BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Setelah sampai tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memudahkan transportasi. Setelah sampai pada tujuan, kendaraan harus diparkir.

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Imam Baehaqi, dkk, 1990, Menggugat Hak: Panduan. Konsumen bila dirugikan, YLKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB DAN PERJANJIAN JUAL BELI. konsumen. Kebanyakan dari kasus-kasus yang ada saat ini, konsumen merupakan

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK KONSUMEN PENGGUNA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Pasar Tavip Kota Binjai)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Hukum Perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, (Diskusi Panel Bidang Kajian Pusat Studi Hukum UII,Yogyakarta, 23 Maret 2000), hlm 1-2.

BAB V PENUTUP. Dari apa diuraikan dalam bab-bab sebelumnya maka penulis dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. usaha jasa pencucian pakaian atau yang lebih dikenal dengan jasa laundry.

BAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi, baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin pesatnya perkembangan dunia bisnis. Tentunya proses yang berjalan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang industri. Hal ini didukung dengan tumbuhnya sektor

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

Oleh Ni Nyoman Ismayani I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMAKAI LAYANAN OPERATOR SELULAR TELKOMSEL CABANG PADANG. Oleh : FADLI ZAINI DALIMUNTHE BP :

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di indonesia, maka

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah-tengah perkembangan dunia usaha saat ini, tepatnya yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 4/Apr/2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN. dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho mendefinisikan bahwa : 29

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak berkembang usaha-usaha bisnis, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA BAKU DALAM KARCIS PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Kasus Dinas Perhubungan Kota Surakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB III PENUTUP. menarik kesimpulan bahwa Tanggung Jawab Pengelola Parkir Terhadap Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan. beragam,baikitukebutuhanprimer,kebutuhansekunder maupunkebutuhan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Transaksi perdagangan jarak jauh atau kegiatan bisnis online tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCANTUMAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan tempat yang dapat dipergunakan sebagai tempat berteduh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. setelah dikirim barang tersebut mengalami kerusakan. Kalimat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian berkembang sangat pesat. Hal ini ditunjukan dengan dibukanya berbagai pusat perbelanjaan di berbagai kawasan yang menawarkan fasilitas dan kebutuhan hidup yang menarik minat masyarakat selaku konsumen. Pusat perbelanjaan yang menjamur ini pun menyediakan fasilitas berupa penitipan kendaraan. Salah satu fasilitas yang disediakan oleh pengelola jasa adalah penitipan kendaraan, penitipan ini kemudian dikenal dengan istilah parkir oleh masyarakat. Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti membutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Setelah sampai tujuan kendaraan harus diparkirkan. Dengan demikian, pengemudi kendaraan pasti menggunakan jasa parkir. Menurut Pasal 1 Huruf (i) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir, yang dimaksud dengan parkir adalah memberhentikan dan menempatkan kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor dalam satu waktu tertentu ditempatkan parkir yang telah disediakan untuk itu.

2 Kebutuhan akan fasilitas perparkiran bagi kendaraan pribadi terus mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah kendaraan sehingga sarana parkir yang di sediakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta yang dalam pengelolaannya dilakukan oleh suatu badan usaha pengelola parkir swasta dapat menjanjikan pendapatan atau pemasukan tersendiri. Dalam lingkup usaha pengelolaan parkir ini terjadi hubungan baik antara pemilik lahan yang menyediakan area perparkiran (Pemilik Perparkiran) dengan badan pengelola parkir (Pengelola Perparkiran) maupun antara pengelola parkir dengan pengguna fasilitas parkir (Konsumen Parkir). Hubungan hukum antar pemilik dan pengelola parkir biasanya hubungan hukum dalam bentuk perjanjian kerjasama baik itu dalam bentuk Guaranteed Income atau Pendapatan Tetap Bulanan dimana pengelola parkir membayar suatu jumlah yang tetap setiap bulan untuk menyewa lahan parkir maupun dalam bentuk Management Fee atau Bagi Hasil Bulanan dimana pengelola mendapatkan persentase dari pendapatan bersih atau seperti yang diperjanjikan, dan juga Technical Assistance dimana pengelola perparkiran hanya membantu hal-hal teknis atau sebagai konsultan lapangan. 1 Sedangkan hubungan hukum antara pengelola dan konsumen parkir hingga saat ini masih terdapat perbedaan pendapat didalam masyarakat termasuk hlm. 5. 1 David M.L Tobing, Parkir dan Perlindungan Konsumen, Jakarta, Timpani Agung, 2007,

