III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juli--Oktober 2011, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis sampel pakan dan feses dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam perencanaan penelitian ini adalah satu unit kandang dengan sistem koloni berkapasitas 4 ekor sapi dapat ukuran per unit kandang 150 x 90 cm, tempat ransum, tempat minum, timbangan ternak, timbangan duduk, timbangan digital, timbangan gantung, kandang jepit, selang penghisap cairan rumen, cawan conway, tabung tempat rumen, buret untuk titrasi, alat destilasi, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet, dan plastik.
25 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada perencanaan penelitian ini berupa 4 ekor sapi pedaging. Ransum yang digunakan terdiri atas onggok, bungkil kelapa, dedak padi, kulit kopi, urea, premix, mineral organik 0,5, 1, 1,5 ppm C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan 4 ekor sapi pedaging dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL), 4 perlakuan dan 4 ulangan, data yang diperoleh diuji dengan analysis of variance (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji Polinomial ortogonal untuk menetukan tingkat terbaik penggunaan mineral mikro organik. Perlakuan yang diujicobakan adalah: R0 : Ransum basal (20% hijauan + 80% konsentrat) R1 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr)* ½ kali. R2 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr)* 1 kali. R3 : Ransum basal + Mineral mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr)* 1½ kali. Ransum basal terdiri dari 20% hijauan + 80% konsentrat, dan Mineral Mikro organik (Zn, Cu, Se, dan Cr). Tabel 1. Dosis mineral mikro organik di dalam ransum perlakuan Dosis mineral Mineral mikro organik (ppm) Zn Cu Cr Se ½* 20 5 0,15 0,05 1* 40 10 0,30 0,10 1½* 60 15 0,35 0,15 Sumber : *National Reasearch Courcil/NRC (1998)
26 Tabel 2. Komposisi dan kandungan zat makanan ransum basal No Nama bahan Imbangan BK Abu PK LK SK BETN ---------------------------------------------(%)--------------------------------------------------- 1 Rumput 20 7,08 1,94 1,34 0,36 6,84 9,52 2 B. Kelapa 10 8,60 0,65 1,84 1,31 1,40 4,51 3 Dedak 10 9,24 1,04 1,58 0,98 1,92 4,48 4 Onggok 33 29,41 6,36 0,90 0,44 2,87 22,42 5 Kulit kopi 25 21,71 1,64 3,77 1,00 4,00 11,31 6 Urea 1 1,00 0,00 2,88 0,00 0,00 0,00 7 Premik 1 1,00 0,09 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 100 78,04 11,72 12,29 4,09 17,03 52,24 Sumber : Hasil Analisis di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Unila (2008) Tabel 3. Komposisi pakan penyusun ransum konsentrat No Nama bahan Imbangan (%) 1 B. Kelapa 12,50 2 Dedak 12,50 3 Onggok 41,25 4 Kulit kopi 31,25 5 Urea 1,25 6 Premik (%) 1,25 Jumlah 100 D. Peubah yang Diamati 1. Konsumsi ransum (g/kg BM) Konsumsi ransum berdasarkan bahan kering ransum per bobot metabolik (g/kg BM) ditentukan dengan menentukan konsumsi bahan kering ransum yang
27 merupakan selisih pemberian dan sisa pakan yang diberikan setiap hari dibagi dengan bobot tubuh ternak pangkat 0,75. 2. Kecernaan bahan kering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) Selisih zat-zat makanan yang terkandung dalam makanan yang dimakan dengan zat-zat makanan dalam feses adalah jumlah yang tinggal di dalam tubuh ternak atau jumlah zat makanan yang dicerna. Menurut Tillman, et al. (1991) kecernaan dihitung berdasarkan bahan kering dengan rumus : KCBK = BK yang dikonsumsi (g) - Jumlah BK dalam feses (g) Jumlah BK yang dikonsumsi (g) X 100 % KCBO = BO yang dikonsumsi (g) BO dalam feses (g) BO yang dikonsumsi (g) X 100 % Keterangan : KCBK : Koefisien cerna bahan kering KCBO : Koefisien cerna bahan organik BK BO : Bahan kering : Bahan organik E. Pelaksanaan penelitian 1. Persiapan Bahan Ransum Pembuatan mineral organik Pertama-tama siapkan timbangan, kemudian timbang sesuai ukuran pakan yang akan dicampurkan untuk membuat ransum basal 100 kg. Campurkan premik
28 1,25, urea 0,6, dedak 12,50 kg, bungkil kelapa 12,50 kg, kulit kopi 31,25 kg, onggok 41,25 kg dan aduk hingga semua bahan-bahan tersebut maka jadilah ransum basal yang diinginkan untuk pakan ternak sapi. Pembuatan mineral Zn, Cu, Se, dan Cr a. Zn-lysinat 2 Lys(HCl) 2 + ZnSO 4 Zn(Lys(HCl) 2 ) + SO 4 2- Campur lysin 43,823 gr lysin HCl yang dilarutkan dalam 100 ml air + ZnSO 4 16,139 gr yang dilarutkan dalam 100 ml air. b. Cu- lysinat 2 Lys(HCl) 2 + CuSO 4 Cu(Lys(HCl) 2 ) + SO 4 - Campur lysin 43,823 gr lysin HCl yang dilarutkan dalam 100 ml air + CuSO 4 15,995 gr yang dilarutkan dalam 100 ml air. c. Se- lysinat 2 Lys(HCl) 2 + NaSeO 3. 5H2O LysSO 3 + 2 NaCl Campur 0,8712 gr lysin (HCl) 2 yang dilarutkan dalam 100 ml air + 0,627 gr NaSeO 3 yang dilarutkan dalam 100 ml air. d. Cr-Lysinat 3 Lys(HCl)2 + CrCl3.6H2O Lys3Cr + H2O Campur 11,2 gr lysin (HCl)2 yang dilarutkan dalam 100 ml air + 0,5 gr CrCl3.6H2O yang dilarutkan dalam 100 ml air.
