BAB I PENDAHULUAN. islam sejak zaman Rasuluallah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana dan atau kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

II. TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. syariah Indonesia adalah tercapainya market share sebesar 5%. Namun hingga

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang kegiatan usahanya yaitu. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. ketika Bank Muamalat pertama kali berdiri dan beroperasi tahun Lalu. banking system, yakni sistem konvensional dan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan


BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini cukup pesat, dilihat dari volume

BAB I PENDAHULUAN. negara. Ketika sektor perbankan terpuruk maka akan berdampak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga atau badan usaha yang saat ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. periode 5 tahun terakhir ini telah muncul bank-bank yang menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 /perkembangan-perbankan-syariah. Diunduh pada tanggal 24 Desember 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, Bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian umat islam, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak zaman Rasuluallah Saw. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi, dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilaksanakan sehingga apa yang mejadi kegiatan dari dunia perbankan saat ini seyogyanya telah menjadi kegiatan di masa zaman Rasullualah dulu 1. Berdasarkan data Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2005 diperkirakan cukup baik. Industri perbankan syariah diprediksi masih akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi November 2004, volume usaha Perbankan Syariah telah mencapai 14,0 Triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6%, volume usaha Perbankan syariah di akhir tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 24 triliun rupiah. Dengan volume tersebut, diperkirakan industri perbankan 1 Adiwarman A Karim, Bank Islam, Perkembangan Bank Syariah di Indonesia, (Bandung: Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan,2010), hlm.18. 1

2 syariah akan mencapai pangsa sebesar 1,8% dari industri perbankan konvensional dibandingkan sebesar 1,1% pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana pembukaan Unit Usaha Syariah (UUS) yang baru dan pembukaan jaringan kantor yang lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK) di perkirakan akan mencapai jumlah sekitar 20 Triliun rupiah dengan jumlah pembiayaan sekitar 21 triliun rupiah diakhir tahun 2005 2. Bank sebagai lembaga intermediasi yang berperan dalam menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana masyarakat, maka faktor utama dasar beroperasinya Bank adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan sebaliknya tanpa kepercayaan perbankan terhadap masyarakat, kegiatan perbankan tidak akan berjalan dengan baik. Kemudian faktor selanjutnya adalah kecukupan modal. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi Bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan modal (Capital Adequency Ratio/CAR), yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap Bank sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva tertimbang menurut risiko adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah di kalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0% dan aktiva yang paling berisiko di beri bobot 100%. Dengan demikian ATMR menunjukan 2 Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2004, (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), hlm.65.

3 nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. Sementara pinjaman subordinasi yang dapat dijadikan komponen modal pelengkap adalah maksimum sebesar 50% dari modal inti 3. Sesuai dengan ketentuan dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/2 Kep/Dir tanggal 29 Mei 1993, seluruh modal pelengkap tersebut diatas hanya dapat di perhitungkan sebagai modal setinggi-tingginya 100% dan jumlah modal inti. Sementara Financing To Deposit Ratio (FDR) atau rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang menggambarkan sejauh mana simpanan untuk pemberian pembiayaan bisa digunakan untuk mengukur likuiditas perbankan syariah 4. Sejak 2002 hingga 2008, FDR Perbankan Syariah lebih tinggi di bandingkan rasio penyaluran kredit terhadap DPK Perbankan Konvensional. FDR perbankan Syariah berada pada kisaran 100% jauh melampaui Loan to Deposito Ratio (LDR) Perbankan konvensional yang berada dalam kisaran 40%. FDR adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan Bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber 3 Kaerul Umam, Rasio Kecukupan Modal, (Bandung: Manajemen Perbankan Syariah,2013), hlm. 253. 4 Muhamad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu), hlm. 85.

4 likuiditasnya. Semakin besar kredit maka pendapatan yang diperoleh naik. Apabila tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah terus meningkat dan melebihi ketentuan BI dalam Surat Edaran Bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 maksimal 110%, maka Bank akan meningkatkan target perolehan dananya, dalam jangka pendek Bank akan menaikan bagi hasil untuk menarik nasabah baru yang akan menginvestasikan dananya dibank syariah. Semakin tinggi tingkat FDR suatu Bank, maka Bank tersebut akan berusaha untuk meningkatkan perolehan dananya, sehingga peningkatan Financing to Deposit Ratio (FDR) akan meningkatkan keuntungan Net Profit Margin (NPM) 5 yang akan memberikan pengaruh keuntungan bagi Bank yang bersangkutan. Akan Tetapi apabila FDR menurun sedangkan Net Profit Margin (NPM) meningkat atau sebaliknya maka ini terjadi penyimpangan dari teori di atas hal ini di sinyalir ada kekeliruan yang di akibatkan oleh Bank yang bersangkutan, Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL diperuntukkan bagi Bank umum, sedangkan NPF untuk Bank syariah. Oleh kebanyakan Bank sentral, kredit bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif Bank yang diragukan kolektabilitasnya. 5 Sutan Remy Sjahdeni: Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: Pustaka Utama, 2007), hlm. 177.

