BAB I PENDAHULUAN. juga akan mengalami perkembangan (Suwandi, 2008: 121). Hal ini dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

UNGKAPAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SUARA MERDEKA

ANALISIS PEMAKAIAN DISFEMIA PADA RUBRIK OPINI SURAT KABAR HARIAN JAWA POS EDISI BULAN JUNI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2000: ) yakni publisitas yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. bantuan orang lain dan harus menjalin kerja sama satu sama lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tidak hanya dalam hal kuantitas, tetapi juga kualitas. Berbicara mengenai

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi merupakan kegiatan sosial. Kegiatan sosial tentu ada norma dan

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, antara lain: untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Media massa adalah media atau medium, saluran, sarana, atau alat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

PEMAKAIAN DISFEMISME DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR SOLO POS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah

ANALISIS PENGGUNAAN DISFEMIA PADA RUBRIK GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eufemisme berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. Sistem pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari dua makna. Sebagian besar orang salah mengartikan apa yang

PEMAKAIAN DISFEMIA PADA OPINI POLITIK.COM DI INTERNET

PEMAKAIAN DISFEMISME DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR JOGLO SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. individu lain yang berasal dari daerah atau wilayah lain. Oleh karena itu, bahasa. Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Besar Bahasa Indonesia (2005: 88), bahasa ialah sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Komunikasi digunakan manusia untuk mengetahui

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA DALAM WACANA OLAHRAGA PADA KORAN TEMPO EDISI BULAN SEPTEMBER-OKTOBER 2013 : KAJIAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penulisan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Perubahan makna kasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Jurnalistik dalam bahasa Inggris disebut Journalistics yang secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Keraf (2001:1)

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari pembicaraan orang dan umumnya mengenai objek-objek dan kejadiankejadian.

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi.

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Media (pers) disebut sebagai the fourth estate (kekuatan keempat) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, tidak saja pada ahli bahasa tetapi juga ahli-ahli di bidang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

Terdapat gaya bahasa yang khas pada ragam jurnalistik di media massa, khususnya media massa olahraga. Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoal

BAB I PENDAHULUAN. ini bisa didapat di mana saja. Contoh kecil yang ditemui ialah membaca di media masa.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan peradaban dan kebudayaan serta satuan lambang bunyi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya untuk menjajakan barang dagangannya tetapi juga menyebarkan agama.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

Bahasa Indonesia UMB. Pilihan Kata (Diksi) Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRATIWI AMALLIYAH A

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa didalam proses perkembangannya, berkembang maju perlahan-lahan sebagaimana manusia berkembang (Ohoiwutun, 2007:16). Bahasa Indonesia menuju bahasa yang berkembang, kosakata mengalami perkembangan tidak hanya kuantitas, tetapi juga kualitas kata. Sedangkan, sejalan dengan sifat manusia yang dinamis, bahasa yang dimiliki dan dipergunakan masyarakat pemakainya untuk berkomunikasi dengan sesamanya juga akan mengalami perkembangan (Suwandi, 2008: 121). Hal ini dapat diartikan bahwa kata juga akan mengalami perkembangan dengan adanya penambahan kosa kata yang telah ada sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan masyarakat tersebut. Menurut Chaer (2007: 310-313), perubahan makna kata disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, perkembangan sosial budaya, perkembangan pemakaian kata, pertukaran tanggapan indra, dan adanya asosiasi. Hal itu oleh Aminuddin (2003:134) bahwa keberadaan makna dalam suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari kualitas pengalaman perkembangan ilmu pengetahuan, maupun tingkat sosial budaya 1

2 masyarakat pemakainya. Jadi perubahan makna suatu kata dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Chaer (2007: 314) dalam bukunya yang berjudul Lingusitik Umum membagi perubahan makna menjadi beberapa macam, yakni perubahan makna meluas, perubahan makna menyempit, dan perubahan makna total. Pembicaraan mengenai perubahan makna, biasanya dibicarakan juga usaha untuk menghaluskan atau mengasarkan ungkapan dengan menggunakan kosakata yang memiliki sifat itu. Usaha menghaluskan ini dikenal dengan nama eufemia atau eufemisme, sedangkan usaha untuk mengasarkan disebut dengan disfemia atau disfemisme. Pemakaian disfemisme sering ditemukan dalam artikel-artikel berita maupun opini di surat kabar. Presiden Habibie pada pidatonya dalam pembukaan Kongres Bahasa Indonesia 1998, mengakui bahwa pemakaian bahasa Indonesia saat ini cenderung mengarah ke bentuk pengasaran atau disfemisme (Alwi, 1998: 316). Ariatmi (dalam Alwi, 1998: 62) yang menyatakan bahwa bentuk pengasaran bahasa yang berkembang terlihat dalam pemakaian disfemisme di surat kabar. Contoh (1). Bentuk keberpihakan pemerintahan terhadap UKM hanya sekadar lips service para pejabat (Kompas, 21 Januari 2009). Frasa lips service pada kalimat di atas merupakan bentuk pemakaian disfemisme yang bersinonim dengan frasa omong kosong. Frasa omong kosong memiliki nilai rasa lebih netral dibandingkan dengan frasa lips service. Lips service memiliki nilai rasa porno atau vulgar karena menggambarkan tingkah laku porno.

