WALI NAGARI SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR PERATURAN NAGARI SUNGAYANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK

WALIKOTA PANGKALPINANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN.. TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

WALIKOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 32 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Re

- 1 - PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menetapkan 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fung

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 01 TAHUN 2014

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 59 TAHUN 2016

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

, No Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan (Be

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN BANTAENG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BELITUNG

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

TENTANG BUPATI WONOSOBO, Pelaksana Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Wonosobo;

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 12 TAHUN 2015

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 27 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 23 Tahun : 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

pengantar : Pelayanan Publik dan Standar Pelayanan Publik (SPP)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN BONDOWOSO

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 16

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NAGARI

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

BUPATI POLEWALI MANDAR

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN DAN NONPERIZINAN

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

Transkripsi:

WALI NAGARI SUNGAYANG KABUPATEN TANAH DATAR PERATURAN NAGARI SUNGAYANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI NAGARI SUNGAYANG Menimbang : a. Pemerintah Nagari Sungayang berkewajiban untuk melayani setiap masyarakat di wilayah Nagari Sungayang dalam memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik sebagaimana harapan dan tuntutan seluruh masyarakat. b. Bahwa untuk mewujudkan kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah Nagari Sungayang yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan publik yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap masyarakat dari penyalah gunaan wewenang di dalam menyelenggarakan layanan publik, maka diperlukan pengaturan yang selaras dengan peraturan perundang-undangan. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Nagari tentang Pelayanan Publik. Meningat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152). 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 75. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286). 3.Undang-Undang 1

3. Undang-Undang Nomor 25 Tanuh 2009 tentang Pelayanan Publik ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5038). 4. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pemerintah Nagari ( Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2001 Nomor 23 Seri D). 5. Keputusan Bupati Tanah Datar Nomor 5 Tahun 2002 tentang Cara Penuyusunan Peraturan Nagari. 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang_undang Nomor 12 Tahun 2008 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844). 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158. Tambahan Lembaran Negara Republiik Indonesia Nomor 4587). 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82. Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737). 9. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pokok Pemerintah Nagari (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 2). Dengan Persetujuan.. 2

DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA BADAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT NAGARI SUNGAYANG dan WALI NAGARI SUNGAYANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : Peraturan Nagari tentang Pelayanan Publik BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Nagari ini yang dimaksud dengan : 1. Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu berdasrkan filosofi adat Minang Kabau (Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullah) dan atau berdasrkan asal usul dan adat salingka Nagari (Nagari Sungayang). 2. Pemerintah Nagari adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Nagari dan Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Keasatuan Republik Indonesia (Pemerintah Nagari Sungayang). 3. Pemerintah Nagari adalah Wali Nagari dan Perangkat Nagari sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Nagari. 4. Wali Nagari adalah Wali Nagari Sungayang. 5. Jorong adalah bagian dari wilayah Nagari. 6. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari selanjutnya disebut BPRN adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Nagari sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Nagari. 7. Lembaga Kemasyarakatan Nagari adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan Mitra Pemerintah Nagari dalam memberdayakan masyarakat. 8. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan masyarakat atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggran pelayanan publik. 9.Penyelenggaraan.. 3

9. Penyelenggara pelayanan publik yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah setiap institusi penyelenggra pemerintahan daerah, koperasi serta independen yang dibentuk berdasrkan Peraturan Daerah untuk melaksanakan pelayanan publik. 10. Organisasi penyelenggra layanan publik yang selanjutnya disebut organisasi Penyelenggra adalah satuan kerja penyelenggra pelayanan publik yang berada di lingkungan Pemerintah Nagari Sungayang. 11. Pelaksana pelayanan publik yang selajutnya disebut sebagai Pelaksana adalah pejabat, pegawai dan setiap orang yang bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau rangkaian tindakan pelayanan publik. 12. Masyarakat adalah semua pihak, baik warga negara maupun masyarakat sebagai orang perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima mamfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 13. Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan publik dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. 14. Sanksi adalah Tanggungan (tindakan, hukuman) untuk memaksa orang menaati Peraturan. 15. Sanksi berupa Teguran Lisan, Teguran Tertulis, diberhentikan secara tidak hormat serta hilangnya hak serta kewajiban yang melekat padanya. 16. Pelayanan barang publik adalah adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang digunakan oleh masyarakat. 17. Pelayanan jasa publik adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. 18. Pelayanan administratif adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai macam bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat. BAB II MAKSUD, TUJUAN, ASAS, PRINSIP DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Maksud dan Tujuan Pasal 2 Peraturan Nagari tentang Pelayanan Publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan memperkuat komitmen antara penyelenggara, pelaksana dan masyarakat dalam kegiatan pelayanan publik, sebagai wujud dari pelaksana reformasi birokrasi. 4

