I. PENDAHULUAN. yang telah diatur di dalam undang-undang. Berdasarkan Undang-Undang. berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung,

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Azwar (1999:6) metode

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah suatu sarana yang berfungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

yang sangat prinsipiil, karena dalam pelaksanaan hak asasi merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Setelah adanya UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah,

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PP 33/1999, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

V. PENUTUP. seterusnya. Partai NasDem sebagai satu-satunya partai baru yang dinyatakan

UU 4/2000, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Lampiran : Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pekalongan Nomor : 274/ Tahun 2010 Tanggal : 20 September 2010

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

PARTISIPASI POLITIK PEMULA DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH MINAHASA TENGGARA (SUATU STUDI DI KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA) Oleh :

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

1. PENDAHULUNAN. Kedaulatan berada di tangan raknyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

Nuruddin Abdullah 1. Kata Kunci: status sosial ekonomi, sosialisasi politik, media massa, partisipasi politik masyarakat.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1999 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PEMILIHAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

RINGKASAN PUTUSAN.

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum, pada proses tersebut rakyat dilibatkan di dalam menentukan siapa yang berhak menjadi wakil rakyat dan pejabat pemerintah dengan tata cara dan prosedur yang telah diatur di dalam undang-undang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pemilihan umum selanjutnya disebut pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun1945. Selanjutnya Rudini (1991: 3) mengemukakan bahwa pemilihan umum adalah: Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi untuk membuat suatu sistem kekuasaan negara yang pada dasarnya lahir dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat, menurut sistem permusyawaratan dan perwakilan. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa pemilihan umum itu tiada lain sebagai alat atau sarana untuk mengembangkan demokrasi.

2 Tuntutan penyelenggaraan negara yang lebih berdemokrasi telah mengembangkan proses pemilihan umum menuju kepada proses pemilihan yang lebih baik lagi. Hal ini ditandai dengan diadakannya suatu pemilihan umum secara langsung baik dalam memilih wakil rakyat yang akan duduk diparlemen, pejabat daerah serta kepala negara. Sejalan dengan hal tersebut, maka segala bentuk partisipasi masyarakat untuk mensukseskan pemilihan umum menjadi suatu keharusan baik itu partisipasi dalam bentuk memilih dengan hati nurani ataupun dengan menjaga agar proses pemilihan berjalan dengan jujur dan adil sesuai dengan undang-undang. Proses ikut berpartisipasinya masyarakat secara kolektif pada pemilihan umum merupakan suatu bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh masyarakat. Seiring dengan perkembangan tersebut dibutuhkan partisipasi besar dari masyarakat agar pemilu bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan. Demokrasi di Indonesia memerlukan partisipasi politik, yang secara umum diartikan sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan ( public policy ) ( Miriam Budiharjo, 1998 : 1 ). Partisipasi politik menurut Nie dan Verba dalam Handbook of Political Science adalah : Kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka. Yang diteropong terutama adalah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk

3 mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah. Sekalipun fokus sebenarnya lebih luas tetapi abstrak, yaitu otoratif untuk masyarakat. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat memutuskan untuk memberikan patisipasi politik tentunya mempunyai tujuan tersendiri dan dengan cara mereka sendiri, sehingga menghasilkan sebuah keuntungan bagi mereka, yakni dengan cara memaksimalkan daya tawar mereka dalam menentukan calon yang mereka pilih yang memiliki muatan politik untuk memperjuangkan hak hak yang mereka punya dan yang seharusnya mereka dapatkan. Namun partisipasi politik bukan hanya dilihat dari berapa jumlah warga yang memberikan suara dalam Pemilu Legislatif, namun kita lihat juga bagaimana antusias warga menghadapai Pemilu Legislatif, siapa saja yang bersedia untuk menjadi petugas TPS, dan siapa saja yang aktif sebagai anggota partai politik dan menjadi juru kampanye, sehingga dari sana dapat digolongkan untuk beberapa kelompok atau intensitas partisipasi politik yang ada di dalam masyarakat. Misalnya ada yang masuk dalam tingkatan aktivis, partisipan, pengamat bahkan orang-orang apolitis. Menurut Lipset, dalam penelitian yang dilakukanya dalam partisipasi, menyatakan bahwa: Pendapatan, pendidikan, dan status merupakan faktor penting dalam proses partisipasi, atau dengan perkataan lain orang yang pendapatanya tinggi, pendidikan baik dan status social tinggi cenderung lebih banyak berpartisipasi daripada orang yang berpendapatan serta pendidikanya rendah (Miriam Budiharjo 1998:9). Berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa banyak faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat, sehingga