5 Sementara Net Profit Margin (NPM) merupakan indikator dari kemampuan sebuah perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bersih. Hasilnya bisa dibandingkan antara penjualan dan laba bersih. Penghitungan Net profit margin (NPM) sangatlah penting karena menentukan langkah ke depan bagi sebuah perusahaan, terutama dalam menerapkan strategi penjualan dengan penetapan harga. Bagi seorang manajer perusahaan, penghitungan rasio profit margin sangat penting karena sekaligus bisa diandalkan sebagai kemampuan untuk mengontrol beban-beban usaha. Biaya operasional sebuah perusahaan cenderung bisa membengkak akibat beberapa faktor Margin bunga bersih mirip dalam konsep untuk menyebarkan bunga bersih namun penyebaran bunga bersih adalah selisih rata-rata nominal antara aktiva produktif dan dana yang dipinjam dapat menjadi alat yang berbeda dan berbeda dalam volume. Margin bunga bersih sehingga dapat lebih tinggi (atau kadang-kadang lebih rendah) daripada penyebaran bunga bersih. Untuk menjaga keamanan dana para deposan, bank sentral mewajibkan bank umum menyediakan cadangan penghapusan kredit bermasalah. Dengan demikian, semakin besar jumlah saldo kredit bermasalah yang dimiliki bank, akan semakin besar jumlah dana cadangan yang harus segera disediakan, serta semakin besar pula biaya yang harus mereka tanggung untuk mengadakan dana cadangan itu, berikut adalah data yang telah kami himpun :

6 Tabel 1.1 Data Perbandingan Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Net Profit Margin (NPM) PT. Bank Muamalat.Tbk. Tahun Financing To Deposit Ratio (FDR) Non Performing Financing (NPF) Net Profit Margin (NIM) 2006 83,60% 4,84% 6,10% 2007 99,16% 1,33% 7,61% 2008 104,41% 3,85% 7,42% 2009 85,82% 4,10% 5,15% 2010 91,52% 3,51% 5,24% 2011 85,18% 1,78% 5,01% 2012 94,15% 1,81% 4,64% 2013 99,99% 0,78% 4,64% 2014 84,14% 4,85% 3,40% 2015 90,30% 4,20% 4,09% Sumber : Laporan publikasi keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, www.bi.go.id di olah untuk penelitian. Berdasarkan Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2008 Financing To Deposit Ratio (FDR) mengalami kenaikan sebesar 104,41%. Bersamaan dengan itu Non Performing Financing (NPF) mengalami peningktan dari tahun sebelumnya yakni menjadi 3,85%. Namun hal ini tidak di ikutin oleh Net Profit Margin (NPM) justru mengalami penurunan sebesar 7,42%. Hal ini diindikasikan karena laba sebelum pajak meningkat tajam dari tahun sebelumnya. Hal ini bertentangan dengan teori yang di sebutkan bahwa sebuah Bank yang di rongrong oleh kredir bermasalah

7 dalam jumlah besar cenderung menurun Net Profit Margin nya (NPM). yang merupakan tolak ukur laba tersebut mereka akan menurun. (sutojo,2008:14) Pada tahun 2010, Financing To Deposit Ratio (FDR) kembali dinaikan sebesar 91,52%. Bersamaan dengan itu Non Performing Financing (NPF) mengalami penurunan sebasr 3,51 dari NPF sebelumnya sebesar 4,10%. Namun hal ini di barengi dengan kenaikan pada Net Profit Margin (NPM) sebesar 7,42 Hal ini di indikasikan karena Bank tidak dapat menganalisa kenaikan tersebut, hal ini seharusnya kenaikan pada FDR berpengaruh pada Net Profit Marginnya (NPM) yang seharusnya mengalami penurunan akibat dari adanya sejumlah kredit yang bermasalah. Sementara pada tahun 2012, Financing to Deposit Ratio FDR kembali mengalami peningkatan sebesar 94,15%, hal ini di mungkinkan bank berupaya untuk meningkatkan keuntunganya dengan sejumlah penyaluran dana yang di berikan, akan tetapi di barengi pula dengan kenaikan Non Performing Financing sebesar 1,81% dari tahun sebelumnya sebesar 1,78%. Akan tetapi Kenaikan ini ternyata tidak mempengaruhi terhadap Net Profit Margin (NPM) pada tahun 2011, tingkat Net Income Margin Justru mengalmi penurunan sebesar 4,64%. Pada tahun 2013, Financing To Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yakni menjadi 99,99% Sementara Non Performing Financing (NPF) mengalami penurunan sebesar 0,75. Akan tetapi jumlah Net Incoem Margin (NIM) justru tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 4,64%, dari tahun sebelumnya. Hal ini di indikasikan karena pada saat yang sama bank mengalami