29 2. Persiapan penelitian pelaksanaan penelitian ini diawali dengan pembuatan, membersihkan kandang, peralatan dengan lingkungan, kemudian sapi ditimbangdan dimasukkan ke dalam kandang, serta diberi obat cacing dan vitamin B kompleks. Sebelum penelitian ini berlangsung, terlebih dahulu dilaksanakan masa pra penelitian yang bertujuan agar sapi yang akan digunakan dalam penelitian dapat beradaptasi dengan lingkunganya serta terbiasa mengonsumsi ransum penelitian akan diberikan. Setelah sapi melalui masa prelium, dilakukan penimbangan bobot badan sebagai bobot awal perlakuan dan penimbangan selanjutnya dilakukan 8 kali selama 96 hari. Setiap periode memiliki 3 tahap, yaitu 10 hari masa prelium, 7 hari perlakuan, dan 7 hari masa istirahat. Perolehan data untuk menginterpretasikan efisiensi konsumsi ransum dilakukan rekording harian konsumsi pakan selama penelitian berjalan yaitu dengan pencatatan dalam pemberian ransum dan sisa ransum sehingga ransum yang terkonsumsi dapat dihitung dan dapat disimpulkan 3. Prosedur soleksi sampel Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ransum dan sampel feses yang diperoleh selama 10 hari masa pengamatan dan 5 hari pengambilan data. Sampel feses yang dikoleksi sebanyak 10 %. Sampel ransum yang diambil sebanyak 100 g dari ransum yang diberikan ternak, kemudian ditimbang berat segar (BS) dan dijemur untuk mengetahui berat kering udara (BKU). BKU diperoleh dengan cara menjemur sampel dibawah sinar matahari
30 kemudian ditimbang. Sampel tersebut kemudian dianalisis kadar air (KA) dan bahan organik (BO) yang akan dilakukan di Laboratorium Peternakan, Universitas Lampung. 4. Prosedur analisis proksimat a. Kadar air Cawan porselin beserta tutupnya yang telah bersih dipanaskan ke dalam oven 105 o C selama kurang lebih 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (A). Sampel analisa dimasukkan ke dalam cawan porselin sebanyak ± 1 g dan kemudian dicatat bobotnya (B). Cawan porselin berisi sampel dipanaskan di dalam oven 105 o C selama kurang lebih 6 jam, kemudian cawan porselin berisi sampel analisis tersebut ditimbang (C), kemudian kadar air dihitung dengan rumus: ( B A) ( C A) KA x100% ( B A) Keterangan: KA : kadar air (%) A : bobot cawan porselin (g) B : bobot cawan porselin berisi sample sebelum dipanaskan (g) C : bobot cawan porselin berisi sample setelah dipanaskan (g) (Fathul, 1999)
31 b. Kadar abu/mineral Cawan porselin beserta tutupnya yang bersih dipanaskan di dalam oven dengan suhu 105 0 C selama 1 jam kemudian didinginkan dan ditimbang (A), Sampel analisis dimasukkan sebanyak 1 g dan bobot cawan porselin berisi sampel dicatat (B), Sampel diabukan di dalam tanur dengan suhu 600 0 C selama 2 jam, kemudian tanur dimatikan dan didiamkan selama sekitar 1 jam, Cawan porselin berisi sampel yang sudah diabukan didinginkan di dalam desikator sampai mencapai suhu kamar biasa, penutup cawan porselin dipasang dan ditimbang serta dicatat bobotnya (C), Kadar abu dihitung dengan rumus: ( C Kab ( B A) x100% A) Keterangan: Kab : kadar abu (%) A B C : bobot cawan porselin (g) : bobot cawan porselin berisi sample sebelum diabukan (g) : bobot cawan porselin berisi sample setelah diabukan (g) (Fathul, 1999)