digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara yang banyak memiliki bermacam-macam suku bangsa dengan keadaan adat yang berbeda-beda. Berbagai golongan masyarakat yang beraneka ragam dengan adat istiadat yang berlainan ini merupakan suatu hal yang menimbulkan konsekuensi berlakunya hukum yang beraneka ragam pula di dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Muhammad Daud Ali (1998:207-208) menegaskan bahwa keadaan masyarakat Indonesia yang majemuk sehingga menimbulkan sistem yang majemuk dikarenakan di tanah air kita berlaku berbagai sistem hukum yakni hukum adat, hukum islam, dan hukum barat (konstinental). Ketiga sistem hukum tersebut telah berlaku di Indonesia walaupun keadaan dan saat mulai berlakunya tidak sama Di dunia ini manusia mengalami tiga peristiwa yang penting dalam hidup yaitu saat dilahirkan, saat menikah, dan saat meninggal dunia. Pada saat manusia dilahirkan, tumbuh tugas baru di dalam keluarganya (Samosir, 2013:304). Kemudian setelah dewasa akan menikah dan bertemu dengan teman hidup dan akan membangun serta menunaikan dharma baktinya yaitu tetap berlangsungnya keturunan. Pada saat meninggal dunia peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat penting karena diliputi oleh suasana yang penuh rahasia dan menimbulkan rasa sedih. Pada saat setelah seseorang meninggal dunia, timbul permasalahan baru tentang apa yang ditinggalkannya yang bersifat kebendaan yang disebut harta warisan. Hukum waris menduduki tempat yang amat penting di dalam agama islam dan hukum waris ini pun tidak luput dari pengaruh perkembangan agama islam sekarang Di seluruh Indonesia, mungkin tidak ada masalah hukum yang lebih membingungkan daripada masalah waris. Masalah yang mudah sekali menimbulkan kekacauan dan perdebatan seru dikalangan para ahli hukum maupun aktivis politik. Banyak sekali bahan bacaan dan karangan yang 1
digilib.uns.ac.id 2 diterbitkan namun masih belum nampak ada kesimpulan yang menyeluruh dan belum pernah pula dicoba membuat Undang-Undang yang mengatur masalah waris untuk seluruh Indonesia. Hanya dalam Undang-Undang Agraria tahun 1960, ditemukan beberapa ketentuan yang menyangkut kewarisan, terutama dalam bentuk bahan penelitian dan administrasi. Persoalan umum yang menyangkut hukum waris di Indonesia, secara khusus menggambarkan kelemahan maupun kekuatan peradilan agama islam. Begitu pula problem kewarisan ini jelas sekali menunjukkan bagaimana hukum, kekuasaan ideologi, pertentangan sosial maupun pertentangan kelembagaan saling berkait tak terpisahkan. Oemar Salim (2000: 9) menyatakan bahwa : 1. Pada dasarnya hukum adat berlaku untuk orang indonesia asli di mana berbeda dari bermacam-macam daerah serta masih ada kaitannya dengan ketiga macam sifat kekeluargaan, yaitu sifat kebapakan, sifat keibuan, sifat kebapak-keibuan. 2. Peraturan warisan dari hukum agama islam mempunyai pengaruh yang mutlak bagi orang Indonesia asli di berbagai daerah. 3. Hukum warisan dari agama islam pada umumnya diberlakukan bagi orang-orang Arab. 4. Hukum warisan Burgerlijk Wetboek (buku II litel 12 sampai dengan 18 pasal-pasal 830 sampai dengan 1130) diberlakukan bagi orang-orang Thionghoa. Hukum waris di Indonesia terdiri dari tiga macam hukum yaitu hukum waris islam, hukum waris adat dan hukum waris menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Penggunaan hukum waris biasanya dilatarbelakangi dari agama masing-masing. Agama yang dianut masyarakat Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati adalah kemajemukan atau terdiri dari berbagai agama. Mayoritas adalah masyarakat beragama budha dan islam dan sebagian kecil umat nasrani (kristen). Berdasarkan peraturan negara pembagian harta warisan tentunya harus memakai hukum perdata. Tetapi mengingat kemajemukan agama, kemauan serta keyakinan masing-masing sudah jelas bahwa warga Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati banyak yang menggunakan hukum waris islam serta hukum waris adat. Berdasarkan ketiga hukum waris ini akan menimbulkan permasalahan baru mengingat perbedaan
digilib.uns.ac.id 3 jumlah yang akan diterima oleh masing-masing ahli waris dalam tiap hukum waris yang digunakan. Pembagian harta waris yang dirasa tidak adil oleh ahli waris sering memicu timbulnya konflik antar ahli waris. Di Desa Ngawen kecamatan Cluwak Kabupaten Pati, kasus perselisihan dalam pembagian harta warisan masih menjadi masalah yang sangat memprihatinkan. Hingga tahun 2013 ini, Desa Ngawen menempati peringkat pertama dari 21 Desa di Kecamatan Cluwak dalam sengketa pembagian harta waris dikalangan keluarga bahkan tak sedikit masalah itu memicu tindak kekerasan. Sengketa pembagian harta warisan di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati yang terjadi antara tahun 2012 sampai