PENELITIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MURID DI PAUD KOTA BANDAR LAMPUNG Nurlaila*, Inayah* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS di provinsi Lampung hanya 32%, sedangkan untuk kota Bandar Lampung sebesar 44,3% (Riskesdas Lampung 2007). Masalah dalam penelitian ini adalah sebanyak 67% anak tidak ditimbang teratur, ditemukan bahwa sebelum makan sebanyak 57,2% anak melakukan cuci tangan tidak pada air mengalir dan cuci tangan dilakukan pada baskom yang dipakai bersama-sama secara bergantian tanpa menggunakan sabun dan sebanyak 53,3% anak yang tidak mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. Upaya menjaga kelangsungan hidup anak Indonesia, harus difokuskan pada upaya preventif dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di setiap keluarga.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada murid di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan populasi seluruh anak yang bersekolah di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Bandar Lampung tahun 2011 sebanyak 35 murid. Sampel yang digunakan adalah total populasi sebanyak 35 murid. Data dikumpulkan secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara. Analisis data menggunakan analisis univariat dengan persentase. Hasil yang didapatkan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada murid PAUD Tunas Harapan dengan kategori tidak PHBS sebesar 56,2%, sedangkan kategori PHBS sebesar 43,8%. Responden yang tidak melakukan penimbangan secara teratur sebesar 65,7%. Sebagian besar tidak berperilaku PHBS dalam cuci tangan pakai sabun yaitu 60%. Dan yang berperilaku PHBS dalam mengkonsumsi sayur dan buah sebesar 57,1%. Dari hasil tersebut, diharapkan kepada semua pihak dapat mengajarkan anak tentang PHBS agar anak dapat berperilaku bersih dan sehat sedini mungkin. Kata kunci: Perilaku Manusia, Hidup Bersih dan Sehat LATAR BELAKANG Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, Akaba berjumlah 31,04/1000 kelahiran hidup. Artinya, terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setiap 1.000 kelahiran. Ada beberapa penyakit yang masih sering menjangkiti anak, bahkan menimbulkan kematian, misalnya diare. Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia, diare membunuh 1,5 juta anak di dunia setiap tahun. Sementara angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, diare menjadi penyebab kematian sekitar 162 ribu balita di Indonesia, atau sekitar 460 balita per hari. (Okezone, 2010). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada balita dan nomor tiga bagi bayi serta nomor lima bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6-2 kali per tahun (Okezone, 2010) Untuk kasus kematian balita di provinsi Lampung selama tahun 2006 terbesar dikarenakan diare sebanyak 45 kasus atau 31%. Adapun angka kematian balita tahun 2006 dipegang kota Bandar,Lampung (236 balita), menyusul Lampung Utara (127 balita), Tanggamus (120 balita), Lampung Timur (104 balita), Tulang Bawang (100 balita), Lampung Tengah (90 balita), Lampung Selatan (69 balita), Waykanan (45 balita), Metro (20 balita), dan Lampung Barat (19 balita). Angka kematian balita di Bandar Lampung tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Dan berdasarkan data dari Dinas kesehatan kota Bandar lampung, angka kematian balita mencapai 96 jiwa (Dinkes Lampung, 2007) Upaya menjaga kelangsungan hidup anak Indonesia, termasuk mencegah diare, cacingan dan penyakit lainnya, harus difokuskan pada upaya preventif (pencegahan). Tindakan pencegahan ini [48]