3 para praktisi hukum sehingga hal ini sangat berdampak pada kepastian perlindungan hukum terhadap konsumen parkir. 2 Namun demikian merupakan suatu keharusan bagi pengelola parkir untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen parkir dan kendaraannya sebagai timbal balik atas biaya tarif parkir yang telah ditetapkan kepada konsumen. 3 Hal ini yang membuat lahan parkir dapat dijadikan suatu bisnis yang menggiurkan, karena setiap orang memiliki kendaraan pasti memerlukan tempat parkir ditambah lagi peningkatan jumlah kendaraan di Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. PT. Sky Parking merupakan perusahaan operator lahan parkir, dengan mengutamakan profesionalisme dan kesempurnaan produk sehingga menghasilkan kualitas yang tidak tersaingi dari beragam aspek bisnis. Kami telah memupuk jaringan kerjasama yang kuat dan dinamis dengan mengoperasikan beraneka ragam sarana parkir seperti pusat-pusat perbelanjaan, perkantaroran, hotel, komplek, rumah sakit, mulai dari yang kecil hingga lokasi besar serta didukung oleh para staf yang handal dan efisien. Sky Parking telah dipercaya mengelola ±400 lokasi yang tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Untuk di medan Sky Parking mengelola sarana parkir di lippo mall sekitar bulan Juli 2016 dan di sun plaza ini sendiri awal bulan Agustus 2016. Kenyamanan dan keamanan bagi konsumen PT. Sky Parking yang merupakan faktor utama dalam pengoperasian lahan parkir. Rasa aman 2 Ibid. 3 Ibid, hlm. 6.

4 merupakan peran lebih dari sekedar kenyamanan, namun juga merupakan tanggung jawab moral demi mencapai standar pelayanan yang tertinggi. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern. PT. Sky Parking mengikuti perkembangan zaman dengan inovasi seperti sistem parkir otomatis, pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money), pemasangan cctv disetiap sudut parkir, mesin pengambilan tiket pada titik keluar-masuk kendaraan yang modern dan untuk menjaga kualitas terbaik, perusahaan tidak hanya melakukan pelatihan para pegawai yang dilakukan secara intensif dan berkala, namun juga memantau masukkan dari pengguna jasa perparkiran yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kenyamanan dan keamanan konsumen. Disamping menggiurkannya bisnis perparkiran, pada praktiknya perparkiran tidak terlepas dari masalah yang cukup serius bagi konsumen dan pengelola perparkiran. Konsumen pengguna jasa parkir kerap kali menjadi pihak yang dirugikan jika terjadi kehilangan atas kendaraannya maupun barang yang berada dalam kendaraannya maupun kerusakan-kerusakan yang terjadi selama waktu penitipan dalam tempat parkir. Dalam penyelesaian perselisihan, pengelola parkir biasanya merujuk pada klausula baku atau klausula eskonerasi dalam perjanjian parkir, yaitu membebaskan seseorang atau badan usaha dari suatu tuntutan atau tanggung jawab. Klausula eksonerasi ini dapat diartikan sebagai klausula pengecualian kewajiban/tanggung jawab dalam perjanjian. 4 4 www.hukumonline.com, Klausula Eksonerasi, diakses dari http://www.hukumonline. com/klinik/detail/lt4d089421ad0e/klausula-eksonerasi, diakses tanggal 28 Maret 2017.

5 Meskipun pencantuman klausula baku tersebut dilarang oleh Undang- Undang, akan tetapi Pemerintah Kota Medan melalui Walikota Medan dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan tetap mengeluarkan peraturan dalam bentuk Peraturan Derah yang mana pengelola perparkiran menjadikan Pasal 13 ayat (2) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002 Tentang Retribusi Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir menyatakan bahwa petugas parkir dibebaskan dari tuntutan hukum atas kerusakan, kehilangan kendaraan serta barang-barang didalamnya. 5 Dalam praktik umum ditemui pengelola perparkiran yang memasang tulisan, resiko atas segala kerusakan dan kehilangan atas kendaraan yang diparkirkan dan barang-barang didalamnya merupakan kewajiban pemilik kendaraan itu sendiri. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa pelaku usaha mengalihkan tanggung jawab yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya berpindah menjadi tanggung jawab konsumen. Dengan adanya pengaturan pembebasan tanggung jawab yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan sebagai alasan maka diizinkannya pencantuman klausula baku dalam perjanjian standar karcis parkir. 6 Ketidak pahaman masyarakat umum selaku konsumen parkir terhadap pencantuman klausula eksonerasi pada perjanjian baku yang dibuat secara sepihak oleh pengelola jasa perparkiran dalam karcis parkir yang umumnya berbunyi 5 Zaky Siraj Hasibuan, Tinjauan Yuridis Penggunaan Klausula Ekosnerasi Bagi Pengguna Jasa Perparkiran di Kota Medan, Skripsi, Medan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2012, hlm. 6. 6 Ibid.