8 dampak adanya pembiayaan yang terhambat atau pembiayaan macet yang meningkat di tahun 2013. Sementara hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang di tanggung pihak bank. Namun sebaiknya, jika risiko kredit yang di tanggung bank semakin tinggi, profitabilitas akan menurun (Nusantara,2009:11) Pada tahun 2014 Financing to Deposits Ratio (FDR). mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni menjadi 84,14%. Namun Non Performing Financing (NPF) mengalami kenaikan sebesar 4,85%. Hal ini di indikasikan bahwa pertumbuhan asset yang tinggi tidak di ikuti dengan peningkatan laba sebelum pajak. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi FDR akan semakin tinggi tingkat keuntungan perusahaan karena penempatan dana berupa pembiayaan yang di berikan semakin meningkat. Sehingga pendapatan bunga akan semakin meningkat pula. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah FDR akan semakin rendah tingkat keuntungan perusahaan karena peningktan dana berupa pembiayaan yang di salurkan semakin menurun, sehingga pendapatan keuntungan semakin menurun pula. Namun dalam hal ini justru tingkat tingkat pembiayaan bermasalah meningkat, di sisi lain penempatan Financing to Deposit Ratio (FDR) justru sedang dalam posisi rendah, hal ini berindikasi adanya kelemahan baik di bagian internal maupun ekternal terhadap pengawasan pembiayaan, yang berakibat pada meningkatnya jumlah Non Performing Financing (NPF) PT. Bank muamalat Indonesia,tbk. Untuk lebih jelas

9 tabel berikut akan memberikan gambaran tentang pertumbuhan dan perkembangannya. Grfik 1.2 Grafik perkembanagna FDR,NPF,dan NPM Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. 120 100 80 60 40 20 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 FDR NPF NPM Grafik di atas menjelaskan adanya perubahan pada laopran keuangan, terjadi kenaikan dan penurunan di setiap tahunnya. Garis merah menjelaskan mengenai Perubahan dan Financing to Deposit Ratio (FDR), sementara garis kuning menggambarkan perubahan pada Non Performing Financing (NPF) sementara pada garis hijau menggambarkan perubahan Net Profit Margin (NPM). Pada grafik tersebut di atas jelas bahwa penempatan modal atau rasio Financing to Deposit Ratio

10 (FRD) oleh PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk. Masih terlihat cukup besar, sementara penempatan pada Non Performing Financing (NPF) cenderung mengalami penurunan, sementara itu perolehan Net Profit Margin (NPM) mengalami penurunan pada tahun 2011,2012 dan 2013, namun cukup stabil naik di tahun 2014 dan 2015. Sehingga dari data uraian diatas maka penulis ingin mengangkat judul: Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Net Profit Margin (NPM) PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis berpendapat bahwa jika Bank Muamalat mampu mengelola Tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan baik maka hal ini akan bepengaruh terhadap Net Profit Margin (NPM) begitu halnya dengan Non Performing Financing (NPF) yang akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap Net Profit Margin (NPM). Sehingga dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah-masalah yang akan di teliti lebih jauh sebagai berikut : 1. Seberapa Besar Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Net Profit Margin (NPM) di PT. Bank Muamalat Indonesia? 2. Seberapa Besar Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Net Profit Margin (NPM) di PT. Bank Muamalat Indonesia?

11 3. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio ( FDR ) Non Performing Financing (NPF) Terhadap Net Profit Margin (NPM)PT. Bank Muamalat Indonesia? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian dalam hal ini di antaranya : 1. Mengetahui Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) di PT. Bank Muamalat Indonesia 2. Mengetahui perkembangan Non Performing Financing (NPF) di PT. Bank Muamalat Indonesia 3. Mengetahui besarnya pengaruh Financing to Deposit Ratio ( FDR ) Non Performing Financing (NPF) terhadap Net Profit Margin (NPM) di PT. Bank Muamalat Indonesia. D. Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini penulis mengharapkan mempunyai manfaat bagi pihak-pihak terkait yang akan menggunakannya baik itu secara teoritis maupun secara praktis, antara lain :

12 1. Secara Teoritis. Hasil penelitian ini di harapkan dapat menigkatkan pemahaman tentang pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Net Profit Margin (NPM) dalam bidang perbankan. Sehingga dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang ekonomi,perbankan, dan juga dalam mengelola manajemen perbankan syariah nantinya, sehingga dengan pemahaman ini akan mempermudah dalam mengambil suatu keputusan dalam perusahaan. 2. Secara Praktis. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baik kepada PT. Bank Muamalat Indonesia,tbk. Atau masyarakat umum yang selama ini belum memahami konsep Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Net Profit Margin (NPM). Sedangkan bagi bank dapat di jadikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan strategi lebih lanjut dalam rangka pengembangan perbankan syariah di Indonesia kedepannya. Sedangkan bagi para mahasiswa dosen dan akademisi akan menjadi rujukan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya, dan juga menjadi kajian dan wawasan ilmu baru dalam penelitian tentang tingkat profitabilitas bank syariah dan cara melakukan penelitiannya.