Pasal 3 Tujuan Peraturan Nagari tentang Pelayanan Publik adalah : a. Terwujudnya sistem pengorganisasian pelayanan publik yang memenuhi standar pelayanan. b. Terwujudnya kepastian hukum tentang hak, kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab serta perlindungan terhadap seluruh pihak yang berkaitan dengan penyelenggraan pelayanan publik. Bagian Kedua Asas Pasal 4 Penyelenggaraan Pelayanan Publik berasaskan: a. kepentingan umum; b. kepastian hukum; c. kesamaan hak; d. keseimbangan hak dan kewajiban; e. keprofesionalan; f. partisipatif; g. persamaan perlakuan/non diskriminatif; h. transparansi; i. akuntabilitas; j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; k. ketepatan waktu; l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan; m.efisiensi dan efektivitas; n. konsistensi; o. keadilan; p. kecermatan; q. motivasi; r. tidak melampaui kewenangan; s. kewajaran dan kepatutan; t. perlindungan hukum; dan u. proporsional. 5

Bagian Ketiga Prinsip Pasal 5 Penyelenggaraan Pelayanan Publik dilakukan berdasarkan prinsip: a. kesederhanaan; b. kejelasan; c. kepastian waktu; d. akurasi; e. keamanan; f. tanggung jawab; g.kelengkapan sarana dan prasarana; h. kemudahan akses; i. kedisiplinan, kesopanan dan keramahan; dan j. kenyamanan. Bagian Keempat Ruang Lingkup Pasal 6 1. Ruang lingkup penyelenggaraan pelayanan publik terdiri atas : a. Ruang lingkup pelayanan. b. Ruang lingkup penyelenggara pelayanan. 2. Ruang lingkup pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, jaminan sosial, tempat tinggal dan sektor strategis lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan urusan Pemerintah Nagari. 3. Ruang lingkup penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi tindakan administratif pemerintah nagari yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 1. Pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) huruf a meliputi: a. Pelayanan barang publik. b. Pelayanan jasa publik. c. Pelayanan administratif. 6

2. Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. Pelayanan yang menghasilkan dan menyalurkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, sesuai kewenangan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Nagari berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dan penyelarasan Pelayanan Publik yang dilaksanakan oleh BUMD dan/atau BUM Nagari. b. Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh SKPD dan Nagari yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APBD dan/atau APB Nagari ; c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan Daerah dan/atau kekayaan Nagari yang dipisahkan; dan d. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari APBD dan/atau APB Nagari atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan Daerah dan/atau kekayaan Nagari yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi Daerah dan/atau Nagari, yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Pelayanan jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi: a. penyediaan jasa publik oleh Wali Nagari dan Perangkat Wali Nagari yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari APB Nagari; b. penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan Nagari yang dipisahkan; dan c. penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari APB Nagari atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan Nagari yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi Nagari yang ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. 4. Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda warga negara. 7