6 segala bentuk kerusakan dan kehilangan barang dan/atau kendaraan bukanlah menjadi tanggung jawab pengelola parkir melainkan menjadi tanggung jawab pemilik masing-masing kendaraan, pencantuman baku tersebut dirasa sangat merugikan pihak konsumen parkir apabila benar-benar terjadi kehilangan terhadap kendaraanya. 7 Jika ada yang perlu dikhawatirkan dengan kehadiran perjanjian standar, tidak lain karena dicantumkannya klausula ekosnerasi (exemption clause) dalam perjanjian tersebut. Klausula eksonerasi atau klausula baku adalah klausula yang mengandung kondisi membatasi, atau bahkan menghapus sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada pihak produsen/penyalur produk (jual). 8 Sangat mungkin terjadi kehilangan atau kerusakan kendaraan tersebut berada saat kekuasaan pengelola perparkiran. Maka untuk memberikan perlindungan pada konsumen pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen atau perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha. 7 Ibid, hlm. 4. 8 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT Grasindo, 2006, hlm. 147.

7 Salah satu perlindungan yang diberikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah perlindungan terhadap klausula yang mengalihkan tanggung jawab pengelola perparkiran kepada konsumen. Dengan berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen, maka klausula baku tersebut dapat dibatasi pemberlakuannya. Kalaupun klausula baku tersebut dicantumkan, sesuai dengan isi Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dinyatakan batal demi hukum. Dalam praktik kegiatan usaha, klausula baku dibuat oleh pelaku usaha, sedangkan konsumen sebagai pihak lain yang mau tidak mau harus menyetujui perjanjian yang dimaksud pada karcis kendaraan bermotor yang dibuat oleh pengelola perparkiran seperti PT. Sky Parking. Perjanjian atau klausula baku merupakan perjanjian yang formatnya sudah dibuat oleh salah satu pihak yang lebih dominan dan pihak lain tinggal menyetujui saja. Dikatakan bersifat baku karena baik perjanjian maupun klausula tersebut tidak dapat dan tidak mungkin dinegosiasikan atau ditawar-tawar oleh pihak lainnya. 9 Dalam pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat 9 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta, PT Gramedia, Pustaka Utama, 2003, hlm. 53.

8 mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Maka dari ketentuan pasal tersebut pelaku usaha bertanggung jawab apabila produk yang dihasilkan atau diperdagangkan tersebut mengalami kerusakan, pencemaran, ataupun kerugian pada konsumen. Rijken mengatakan bahwa klausula eksonerasi atau baku adalah klausula yang dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum. 10 Dalam hal ini timbul ketidakadilan serta berpotensi merugikan konsumen. Dengan kehadiran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebenarnya potensi ketidakadilan yang dialami konsumen bisa diminimalisir. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, jenis klausula baku yang dilarang digunakan oleh pelaku usaha sebenarnya sudah sangat berpihak kepada konsumen. Dan konsekuensi jika berbagai klausula baku itu tidak berlaku lagi maka akan banyak hal yang dapat meringankan konsumen ketika mendapati perlakuan tidak adil dari pelaku usaha. Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang aman. Oleh karena itu, secara 10 Ibid.