dapat dilakukan dengan membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di setiap keluarga, yang merupakan cara termudah dan murah (Okezone, 2010) PHBS yang baik dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap kesehatan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam peningkatan derajat kesehatan, status pola gizi dan pemanfaatan sarana kesehatan lingkungan agar tercapai derajat kesehatan yang optimal (Dinkes Lampung, 2002) Menurut pusat promosi kesehatan, PHBS dapat mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit. Dampak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tidak baik dapat menimbulkan suatu penyakit diantaranya adalah mencret, muntaber, desentri, typus, dan DBD (Depkes, 2008) Standar pelayanan minimal target PHBS rumah tangga nasional tahun 2008 adalah sebesar 51% yang terdiri dari: Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, member ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita setiap bulan, indikator menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, pemberantasan jentik di rumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah (Depkes, 2008) Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan praktik PHBS di Indonesia masih rendah, yaitu 38,7%, dibandingkan dengan target Nasional sampai tahun 2010 sebesar 65,0%. Hasil Riskesdas juga menghasilkan peta masalah kesehatan yang terkait dengan praktik PHBS, yaitu balita yang ditimbang lebih kurang empat kali selama enam bulan terakhir adalah 45,4%, kurang makan buah dan sayur pada penduduk umur kurang dari 10 tahun adalah 93,6%, pemakaian air bersih dalam rumah tangga per orang setiap hari <20 liter adalah 14,4%, yang menggunakan jamban sendiri adalah 60%, rumah tangga yang tidak ada penampungan sampah dalam rumah adalah 72,9% (Depkes, 2008). Lebih lanjut data Riskesdas menunjukkan sebanyak 22 provinsi mempunyai prevalensi PHBS di bawah prevalensi nasional, diantaranya adalah Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung Kepulauan Riau, dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang paling rendah pencapaiannya, yaitu sebesar 36,8% (Depkes, 2008). PHBS seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS) secara medis telah terbukti efektif mencegah dan membentengi tubuh dari beragam penyakit seperti diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), sampai flu burung dan flu babi (swine flu). Cuci tangan memakai sabun dapat mengurangi kejadian penyakit tersebut hingga 47 persen. (Badan Kesehatan Dunia, 2008) Sabun telah ada di hampir setiap rumah tangga Indonesia. Namun, baru 3% yang menggunakan sabun untuk mencuci tangan. Dari semua responden, hanya 12% yang mencuci tangan setelah buang air besar, 9% setelah membersihkan kotoran bayi, 14% sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi, dan 6% sebelum memasak. (Survei Health Service Program, 2006) Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 provinsi Lampung, di provinsi Lampung diketahui persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS hanya 32%, sedangkan untuk kota Bandar Lampung sebesar 44,3%. Terdapat 84,9% masyarakat yang kurang makan sayur dan buah. Hanya sebanyak 5,1% masyarakat yang mencuci tangan dengan benar (Riskesdas Lampung 2007) Berdasarkan hasil pengamatanyang dilakukan pada bulan Maret 2011 di PAUD Tunas Harapan Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton Bandar Lampung, ditemukan bahwa sebelum makan sebanyak 20 orang anak (57,2%) melakukan cuci tangan tidak pada air mengalir dan cuci tangan dilakukan pada baskom yang dipakai bersama-sama secara bergantian tanpa menggunakan sabun. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, terhadap 15 ibu, terdapat 8 anak (53.3%) yang tidak mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari. [49]
METODE Rancangan penelitian ini adalah cara yang akan digunakan dalam pemilihan hingga tercantum langkah - langkah teknis dan operasional yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2002). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada murid di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak yang bersekolah di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung berjumlah 35 orang. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah total populasi yaitu semua anak yang bersekolah di PAUD Tunas Harapan Labuhan Ratu Kedaton Bandar Lampung berjumlah 35 orang. HASIL Analisa Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Perilaku Penimbangan Balita Penimbangan f % Dilakukan 12 34,3 Tidak dilakukan 23 65,7 Dari tabel di atas, dapat diketahui penimbangan yang dilakukan tiap bulannya. Jumlah murid yang melakukan penimbangan tiap bulannya adalah sebanyak 12 orang (34,3%), dan yang tidak melakukan penimbangan adalah sebanyak 23 orang (65,7%). Tabel 2: Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Memakai Sabun Kategori f % PHBS 14 40 Tidak PHBS 21 60 Dari tabel diatas dapat diketahui perilaku cuci tangan pakai sabun. Jumlah murid yang berperilaku PHBS adalah sebanyak 14 orang (40%), sedangkan yang berperilaku tidak PHBS lebih banyak dibandingkan dengan yang berperilaku PHBS yaitu sebanyak 21 orang (60%). Tabel 3: Distribusi Frekuensi Perilaku Makan Sayur dan Buah Setiap Hari Kategori f % PHBS 20 57,1 Tidak PHBS 15 42,9 Dari tabel diatas dapat diketahui perilaku makan buah dan sayur setiap hari. Jumlah murid yang berperilaku PHBS yaitu sebanyak 20 orang (57,1%), sedangkan yang tidak berperilaku PHBS sebanyak (15 orang (42,9%). PEMBAHASAN Perilaku Responden tentang Penimbangan Balita Tiap Bulan Berdasarkan hasil penelitian tentang perilaku penimbangan balita secara rutin tiap bulan di PAUD Tunas Harapan tahun 2011, didapatkan hasil bahwa murid yang melakukan penimbangan secara teratur tiap bulan adalah sebanyak 12 murid (34,3%), dan masih adanya murid yang tidak ditimbang tiap bulan yaitu sebanyak 23 murid (65,7%).Salah satu manfaat PHBS bagi rumah tangga yaitu agar pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik. Penimbangan bagi balita harusnya dilakukan setiap bulan mulai dari usia 1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. (Depkes, 2007) Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Faktor lingkungan juga dapat [50]
mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Ann. Mariner bahwa lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (A. Wawan dan Dewi M.). Dapat peneliti simpulkan sesuai dengan teori yang digunakan bahwa ketidaktahuan masyarakat terutama ibu dapat mempengaruhi perilaku penimbangan balita ini. Karena ketidaktahuan tersebut, maka akan menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat dalam melakukan penimbangan pada balita sampai dengan usia 5 tahun. Dilihat dari faktor lingkungan, peran serta kader sangat diperlukan dalam upaya menggerakkan keluarga balita hadir pada saat hari buka Posyandu. Penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita secara teratur ke Posyandu atau ke pelayanan kesehatan lainnya juga diperlukan agar semua balita dapat ditimbang secara teratur tiap bulan agar pertumbuhannya dapat dipantau dengan baik. Pengadaan UKS di PAUD juga dapat dilakukan dengan mengadakan kerjasama dengan pihak Puskesmas agar pemantauan anak secara komprehensif dapat dilakukan dengan baik. Perilaku Responden tentang Cuci tangan Pakai Sabun Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perilaku cuci tangan pakai sabun pada murid di PAUD Tunas Harapan tahun 2011, didapatkan hasil bahwa sebanyak 14 orang (40%) yang berperilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan sebanyak 21 orang (60%) masih tidak berperilaku hidup bersih dan sehat. Faktor belajar merupakan faktor intern yang dapat mempengaruhi perilaku. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu atau sebelumnya (A. Wawan dan Dewi M.). Dapat peneliti simpulkan sesuai dengan teori yang digunakan bahwa sebelum anak berperilaku cuci tangan, anak harus tahu terlebih dahulu apa manfaat dari tindakan tersebut dan apa resikonya bila tindakan tersebut tidak dilakukan. Ini adalah suatu bentuk proses belajar. Pendidikan kesehatan sangat penting demi tercapainya perilaku kesehatan bagi anak yang lebih baik. Sebaiknya para guru di sekolah dapat memberikan contoh dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang manfaat mencuci tangan menggunakan sabun dan apa resikonya bila tindakan tersebut tidak dilakukan. Sebaiknya di PAUD ditempel poster tentang cara cuci tangan yang baik dan benar sehingga anak-anak mengerti bagaimana cara mencuci tangan yang baik. Orangtua anak dirumah juga harus dapat mendukung perilaku anaknya tersebut dengan mengajarkan