BAB III SISTEM PENGORGANISASIAN PELAYANAN PUBLIK Bagian Kesatu Pembina dan Penanggung Jawab Pelayanan Pasal 8 1. Guna menjamin kelancaran penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan Pembina dan Penanggung Jawab. 2. Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Wali Nagari. 3. Pembina melaksanakan tugas pembinaan, pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaan penanggung jawab atau penyelenggara. 4. Pembina wajib melaporkan hasil perkembangan kinerja pelayanan publik kepada BPRN. Pasal 9 1. Penanggung jawab adalah Sekretaris Nagari atau Pejabat yang ditunjuk oleh Wali Nagari. 2. Penanggung Jawab mempunyai tugas: a. Mengkoordinasikan kelancaran pelayanan publik sesuai dengan standar pelayanan pada setiap organisasi penyelenggara. b. Melakukan evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik. c. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Wali Nagari. Bagian Kedua Pengorganisasian Pelayanan Publik Pasal 10 1. Organisasi penyelenggara berkewajiban menyelenggarakan pelayanan publik dengan baik dan adil. 2. Penyelenggara pelayanan publik sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurangkurang meliputi : a. Teknis pelayanan. b. Penyelesaian pengaduan masyarakat. c. Pengawasan internal. d. Penyuluhan terhadap masyarakat. e. Pelayanan konsultasi. 3. Penyelenggara dan seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran dan kegagalan dalam penyelenggaraan pelayanan. 8

Bagian Ketiga Evalusi dan Pengelolaan Pelaksana Pelayanan Publik Pasal 11 1. Penyelenggara berkewajiban melaksanakan evaluasi terhadap kinerja pelaksana di lingkungan organisasi secara berkala dan berkelanjutan. 2. Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyelenggara berkewajiban untuk melakukan upaya peningkatan kapasitas pelaksana. 3. Evaluasi terhadap kinerja pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan indikator yang jelas dan terukur dengan memperhatikan perbaikan prosedur dan/atau penyempurnaan organisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB IV HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Hak, Kewajiban dan Larangan Bagi Penyelenggara Pasal 12 Penyelenggara berhak : a. Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan tugasnya. b. Melakukan kerja sama dalam pelayanan. c. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. d. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 Penyelenggara berkewajiban: a. Menyusun dan menetapakan standar pelayanan. b. Menempatkan pelaksana yang kompeten. c. Meyediakan sarana, prasarana dan/atau fasilitas pelayanan publik yang diperlukan. d. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tujuan dan standar pelayanan publik. e. Berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan publik di institusinya. 9

Pasal 14 Penyelenggara dilarang: a. Menghambat, menghindari dan menolak untuk melakukan pelayanan terhadap publik jika bertentangan dengan peraturan yang berlaku. b. Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak lain yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dan merugikan masyarakat selaku penerima layanan. c. Memberikan izin dan/atau membiarkan pihak lain menggunakan sarana, prasarana dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mengakibatkan sarana, prasarana dan/atau fasilitas pelayanan publik tidak berfungsi atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Bagian Kedua Hak, Kewajiban dan Larangan Bagi Pelaksana Pasal 15 Pelaksana berhak: a. Melaksanakan pelayanan tanpa dihambat oleh pihak lain yang bukan tugasnya. b. Melakukan kegiatan pelayanan sesuai penugasan dan standar pelayanan serta memperoleh istirahat diluar jam pelayanan. c. Melakukan pembelaan yang disampaikan kepada penyelenggara atau atasannya terhadap pengaduan dan tuntutan yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. d. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan perundangundangan yang berlaku. Pasal 16 Pelaksana berkewajiban: a. Melakukan pelayanan yang sesuai dengan standar pelayanan. b. Memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan penuh tanggung jawab, ramah, persuasif dan tidak diskriminatif. c. Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada penyelenggara atas pelaksanaan pelayanan yang dilakukan. d. Menindak lanjuti setiap pengaduan dari masyarakat sesuai dengan prosedur yang telah dilakukan. e. Disipilin dan penuh dedikasi dalam melaksakan tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana pelayanan publik. 10