9 mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang sifatnya universal juga. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan dengan kedudukan pengelola jasa yang relatif lebih kuat dalam banyak hal misalnya dari segi ekonomi maupun pengetahuan mengingat pengelola jasalah yang memproduksi barang atau jasa, sedangkan konsumen hanya menggunakan jasa yang telah tersedia, maka pembahasan perlindungan konsumen akan selalu terasa aktual dan selalu penting untuk dikaji ulang serta masalah perlindungan konsumen ini terjadi didalam kehidupan sehari-hari. 11 Lemahnya kedudukan konsumen memerlukan perlindungan hukum. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang telah dibuat dan disahkan memberikan perlindungan hukum bagi konsumen dengan mengatur hak dan kewajiban dalam hubungan hukum dan perilaku antara pengelola jasa dan pengguna jasa yang dipandang lebih adil, serta mengatur penyelesaian perselisihan antara pengelola jasa dan pengguna jasa diluar pengadilan yang dipandang lebih sederhana, cepat serta dengan biaya yang lebih ringan. Selain memuat hak dan kewajiban serta perintah dan larangan bagi konsumen dan pengelola jasa, juga memuat tentang bagaimana penegakan hukumnya apabila hak dan kewajiban produsen-konsumen serta perintah dan larangan bagi produsen tersebut dilanggar. Oleh karena itu keberadaan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menjadi suatu hal yang sangat strategis dan merupakan pijakan awal dalam mengupayakan penguatan posisi konsumen yang lemah. 2016, hlm. 5. 11 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika,

10 Faktor utama yang menjadi penyebab eksploitasi terhadap konsumen sering terjadi adalah masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen atas haknya. Oleh karena itu, keberadaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang bertujuan untuk membantu dan melindungi konsumen agar tidak dirugikan dalam mengkonsumsi barang dan jasa, belum sepenuhnya dapat membantu dan melindungi sebagaimana yang diharapkan. Dalam perlindungan konsumen yang diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), didalam pasal 1 ayat (1)yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalahsegala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.ditegaskan bahwa dengan adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Oleh karena itu, ketentuan yang memberikan perlindungan kepada konsumen juga harus diimbangi dengan ketentuan yang memberikan perlindungan kepada pengelola usaha. Kedudukan Konsumen dengan Pengelola Usaha harus setara berdasarkan asa kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1320 jo 1338 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Adanya klausula baku dianggap bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak dan perlindungan konsumen.

11 Konsumen merupakan bagian tak terpisahan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan pelaku usaha. 12 Undang-Undang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong usaha yang sehat serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada dengan menyediakan barang dan/jasa terutama jasa pengelolaan perparkiran yang berkualitas. Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan dan hilangnya kendaraan dalam areal parkir. Kerugian yang dialami konsumen harus dibuktikan secara benar dan pasti agar pelaku usaha dapat bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang diperbuatnya. Hal ini bukan untuk membuat para pelaku usaha menjadi rugi, melainkan menjadi motivasi untuk membuat pelayanan yang lebih baik lagi kepada konsumen yang menggunakan jasa pengelolaan parkir tersebut. Untuk mewujudkan perlindungan konsumen dan terselenggaranya layanan jasa perpakiran di Kota Medan yang aman serta terlindunginya kendaraan bermotor oleh pengelola perparkiran, maka cukup relevan apabila dikaji lebih mendalam mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan jasa perpakiran ini. Sehubungan latar belakang yang telah dituliskan, pada dasarnya permasalahan perpakiran yang terjadi antara konsumen dan pengelola perparkiran, satu sama lain diantara keduanya dapat memberikan rasa keadilan dan kenyaman pada konsumen maupun pengelola perparkiran. 12 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi konsumen Di Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hlm. 1.

12 Sehubungan dengan latar belakang yang penulis paparkan, penulis tertarik mengangkat judul Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Parkir Terhadahap Pencantuman Klausula Baku (Studi Kasus PT. Sky Parking). Sebagai suatu persyaratan untuk menjadi sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan hubungan hukum antara pengguna jasa dengan pihak pengelola perparkiran? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen pengguna jasa perparkiran yang kendaraannya rusak atau hilang? 3. Bagaimana penyelesaian sengketa akibat pencantuman klausula baku antara PT. Sky Parking dengan pengguna jasa perparkiran? C. Tujuan Penilitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum pengelola perparkiran dengan konsumen pengguna jasa. 2. Untuk mengetahui apakah PT. Sky Parking sudah memberikan perlindungan hukum sesuai dengan undang-undang perlindungan konsumen kepada konsumen.