3 (2). Kita bisa dan boleh memukulnya setelah playboy masuk ring. (Jawa Pos, 1 Februari 2008) Kalimat di atas mengandung bentuk disfemisme berupa ungkapan masuk ring yang bersinonim dengan kata kalah. Ungkapan masuk ring memiliki nilai rasa kasar daripada kalah yang lebih netral. Ungkapan masuk ring menggambarkan suatu tindakan yang dilakukan penjahat, perampok, dan sebagainya. Hakikat pemakaian disfemisme dalam surat kabar adalah upaya menggantikan kata yang bernilai rasa positif atau netral dengan kata lain yang dinilai bernilai rasa kasar atau negatif. Menurut Chaer (1994: 145), selain berfungsi untuk mengasarkan, disfemisme juga digunakan untuk memberi tekanan tetapi tanpa terasa kekasarannya. Chaer (2007: 315) menambahkan, disfemisme sengaja dilakukan untuk mencapai efek pembicaraan menjadi tegas. Hal ini secara otomatis akan mempengaruhi kelaziman pemakaian kata atau bentuk kebahasaan lainnya. Bentuk-bentuk kebahasaan tidak lazim dipakai dalam kesepakatan di dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan. Selain itu, pemakaian disfemisme mengakibatkan nilai rasa, seperti terasa menyeramkan, mengerikan, menakutkan, menjijikkan, dan menguatkan. Pendengar maupun pembaca menjadi lebih tertarik sehingga efek lebih tegas yang merupakan tujuan dari penulis berita berarti dapat tercapai. Tidak dapat dipungkiri, dengan semakin berkembang bisnis jurnalistik secara langsung akan membawa konsekuensi semakin gigihnya usaha berbagai media massa untuk menarik atau paling tidak berkembang jumlah pembaca atau pelanggannya. Salah satu upaya yang dilakukan berkembang pembacanya yaitu

4 dengan cara pemakaian gaya bahasa di dalam penuangan artikel-artikel berita sehingga berita terlihat lebih menarik untuk dibaca. Oleh karena itu, pemakaian disfemisme sebagai salah satu gaya bahasa sering ditemukan di dalam surat kabar. Sebagaimana dikutip dalam Fakhrurradzie (2004) bahwa pemakaian bahasa yang beragam memang menarik bagi siapa saja yang membacanya. Oleh karena itu, media di dalam proses penulisan fakta, selanjutnya akan memilih sudut pandang berita. Dalam pemilihan sudut pandang ini, media akan membahasakannya dengan beragam macam bahasa dan gaya bahasa, salah satunya dengan menggunakan disfemisme. Bahasa yang dipakai dalam media massa mencerminkanmasyarakat pemakainya. Leech (2003: 27) menyatakan bahwa bahasa mencerminkan perasaan pribadi penutur, termasuk sikapnya terhadap pendengarnya, atau sikapnya mengenai sesuatu yang dikatakannya. Surahmat (2010) menyataan bahwa gambaran bahasa yang digunakan media massa merupakan cerminan bahasa masyarakat sebab pemilihan bahasa media massa telah disesuaikan dengan tingkat keterbacaannya. Komunikasi antara media massa dan masyarakat akan berjalan sesuai tujuan pemberitaan jika kesamaan makna antara penulis dan pembaca berita terjadi. Masyarakat sebagai penerima berita berkepentingan untuk memperoleh informasi dengan cara memahami makna dan maksud yang terkandung dalam bahasa (kata-kata) yang digunakan untuk mempresentasikan informasi tersebut. Oleh karena itu, bentuk disfemisme yang berkembang di media massa saat ini mempunyai kaitan erat dengan perilaku ujaran masyarakat. Semakin besar porsi