f. Mematuhi dan melaksanakan seluruh perintah dan instruksi atasan selama perintah dan instruksi tersebut tidak bertentangan dengan perundangundangan yang berlaku. g. Menerima usulan perbaikan pelayanan dari masyarakat jika terjadi proses pelayanan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan. Pasal 17 Pelaksana dilarang: a. Menghambat, Menghindari, menolak melakukan pelayanan terhadap publik kecuali tidak sesuai dan tujuan dan standar pelayanan yang sudah ditetapkan. b. Melakukan pungutan dengan alasan apapun dalam melakukan pelayanan publik. c. Melakukan pelayanan secara diskriminatif dan tidak penuh tanggung jawab. d. Meninggalkan tugas dan kewajiban, kecuali atas izin penyelenggara. e. Membuat perjanjian kerjasama dengan pihak lain tanpa persetujuan penyelenggara. Bagian Ketiga Hak, Kewajiban dan Larangan Bagi Masyarakat Pasal 18 Masyarakat berhak: a. Memperoleh pemenuhan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tujuan dan standar pelayanan. b. Mengetahui kebenaran isi stanar pelayanan. c. Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan. d. Mendapatkan tanggapan atas setiap pengaduan yang diajukan. e. Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki setiap pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar pelayanan. f. Mengadukan kepada Penyelenggaran dan BPRN apabila pelayanan yang diberikan oleh Pelaksana tidak sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. Pasal 19 Masyarakat berkewajiban: a. Mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam standar pelayanan. b. Ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasaran dan/atau fasilitas pelayanan publik. 11

c. Berpartsipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Pasal 20 Masyarakat dilarang: a. Memaksa, menekan dan/atau mengancam baik fisik maupun psikis pelaksana pelayanan publik. b. Menggunakan dokumen atau pengakuan palsu atau yang bukan haknya dalam berhubungan dengan pelaksana pelayanan publik. c. Mempengaruhi dan/atau menggunakan tipu muslihat terhadap pelaksana pelayanan publik dalam melaksanakan tugasnya. d. Melakukan perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum dalam meminta pelayanan kepada pelaksana pelayanan publik. BAB V PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK Bagian Kesatu Standar Pelayanan Pasal 21 1. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan sesuai fungsi dan tugasnya dengan memperhatikan kemampuan organisasi penyelenggara, Kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan. 2. Dalam menyusun dan menetapkan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelenggara wajib mengikutsertakan masyarakat dan pihak terkait. 3. Pengikutsertaan masyarakat dan pihak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan prinsip non diskriminatif, terkait langsung dengan jenis pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah. Pasal 22 Komponen standar pelayanan sekurang-kurangnya meliputi : a. Jenis atau produk pelayanan. b. Dasar hukum. c. Persyaratan. d. Sistem, mekanisme dan prosedur. e. Jangka waktu penyelesaian. f. Sarana, prasarana dan/atau fasilitas. g. Kompetensi pelaksana. 12

h. Pengawasan internal. i. Penanganan pengaduan, saran dan masukan. j. Jaminan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan. k. Jaminan keamanan, keselamatan dan perlindungan terhadap pihak terkait dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya dan resiko keragu-raguan dalam penyelenggaraan pelayanan. l. Evaluasi kinerja pelaksana. Bagian Kedua Perilaku Pelaksana dalam Pelayanan Pasal 23 Pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku sebagai berikut: a. Adil dan tidak diskriminatif. b. Cermat. c. Santun dan ramah. d. Responsif dan tidak berlarut-larut. e. Profesional. f. Tidak mempersulit. g. Dapat mempertanggung jawabkan dan sesuai perosedur. h. Menjaga kerahasian informasi dan dokumen sesuai ketentuan. i. Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan. j. Tidak menyalahgunakan sarana, prasrana dan/atau fasilitas pelayanan publik. k. Tidak memberikan informasi yang menyesatkan. l. Tidak meyalahgunakan informasi, jabatan dan/atau kewenangan jabatan. Bagian Ketiga Sanksi Bagi Pelaksana Pelayanan Publik Pasal 24 Sanksi bagi pelaksana pelayanan publik yang berperilaku tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi : a. Mendapatkan teguran secara lisan dari Wali Nagari. b. Mendapatkan teguran secara tertulis dari Wali Nagari. c. Dikeluarkan secara tidak hormat. 13

BAB VI PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Nagari ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Wali Nagari. Pasal 26 Peraturan Nagari ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Nagari ini dengan penempatannya dalam Lembaran Nagari. Ditetapkan di : Sungayang Pada Tanggal : 28 Oktober 2016 WALI NAGARI SUNGAYANG Diundangkan di Sungayang Pada tanggal 28 Oktober 2016 SEKRETARIS NAGARI SUNGAYANG IZHAR RASYID MARTA ARIGO LEMBARAN NAGARI SUNGAYANG TAHUN 2016 NOMOR 6 14