13 3. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya penyelesaian sengketa yang diterapkan PT. Sky Parking dengan konsumen pengguna jasa perparkiran. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Manfaat pembahasan dalam masalah ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen terhadap pencantuman klausula baku yang dibuat oleh PT. Sky Parking. 2. Secara Praktis a. Memberikan penjelasan kepada PT. Sky Parking maupun kepada masyarakat untuk mengetahui hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing. b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai penambah wawasan bagi masyarakat dan PT. Sky Parking. E. Keaslian Penelitian Judul dari penulisan skripsi ini adalah mengenai Perlindungan Konsumen Pengguna Jasa Parkir Terhadap Pencantuman Klausula Baku (Studi Kasus PT. Sky Parking). Skripsi yang dibuat oleh penulis adalah murni hasil pemikiran dan penelitian dari penulis. Setelah diperiksa di perpustakaan Fakultas Hukum (USU), tidak ditemukan judul yang sama. Kalaupun ada terdapat judul skripsi yang terdahulu yang menyerupai yaitu berjudul Tinjauan Yuridis Penggunaan Klausula Eksonerasi Bagi Pengguna Jasa Perparkiran di Kota Medan. Akan tetapi yang menjadi pembahasan dan penelitian dari judul skripsi ini sangat berbeda dan tidak ada kesamaan mengenai

14 apa yang menjadi pembahasan utama dari skripsi ini. Dengan demikian maka keaslian penulisan skripsi dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian dalam penulisan skripsi ini merupan jenis penelitian gabungan yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum dengan cara mengkaji asas-asas hukum dan peraturan perundang-undangan. Penelitian hukum normatif mengkonsepsikan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan (law in books) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas. Sedangkan penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan empiris tentang hubungan hukum terhadap masyarakat, yang dilakukan dengan cara mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau yang sesuai dengan kehidupan yang nyata dalam masyarakat dan dihubungkan pada analisis terhadap peraturan perundangundangan. 13 2. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 2005, hlm 29. 13 Bambang Suggono, Metodologi Peneltian Hukum, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,

15 a. Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan, yang bersifat mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang, yaitu Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. b. Bahan hukum sekunder, bahan hukum yang menunjang bahan hukum primer seperti pendapat para ahli yang diambil dari berbagai buku. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Studi kepustakaan (Library research) yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan perlindungan hukum terdahadap konsumen terhadap pengiriman barang yang rusak dan hilang. b. Studi lapangan (Field reseacrh) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung turun kelapangan. Perolehan data ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pihak PT. Sky Parking di Medan sebagai perusahaan jasa perparkiran. 4. Analisis Data Analisi data yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode pendekatan kualitatif, karena tanpa menggunakan rumus statistik. Yaitu suatu analisis data yang secara jelas diuraikan ke dalam bentuk kalimat sehingga diperoleh gambaran dan maksud yang jelas yang berhubungan dengan skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis melakukan wawancara dengan pihak PT. Sky Parking di Medan.

16 G. Sistematika Penelitian Secara garis besar skripsi ini dibagi dalam 5 (lima) bab dan masingmasing bab dibagi lagi dalam beberapa sub bagian sesuai dengan kepentingan penulisan, yaitu: BAB I :PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan mengenai Latar Belakang Penulisan Skripsi, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslihan Penulisan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Yang didalamnya mengemukakan rumusan dan pengertian dari istilah yang terkait dengan judul untuk memberikan batasan dan pembahasan mengenai istilah-istilah tersebut sebagai gambaran umum dari skripsi ini. BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA Dalam bab ini mengajak pembaca untuk lebih mengerti dan memahami tinjauan umum tentang konsumen dan pelaku usaha, hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, dan asas-asas hukum perlindungan konsumen. BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN Didalam bab ini membahas pengertian dari klausula baku dalam perjanjian, akibat hukum dari klausula baku dan pengertian dari

17 perlindungan konsumen pengguna jasa dan pelaku usaha terhadap adanya perjanjian klausula baku. BAB IV :TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 (Studi Kasus Pada PT. Sky Parking) Didalam bab ini menguraikan secara jelas permasalahan mengenai hubungan hukum PT. Sky Parking dengan konsumen, perlindungan hukum terhadap konsumen yang kendaraannya rusak atau hilang dan penyelesaian sengketa akibat pencantuman klausula baku antara PT. Sky Parking dan konsumen pengguna jasa perparkiran. BAB V :PENUTUP Bab ini adalah bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran yang mungkin bergunan dan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.