5 disfemisme yang tampil di media massa semakin buruk pula perilaku berbahasa yang berkembang di masyarakat. Sebagai konsekuensi logis dari kasarnya bahasa, masyarakat akan terbiasa menggunakan kata istilah berdisfemisme. Masyarakat bertutur dengan bahasa yang lugas, namun mengabaikan etika dan sopan santun. Hal tersebut tentu saja sangat bertentangan dengan masyarakat Solo yang lekat dengan norma kesopanan dan tutur katanya yang halus. Mengingat disfemisme adalah bentuk pengasaran bahasa yang biasa dipakai untuk menghujat atau untuk mengeraskan makna, selayaknya pemakaian bahasa di dalam penyampaian makna dan nilai rasa dalam surat kabar mampu dikemas dalam bentuk yang tepat dan menarik. Dengan demikian, pemakaian bahasa disfemisme akan memotivasi masyarakat untuk membaca surat kabar. Masyarakat Jawa terkenal sopan santun dan halus. Hal tersebut tercermin dari tingkat tutur di dalam bahasa Jawa. Selain itu, dari uraian di atas telah diketahui bentuk disfemisme sering ditemukan dalam media massa terutama media cetak dan salah satu koran yang terbit di Solo adalah Solopos. Beranjak dari penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui apakah koran yang dikonsumsi mayoritas masyarakat Solo juga memuat disfemisme. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengkaji bentuk disfemisme dalam berita utama surat kabar Solopos. Pertimbangan penulis mengambil objek pada berita utama surat kabar Solopos dikarenakan bahasa dalam kolom berita utama yang terdapat di dalam headline berbeda dengan yang lainnya.

6 Berita utama dalam headline biasanya disajikan dengan bahasa yang menarik dan efektif, artinya bahasa yang digunakan mampu menggerakkan pikiran dan emosional pembaca sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama dengan apa yang dipikirkannya. Selain itu juga harian Solopos yang bersifat lokal yang terbit di kota Solo yang lekat masyarakat dengan kesantunan berbahasanya. Meskipun Solopos adalah surat kabar yang masih muda umurnya dan bersifat lokal, tetapi tetap menyajikan berita berskala lokal, regional, nasional, maupun internasional dengan berita yang hangat dan akurat yang semakin lama semakin diminati dan mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat Solo. Materi ini menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut. Berdasar latar belakang di atas, peneliti ingin mengkaji lebih mendalam penggunaan disfemisme dalam surat kabar terutama berita utama surat kabar Solopos. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan bagi guru maupun pihak yang terkait, terutama bagi diri penulis sendiri. Oleh karena itu, peneliti memilih dan menetapkan judul Pemakaian Disfemisme Dalam Berita Utama Surat Kabar Solo Pos. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada tiga masalah yang perlu di bahas. 1. Bagaimana bentuk disfemisme yang digunakan dalam berita utama surat kabar Solopos?

7 2. Bagaimana nilai rasa yang terkandung dalam pemakaian disfemisme dalam surat kabar utama surat kabar Solopos? 3. Bagaimana sinonim bentuk pemakaian disfemisme dalam berita utama surat kabar Solopos? C. Tujuan penelitian 1. Mendeskripsikan bentuk disfemisme yang digunakan dalam berita utama surat kabar Solopos. 2. Mendeskripsikan nilai rasa yang terkandung dalam pemakaian disfemisme dalam berita utama surat kabar Solopos. 3. Mendeskripsikan sinonim bentuk pemakaian disfemisme dalam berita utama surat kabar Solopos. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Menambah wawasan kepada pembaca pada umumnya dan komunitas linguistik pada khususnya mengenai pemakaian disfemisme dalam surat kabar. 2. Manfaat praktis a. Membantu guru dalam menjelaskan kepada siswa bentuk kebahasaan yang termasuk disfemisme dan yang bukan disfemisme.

8 b. Membantu guru dalam menjelaskan kepada siswa mengenai bentuk kebahasaan yang secara semantik tepat atau kurang tepat jika dikaitkan dengan konteks. c. Membantu guru untuk memilih bentuk kebahasaan yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara semantik. d. Membantu guru dalam menjelaskan nilai rasa yang terkandung dalam bentuk pemakaian disfemisme kepada peseta didik. e. Membantu penulis berita untuk menentukan bentuk disfemisme yang tepat sehingga berita yang disuguhkan mudah dipahami pembaca. f. Membantu pembaca menafsirkan dengan tepat makna yang terkandung dalam pemakaian disfemisme.