contoh yang benar dan membiasakan perilaku bersih dan sehat tersebut. Motivasi yang kuat juga diperlukan untuk merubah perilaku anak, sehingga keinginan untuk berubah dapat datang dari diri anak itu sendiri. Perilaku Responden tentang Makan Sayur dan Buah Setiap Hari Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang perilaku konsumsi sayur dan buah setiap hari pada murid di PAUD Tunas Harapan tahun 2011, didapatkan hasil bahwa sebanyak 20 orang (57,1%) murid telah berperilaku hidup bersih dan sehat. Tetapi masih ada murid yamg tidak berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu sebanyak 15 orang (42,9%). Berdasarkan penelitian, didapatkan sebanyak 17 murid yang mengkonsumsi buah setiap harinya, dan sebanyak 20 murid yang mengkonsumsi sayur setiap hari. Porsi sayuran dan buah-buahan segar sebaiknya menempati persentase 60-70% dari seluruh menu satu hari. Sedangkan yang 30-40% dibagi untuk protein, zat pati, dan lemak, menurut proporsi yang sesuai [51]
dengan kebutuhan alamiah tubuh. ( Gunawan, 2005). Perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor ekstern seperti lingkungan, sosial ekonomi, dan kebudayaan, serta faktor intern seperti pengetahuan dan kecerdasan. Pengetahuan itu sendiri dapat dipengaruhi oleh pendidikan. Menurut YB Mantra yang dikutip dari Notoadmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi seseorang. Pada umumnya makin tinggi pendidikan makin mudah menerima informasi (A. Wawan dan Dewi M, 2010). Dapat disimpulkan berdasarkan teori yang digunakan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perilaku. Dari penelitian didapatkan bahwa tingkat pendidikan ibu paling banyak adalah lulusan SMP. Pengetahuan tidak hanya didapatkan melalui pendidikan formal saja, tetapi bisa juga didapatkan dari pendidikan informal seperti media massa, yatu televisi, koran, radio, dan majalah. Para guru di PAUD juga dapat memberikan motivasi kepada anak-anak untuk mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan menjelaskan manfaat kedua bahan makanan tersebut karena pada umumnya anak-anak membutuhkan remodel atau contoh dalam berperilaku. Anak-anak cenderung akan lebih patuh kepada orang yang dekat dengannya seperti gurunya di sekolah. Penyuluhan tentang pemanfaatan pekarangan untuk menanam sayur dan buah di pekarangan rumah mereka juga dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat mendayagunakan pekarangan rumah mereka dengan lebih baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada murid PAUD Tunas Harapan dengan kategori tidak PHBS sebesar 56,2%, sedangkan kategori PHBS sebesar 43,8%. Pada perilaku responden tentang penimbangan balita, yang tidak melakukan penimbangan secara teratur tiap bulan di PAUD Tunas Harapan yaitu sebesar 65,7%. Pada perilaku responden tentang perilaku cuci tangan menggunakan sabun di PAUD Tunas Harapan dengan kategori tidak berperilaku PHBS yaitu sebesar 60%.Pada perilaku responden tentang pola konsumsi sayur dan buah setiap hari di PAUD Tunas Harapan dengan kategori berperilaku PHBS yaitu sebesar 57,1%. Beradasarkan kesimpulan tersebut diasarankanuntuk adanya kerjasama dengan pihak Puskesmas atau Posyandu untuk mengadakan program penimbangan balita bagi anak PAUD Tunas Harapan yang dilakukan rutin setiap bulannya dan diadakannya tempat untuk mencuci tangan menggunakan dengan air yang mengalir. Selanjutnya kepada para guru dapat mengajarkan anak-anak PAUD cara mencuci tangan secara efektif,pentingnya mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari dan mengajak anak-anak untuk membawa bekal berupa buah dan makanan seimbang. Selanjutnya kepada orang tua dapat mengajarkan anak tentang cara berperilaku hidup bersih dan sehat seperti melakukan penimbangan balita tiap bulan sampai usia 5 tahun, mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air yang mengalir, dan mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari. DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Wawan A.; Dewi M.. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.Yogyakarta: Nuha Medika [52]