4 partisipasi politik antar individu dalam masyarakat itu berbeda. Faktor faktor tersebut memberikan sutau dimensi bagi setiap individu dalam masyarakat mengenai pandangnya terhadap cara partisipasi politik yang mereka gunakan. Salah satu hal yang mempengaruhi cara partisipasi politik yang digunakan masyarakat adalah pendidikan. Mengapa demikian, karena pendidikan membentuk suatu kesadaran politik dan dari kesadaran politik tersebut masyarakat menentukan cara partisipasi politik yang digunakan olehnya. Hal ini sejalan dengan apa yang diterangkan oleh Jefry M. Paige (www.mediaindo.co.id) yang memberikan dua indikator dalam menjelaskan intensitas atau cara partisipasi politik, yakni: Pertama, kesadaran politik yakni kesadaran seseorang akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang menyangkut pengetahuannya mengenai lingkungan masyarakat dan politik serta menyangkut minat dan perhatiannya terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia hidup. Kedua, kepercayaan politik yaitu penilaian seseorang terhadap pemerintah dan sistem politik yang ada, apakah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan yang diterima oleh masyarakat Indonesia cenderung rendah dan kalah jauh dengan pendidikan yang berasal dari Negara maju dan sudah tentu hal tersebut mempengaruhi intensitas partisipasi politiknya, dimana dengan pendidikan yang rendah yang diterima masyarakat sudah tentu penghasilannya juga rendah dan ini bisa dijadikan alat untuk memobilisasi suara mereka dalam pemilu dengan menggunakan uang untuk membeli suara mereka. Selain itu dengan pendidikan rendah, kadang suatu masyarakat menjadi kolot, dimana faktor kesukuan menjadi hal utama memilih calon dalam pemilu atau simbolisasi terhadap seseorang

5 menjadi penentu dalam melakukan partisipasi politik tanpa melihat kualitasnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan tingkatan pada jalur pendidikan formal, yakni pendidikan dasar (SD, SMP), pendidikan menengah (SMA), dan pendidikan tinggi(universitas/sederajat). Bila menghubungkan basic tingkat pendidikan yang diterima masyarakat dengan cara partisipasi politik yang digunakannya, tentu saja berpengaruh. Hal ini dapat terlihat dengan banyak yang bermata pencaharian rendah yang akibat dari rendahnya pendidikanya dapat dimonopoli suaranya dalam Pemilu. Seperti dengan adanya politik uang ataupun hal lain seperti bantuan sembako sehingga disini dapat terlihat cara partisipasi politik yang digunakanya termasuk dalam kontek partisipan namun dalam bentuk yang dimonopoli dan tidak otonom. Namun tidak semua yang yang berpendidikan rendah dapat dimonopoli dalam menggunakan hak pilihnya, banyak juga masyarakat yang berpendidikan rendah malah menjadi orang yang apolitis, dimana karena ketidak percayaan terhadap calon yang maju sebagai anggota parlemen, mereka memilih untuk golput. Berdasarkan pernyataan diatas mengenai pengaruh tingkat pendidikan terhadap intensitas partisipasi politik, dapat terjadi pada masyarakat di Kelurahan Yosorejo, hal ini disebabkan masyarakat setempat merupakan masyarakat urban yang mana berasal dari berbagai daerah yang pindah dan menetap di Kelurahan Yosorejo. Pada tingkat pendidikannya rata-rata SMA dan tidak sedikit mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Jika dilihat dari

6 tingkat pendidikan yang relatif tinggi, maka bisa diasumsikan bahwa masyarakat Kelurahan Yosorejo mempunyai pola pikir pengetahuan yang tinggi dengan mengetahui berita yang aktual mengenai politik dan pemerintahan sehingga bila diasumsikan partisipasi politik yang dilakukan mereka tinggi. Walaupun kenyataanya dalam pemilu Legislatif pada tahun 2009 yang lalu didapati jumlah golput Kelurahan Yosorejo terbesar dari seluruh Kelurahan di Kota Metro, yakni sebesar 30,01% atau sejumlah 1.474 orang dari total jumah pemilih tetap yang sebesar 4.896. Sehingga dapat menjadi menarik bila dilakukan penelitian untuk mencari signifikan atau tidak pengaruh tingkat pendidikan yang membentuk kesadaran politik terhadap intensitas partisipasi politik pada masyarakat Kelurahan Yosorejo dalam pemilu legislatif 2009.

7 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas penulis merumuskan sebuah permasalahan yang nantinya akan diteliti yaitu Seberapa besarkah pengaruh tingkat pendidikan terhadap intensitas partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kelurahan Yosorejo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan terhadap intensitas partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu Legislatif 2009 di Kelurahan Yosorejo. D. Kegunaan Penelitian Dengan diketahuinya tujuan penelitian ini, maka diharapkan penelitian ini akan berguna untuk: 1. Sebagai acuan Pemerintah dalam melihat suatu partisipasi politik masyarakat yang ditinjau dari tingkat pendidikan sehingga kedepannya sosialisasi politik dapat lebih intens dilakukan. 2. Sebagai acuan bagi partai politik untuk dapat melihat bahwa pedidikan mempunyai pengaruh dalam partisipasi politik masyarakat. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para calon legislatif daerah dalam merumuskan strategi pemenangan Pemilihan Legislatif dengan memperhatikan tingkat pendidikan sebagai salah satu faktornya.