bulan Agustus 2013 sebanyak tujuh kasus. Dengan perincian kasus yang terjadi dengan perselisihan keluarga empat kasus, satu kasus dipersidangkan di Pengadilan Agama dan dua kasus yang dapat selesai dengan cara berdamai. Sedangkan untuk rincian masing-masing RW adalah sebagai berikut : 1). RW 1 sebanyak dua kasus, 2). RW 2 sebanyak tiga kasus, 3). RW 3 sebanyak satu kasus, dan 4). RW 4 sebanyak satu kasus. Masyarakat yang beranggapan bahwa pembagian harta waris sangat rumit dan seringkali menimbulkan kecemburuan sosial antar sanak keluarga akibat pembagian yang tidak adil membuat pengimplementasian hukum waris serasa kurang optimal karena banyak warga yang memilih menggunakan cara musyawarah saat melakukan pembagian harta warisan. Masyarakat banyak yang enggan menerapkan hukum waris dan lebih memilih menuruti kemauan serta kebiasaan yang dilakukan turun temurun oleh keluarganya. Untuk itulah diperlukan suatu keterampilan dalam tiap individu sebagai warga negara guna menyelesaikan suatu konflik yang ada. Civic participatory skill dapat disebut juga keterampilan partisipatif, keterampilan mempengaruhi dan memonitoring proses pengambilan keputusan, keterampilan memecahkan masalah sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerjasama dan mengelola konflik. Dalam definisi tersebut tersirat makna bahwa civic participatory skill memuat dasardasar perilaku masyarakat dalam mengaktualisasikan keterampilannya dalam berpartisipasi.
digilib.uns.ac.id 4 Keterampilan dalam berpartisipasi harus dimiliki oleh setiap warganegara, hal ini dikarenakan masyarakat hidup tidak hanya sendiri tetapi mereka secara sadar melakukan berbagai macam interaksi dengan orang lain guna mencapai kehidupan yang selaras. Dalam kehidupan bermasyarakat, bukan tidak mungkin jika dari interaksi tersebut menghasilkan kesepakatan tentang suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. Sebagai warga negara yang baik tentu suatu masyarakat ingin ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan yang dijalankan. Partisipasi inilah yang penting dilakukan oleh masyarakat, karena dengan kecakapan partisipasi tersebut akan mampu menimbulkan dampak positif bagi setiap individu dalam kesatuan masyarakat, salah satunya adalah mampu menumbuhkan percepatan pembangunan apabila seorang individu mau dan mampu berpartisipasi dalam proses pembangunan. Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa civic participatory skill sangat diperlukan dalam tiap individu guna menyelesaikan konflik termasuk permasalahan yang sering muncul dalam pembagian harta warisan. Kecakapan menyelesaikan masalah tidak pernah lepas dari kecakapan intelektual dimana pengetahuan kewarganegaraan berkaitan dengan kandungan atau isi apa saja yang seharusnya diketahui oleh warga negara. Pemahaman tentang hukum waris secara luas tentu dapat digunakan untuk membawa nilai keadilan pada tiap pembagian harta warisan Sesuai dengan judul skripsi ini, Nilai Keadilan Dalam Pembagian Harta Warisan Ditinjau Dari Perspektif Civic Participatory Skill (Studi di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati Jawa Tengah) maka di sini yang paling utama adalah di mana masyarakat Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati dapat memunculkan nilai keadilan dalam pelaksanaan pembagian harta warisan ditinjau dari perspektif civic participatory skill.
digilib.uns.ac.id 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi masyarakat di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati yang memiliki kemajemukan agama. Maka dalam pembagian harta warisan tentunya digunakan hukum waris yang berbeda pula. Berdasarkan hal-hal di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem hukum waris yang digunakan dalam pembagian harta warisan di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati? 2. Bagaimana bentuk nilai keadilan dalam pelaksanaan pembagian harta warisan ditinjau dari perspektif civic participatory skill di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penggunaan sistem hukum waris yang digunakan dalam pembagian harta waris di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. 2. Untuk mengidentifikasi nilai keadilan dalam pelaksanaan pembagian harta waris ditinjau dari perspektif civic participatory skill di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan ilmu khususnya bagi materi PKn yang diajarkan di sekolah yang ada kaitannya dengan masalah nilai keadilan dalam pembagian harta warisan ditinjau dari perspektif civic participatory skill 2. Manfaat Praktis a. Secara praktis penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam menangani masalah pembagian harta warisan di Desa Ngawen Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran alternatif bagi penanganan kasus pembagian harta warisan.