Oleh: Widia Dian Retiza Mahasiswa DIV Kebidanan Ubudiyah Banda Aceh ABSTRAK Angka kejadian dispepsia dimasyarakat luas tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas di Amerika selama 6 bulan, tingkat keluhan dispepsia mencapai 48%. Dimana keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia muda yaitu remaja usia 4-7 tahun, remaja laki-laki 7% dan 6% pada remaja wanita. Pola makan yang tidak teratur dan stres umumnya menjadi penyebab paling sering timbul dispepsia pada remaja khususnya remaja perempuan. Penelitian analitik dengan desain crossectional Study. dengan jumlah populasi 70 orang. Pengambilan sampel secara systematic random sampling, dengan jumlah sampel 7 orang, Data akan Dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan pola makan dengan dispepsia sehingga Ha diterima dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan ada hubungan stres dengan dispepsia sehingga Ha diterima dengan nilai p=0,0 (p<0,05). Diharapkan kepada remaja untuk meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai dyspepsia dan cara diet siswa-siswi yang benar. ABSTRACT The number of dyspepsia in society is in high level. Based on research conducted in a community, in the US for 6 months, the rate of dyspeptic complains reached 48%. Adolescents are in the highest rate for this complains by age between 4 and 7 years (boys 7% and girls 6%). Generally, the dyspeptic case on adolescent is caused by irregular eating patterns and stress. In addition, most of them are girls. Design for this studiy is cross sectional analytic. Population of 70 students, There is a relationship between diet and dyspepsia, so Ha is received with a value of p = 0.000 (p <0.05) and there is a relationship between stress and dyspepsia, so Ha is received with a value of p = 0.0 (p <0.05). It is expected to adolescents to improve their knowledge, especially about dyspepsia and the right way of diet. PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk kumpulan/sindroma gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap disertai dengan keluhan seperti cepat kenyang, kembung, sendawa, anoreksia, rasa penuh pada perut saat makan, mual dan muntah (Djojoningrat, 00). Pengertian dispepsia secara singkat dikemukakan oleh Almatsier (004), dispepsia menunjukkan rasa nyeri tidak menyenangkan pada perut bagian atas. Data WHO (00), menunjukkan angka kejadian dispepsia diperkirakan antara -8% di negara barat. Di Inggris dan Skandinavia dilaporkan angka prevalensinya berkisar 7-4% tetapi hanya 0-0% yang mencari pertolongan medis. Di negara barat prevalensi yang dilaporkan 3% dan 4%. Sekitar 4% penderita berkunjung ke dokter, umumnya mempunyai keluhan dispepsia. Di daerah Asia Pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai prevalensinya sekitar 0-0%. Di Indonesia, dispepsia menempati urutan ke-5 dari 50 penyakit yang dengan pasien rawat inap terbanyak dengan proporsi,5% untuk kategori 5 jenis penyakit terbesar pada pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia pada tahun 03. Tahun 04, dispepsia menempati
urutan ke-0 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi,3% dan menempati urutan ke-35 dari daftar 50 penyebab penyakit yang menyebabkan kematian dengan prevalensi 0,6% (Depkes RI, 05). Pada survei nasional disebuah sekolah menengah atas ditemukan bahwa penyebab dispepsia pada remaja adalah 44% remaja perempuan dan 5% remaja laki-laki mencoba menurunkan berat badan dengan pola makan yang salah (Makmum, 007). Pola makan yang tidak teratur umumnya menjadi penyebab paling sering timbul dispepsia pada remaja khususnya remaja perempuan. Aktivitas yang tinggi baik kegiatan sekolah maupun diluar sekolah menyebabkan makan menjadi tidak teratur. Selain itu banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja yang mencoba melakukan diet (Makmum, 007). Sedangkan menurut Moehyi, S. (003), faktor psikis dan emosi dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi fungsi saluran cerna, mempengaruhi motilitas, vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri. Pasien sindrom dispepsia umumnya menderita ansietas, depresi dan neurotik lebih jelas di bandingkan orang normal. METODE PENELITIAN Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola makan, stres dan sindrom dispepsia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Datu Beru pada tanggal 4 s/d 6 Agustus 05. Populasi dan Berdasarkan wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 0 siswa/siswi di SMK Negeri Meulaboh, beberapa siswa diantaranya memiliki pola makan yang buruk, seperti ketidakteraturan makan, sering mengkonsumsi makanan pedas dan asam serta sering mengkonsumsi minuman seperti kopi, teh, minuman bersoda, dan diantara mereka mengatakan sering mengeluh sakit dibagian perut, nyeri ulu hati dan perasaan cepat kenyang. Tujuan Penelitian. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pola makan dan stres dengan kejadian sindrom dispepsia pada siswa/siswi kelas XI di SMK Negeri Meulaboh tahun 05.. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada siswa/siswi kelas XI di SMK Negeri Meulaboh tahun 05 b. Untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian sindrom dispepsia pada siswa/siswi kelas XI di SMK Negeri Meulaboh tahun 05. sampel dalam penelitian ini adalah siswasiswi SMK Negeri Meulaboh yang berjumlah 70 orang. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Data univariat dan bivariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan peringkasan data, sedangkan analisis bivariat dilakukan melalui komputer dengan uji Chi Square test
