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang bersekolah di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung berjumlah 35 orang. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah total populasi yaitu semua anak yang bersekolah di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung berjumlah 35 orang. HASIL Analisa Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Perilaku Penimbangan Balita Penimbangan f % Dilakukan 12 34,3 Tidak dilakukan 23 65,7 Dari tabel di atas, dapat diketahui penimbangan yang dilakukan tiap bulannya. Jumlah murid yang melakukan penimbangan tiap bulannya adalah sebanyak 12 orang (34,3%), dan yang tidak melakukan penimbangan adalah sebanyak 23 orang (65,7%). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Memakai Sabun Kategori f % PHBS 14 40 Tidak PHBS 21 60 Dari tabel diatas dapat diketahui perilaku cuci tangan pakai sabun. Jumlah murid yang berperilaku PHBS adalah sebanyak 14 orang (40%), sedangkan yang berperilaku tidak PHBS lebih banyak dibandingkan dengan yang berperilaku PHBS yaitu sebanyak 21 orang (60%). Tabel 3: Distribusi Frekuensi Perilaku Makan Sayur dan Buah Setiap Hari Kategori f % PHBS 20 57,1 Tidak PHBS 15 42,9 Dari tabel diatas dapat diketahui perilaku makan buah dan sayur setiap hari. Jumlah murid yang berperilaku PHBS yaitu sebanyak 20 orang (57,1%), sedangkan yang tidak berperilaku PHBS sebanyak (15 orang (42,9%). PEMBAHASAN Perilaku Responden tentang Penimbangan Balita Tiap Bulan Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku penimbangan balita secara rutin tiap bulan di PAUD Tunas Harapan tahun 2011, didapatkan hasil bahwa murid yang melakukan penimbangan secara teratur tiap bulan adalah sebanyak 12 murid (34,3%), dan masih adanya murid yang tidak ditimbang tiap bulan yaitu sebanyak 23 murid (65,7%).Salah satu manfaat PHBS bagi rumah tangga yaitu agar pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik. Penimbangan bagi balita harusnya dilakukan setiap bulan mulai dari usia 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. (Depkes, 2007) Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Faktor lingkungan juga dapat [50]

mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Ann. Mariner bahwa lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (A. Wawan dan Dewi M.). Dapat peneliti simpulkan sesuai dengan teori yang digunakan bahwa ketidaktahuan masyarakat terutama ibu dapat mempengaruhi perilaku penimbangan balita ini. Karena ketidaktahuan tersebut, maka akan menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan penimbangan pada balita sampai dengan usia 5 tahun. Dilihat dari faktor lingkungan, peran serta kader sangat diperlukan dalam upaya menggerakkan keluarga balita hadir pada saat hari buka Posyandu. Penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita secara teratur ke Posyandu atau ke pelayanan kesehatan lainnya juga diperlukan agar semua balita dapat ditimbang secara teratur tiap bulan agar pertumbuhannya dapat dipantau dengan baik. Pengadaan UKS di PAUD juga dapat dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan pihak Puskesmas agar pemantauan anak secara komprehensif dapat dilakukan dengan baik. Perilaku Responden tentang Cuci tangan Pakai Sabun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perilaku cuci tangan pakai sabun pada murid di PAUD Tunas Harapan tahun 2011, didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 orang (40%) yang berperilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan sebanyak 21 orang (60%) masih tidak berperilaku hidup bersih dan sehat. Faktor belajar merupakan faktor intern yang dapat mempengaruhi perilaku. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu atau sebelumnya (A. Wawan dan Dewi M.). Dapat peneliti simpulkan sesuai dengan teori yang digunakan bahwa sebelum anak berperilaku cuci tangan, anak harus tahu terlebih dahulu apa manfaat dari tindakan tersebut dan apa resikonya bila tindakan tersebut tidak dilakukan. Ini adalah suatu bentuk proses belajar. Pendidikan kesehatan sangat penting demi tercapainya perilaku kesehatan bagi anak yang lebih baik. Sebaiknya para guru di sekolah dapat memberikan contoh dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang manfaat mencuci tangan menggunakan sabun dan apa resikonya bila tindakan tersebut tidak dilakukan. Sebaiknya di PAUD ditempel poster tentang cara cuci tangan yang baik dan benar sehingga anak-anak mengerti bagaimana cara mencuci tangan yang baik. Orangtua anak dirumah juga harus dapat mendukung perilaku anaknya tersebut dengan mengajarkan contoh yang benar dan membiasakan perilaku bersih dan sehat tersebut. Motivasi yang kuat juga diperlukan untuk merubah perilaku anak, sehingga keinginan untuk berubah dapat datang dari diri anak itu sendiri. Perilaku Responden tentang Makan Sayur dan Buah Setiap Hari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perilaku konsumsi sayur dan buah setiap hari pada murid di PAUD Tunas Harapan tahun 2011, didapatkan hasil bahwa sebanyak 20 orang (57,1%) murid telah berperilaku hidup bersih dan sehat. Tetapi masih ada murid yamg tidak berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebanyak 15 orang (42,9%). Berdasarkan penelitian, didapatkan sebanyak 17 murid yang mengkonsumsi buah setiap harinya, dan sebanyak 20 murid yang mengkonsumsi sayur setiap hari. Porsi sayuran dan buah-buahan segar sebaiknya menempati persentase 60-70% dari seluruh menu satu hari. Sedangkan yang 30-40% dibagi untuk protein, zat pati, dan lemak, menurut proporsi yang sesuai [51]

dengan kebutuhan alamiah tubuh. ( Gunawan, 2005). Perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor ekstern seperti lingkungan, sosial ekonomi, dan kebudayaan, serta faktor intern seperti pengetahuan dan kecerdasan. Pengetahuan itu sendiri dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Menurut YB Mantra yang dikutip dari Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi seseorang. Pada umumnya makin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi (A. Wawan dan Dewi M, 2010). Dapat disimpulkan berdasarkan teori yang digunakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perilaku. Dari penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu paling banyak adalah lulusan SMP. Pengetahuan tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal saja, tetapi bisa juga didapatkan dari pendidikan informal seperti media massa, yatu televisi, koran, radio, dan majalah. Para guru di PAUD juga dapat memberikan motivasi kepada anak-anak untuk mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan menjelaskan manfaat kedua bahan makanan tersebut karena pada umumnya anak-anak membutuhkan remodel atau contoh dalam berperilaku. Anak-anak cenderung akan lebih patuh kepada orang yang dekat dengannya seperti gurunya di sekolah. Penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk menanam sayur dan buah di pekarangan rumah mereka juga dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat mendayagunakan pekarangan rumah mereka dengan lebih baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada murid PAUD Tunas Harapan dengan kategori tidak PHBS sebesar 56,2%, sedangkan kategori PHBS sebesar 43,8%. Pada perilaku responden tentang penimbangan balita, yang tidak melakukan penimbangan secara teratur tiap bulan di PAUD Tunas Harapan yaitu sebesar 65,7%. Pada perilaku responden tentang perilaku cuci tangan menggunakan sabun di PAUD Tunas Harapan dengan kategori tidak berperilaku PHBS yaitu sebesar 60%.Pada perilaku responden tentang pola konsumsi sayur dan buah setiap hari di PAUD Tunas Harapan dengan kategori berperilaku PHBS yaitu sebesar 57,1%. Beradasarkan kesimpulan tersebut diasarankanuntuk adanya kerjasama dengan pihak Puskesmas atau Posyandu untuk mengadakan program penimbangan balita bagi anak PAUD Tunas Harapan yang dilakukan rutin setiap bulannya dan diadakannya tempat untuk mencuci tangan menggunakan dengan air yang mengalir. Selanjutnya kepada para guru dapat mengajarkan anak-anak PAUD cara mencuci tangan secara efektif,pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan mengajak anak-anak untuk membawa bekal berupa buah dan makanan seimbang. Selanjutnya kepada orang tua dapat mengajarkan anak tentang cara berperilaku hidup bersih dan sehat seperti melakukan penimbangan balita tiap bulan sampai usia 5 tahun, mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir, dan mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Wawan A.; Dewi M.. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika [52]