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat a. Dispepsia Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kejadian Sindrom Dispepsia Pada Siswa-Siswi di SMK Negeri Meulaboh Tahun 05. No Dispepsia Frekuensi % Ya 54 75 Tidak 8 5 Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa dari total 7 orang responden, yang mengalami sindrom dispepsia sebanyak 54 orang (75%), sedangkan yang tidak mengalami kejadian sindrom dispepsia sebesar 8 orang (5%). Artinya bahwa banyak ditemukan responden yang mengalami kejadian sindrom dispepsia pada siswa-siswi di SMK Negeri Meulaboh tahun 05. b. Pola Makan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pola Makan Siswa-Siswi di SMK Negeri Meulaboh Tahun 05. No Pola Makan Frekuensi % Teratur Tidak Teratur 37 35 5,4 48,6 Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa dari total 7 orang responden, yang memiliki pola makan teratur sebanyak 37 orang (5,4%), sedangkan yang memiliki pola makan tidak teratur sebesar 35 orang (48,6%). Artinya bahwa banyak ditemukan responden yang dengan pola makan yang teratur pada siswa-siswi di SMK Negeri Meulaboh tahun 05 c. Stres Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Stres Pada Siswa-Siswi di SMK Negeri Meulaboh Tahun 05. No Stres Frekuensi % Ya Tidak 8 44 38,9 6, Berdasarkan tabel 4.3 diketahui 44 orang (6,%). Artinya banyak ditemukan bahwa dari total 7 orang responden, yang mengalami stres sebanyak 8 orang (38,9%), siswa-siswi di SMK Negeri Meulaboh tahun 05 yang tidak mengalami stres. sedangkan yang tidak mengalami stres sebesar
Analisis Bivariat a. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia No Teratur Tabel 4.4 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Pada Siswa Siswi di SMK Negeri Meulaboh Tahun 05. Pola Makan Dispepsia Jumlah Ya Tidak f % f % f % Tidak Teratur 34 97,,9 35 00 P Value 0 54, 7 45,9 37 00 0,00 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 37 responden yang memiliki pola makan teratur terdapat 0 responden (54,%) yang mengalami kejadian sindrom dispepsia, sedangkan dari 35 responden yang memiliki pola makan tidak teratur terdapat 34 responden (97,%) yang mengalami sindrom dispepsia. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin teratur pola makan maka dapat menekan angka kejadian sindrom dispepsia, sedangkan semakin tidak teraturnya pola makan maka dapat meningkatkan angka kejadian sindrom dispepsia pada siswa dan siswi di SMK Negeri Meulaboh Tahun 05. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p value sebesar 0,000 yang artinya bahwa nilai p value tersebut lebih kecil dari nilai α. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pola makan dengan kejadian sindrom dispepsia (0,00 0,05). b. Hubungan Stres Dengan Kejadian Dispepsia. Tabel 4.5 Hubungan Stress Dengan Kejadian Sindrom Dispepsia Pada Siswa-Siswi SMK Negeri Meulaboh Tahun 05 No Ya Tidak Stres Dispepsia Ya Tidak Jumlah f % f % f % 6 9,9 7, 8 00 8 63,3 6 36,4 44 00 P Value 0,0 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 8 responden yang mengalami stres terdapat 6 responden (9,9%) yang mengalami kejadian sindrom dispepsia, sedangkan dari 44 responden yang tidak mengalami stres terdapat 8 responden (63,3%) yang mengalami sindrom dispepsia. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin stres maka dapat meningkatkan angka kejadian sindrom dispepsia, sedangkan semakin tidak stres maka dapat menekan angka kejadian sindrom dispepsia pada siswa dan siswi di SMK Negeri Meulaboh Tahun 05. Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi-square didapatkan nilai p
value sebesar 0,0 yang artinya bahwa nilai p value tersebut lebih kecil dari nilai α. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa ada PENUTUP Kesimpulan Saran a. Ada hubungan yang signifikan antara variabel pola makan dengan kejadian sisdrom dispepsia pada siswa-siswi di SMK Negeri Meulaboh tahun 05 (0,000 0,05). b. Ada hubungan yang signifikan antara variabel stres dengan kejadian sisdrom dispepsia pada siswa-siswi di SMK Negeri Meulaboh tahun 05 (0,0 0,05).. Saran Teoritis (Siswa-Siswi SMK Negeri Meulaboh) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada siswa-siswi SMK Negeri Meulaboh khususnya mengenai penyebab dan dampak dari sindrom dispepsia.. Saran Praktis a. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah setempat sehingga dapat membuat rencana penyuluhan yang didapat dilakukan dengan melakukan kerjasama bersama pusat pelayanan kesehatan setempat. b. Bagi Peneliti Selanjutnya hubungan yang signifikan antara variabel stres dengan kejadian sindrom dispepsia (0,00 0,05). Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian dengan judul sindrom dispepsia, menggunakan desain penelitian yang lebih baik, jumlah sampel yang lebih besar dan istrumen penelitian yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (003) prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Depkes, RI (05). Penderita Dispepsia Pada Remaja. http://www.depkes.go.id Djojoningrat, D. (007) Dispepsia Fungsional. Di dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. dan Setiadi, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Makmum, D. (007) Penyakit Refluks Gastroesofageal. Di dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M. dan Setiadi, S. Buu Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Moehyi, S. (003) Ilmu Gizi : Penangulangan Gizi Buruk. Jakarta: PT. Bharatara Niaga Media. WHO. (007) Scaling Up Prevention and Control of On Communicable Diaseases.