BAB 3 METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

Perkembangan Jumlah Pegawai Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat Berdasarkan Status Kepegawaian Tahun Dinas Kehutanan Propinsi

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

4 Dinas Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi semakin pesat,

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

GUBERNUR SULAWESI UTARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

1 S A L I N A N. No. 150, 2016 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 150 TAHUN 2016 NOMOR 150 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R.

U R A I A N J A B A T A N

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD


GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. No. 48 Tahun 1988 tanggal 19 November Pembangunan Taman Hutan. Raya Bukit Barisan ini sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. suatu sistem, dimana bagian-bagian tugas negara diserahkan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 58 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.1/Menhut-II/2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN. NOMOR : SK.421/Menhut-II/2006. Tentang FOKUS-FOKUS KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 06/IV-SET/2014 TENTANG

PERMENLHK RI NO: P.12/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM NOMOR : P. 12/IV- SET/2011 TENTANG

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Tabel 40. Kedudukan, Tugas dan Fungsi dari Lembaga/Instansi dalam Kegiatan Pembangunan di Wilayah Kepulauan Seribu

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.62/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAGIAN KETIGA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN KONSERVASI DALAM RANGKA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

U R A I A N J A B A T A N

BAB I PENDAHULUAN. DINAS KEHUTANAN Bagian Pertama TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI Pasal 1

DIREKTORAT PJLKKHL-DITJEN PHKA KEMENTERIAN KEHUTANAN R.I.

URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM Nomor : P. 01/IV- SET/2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Taman Nasional. ORTA. Pelaksana. Teknis. Perubahan.

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan dan Pengawasan Sumber Daya Genetik serta Scientific Access bagi Peneliti Asing

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 3,200,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 25,835,766, BELANJA LANGSUNG 46,824,589,000.00

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

Lampiran 1. Analisis kesesuaian proses pelaporan keuangan dengan peraturan yang berlaku. Kondisi di BBKSDA Jawa Barat

Transkripsi:

22 BAB 3 METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode pencarian dan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan data apa adanya dan menjelaskan data atau kejadian dengan kalimat-kalimat penjelasan secara kualitatif dari sudut pandang peneliti; b. Penelitian lapangan (Field Research) yaitu melakukan penelitian langsung di lapangan pada instansi yang bersangkutan sehingga diperoleh data dan informasi yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pejabat yang berwenang yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Dari hasil wawancara, penulis akan memperoleh data mengenai gambaran umum, struktur organisasi, uraian tugas dan wewenang, serta kebijakan dan prosedur di dalam instansi khususnya menyangkut kegiatan pelaporan keuangan. c. Penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dengan cara membaca buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini diperlukan sebagai bahan panduan untuk melakukan penelitian di lapangan, sebagai pedoman yang dapat dipertanggungjawabkan dalam pembahasan masalah dan sebagai dasar perbandingan dengan praktek di lapangan. 3.2. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu UPT Departemen Kehutanan yang dalam pelaporan keuangan berfungsi sebagai Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) sekaligus sebagai Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) yaitu di Balai Besar KSDA Jawa Barat.

23 3.2.1. Visi dan Misi Balai Besar KSDA Jawa Barat Visi : Menjadikan Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai pengelola kawasan konservasi terbaik tahun 2012 Misi : a. Mengamankan dan melindungi kawasan konservasi di Jawa Barat dan Banten secara terpadu b. Mempelajari dan mempublikasikan kawasan konservasi di Jawa Barat dan Banten secara berkelanjutan c. Memanfaatkan secara lestari sumber daya alam hayati untuk kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat dan Banten 3.2.2. Tugas dan Fungsi Balai Besar KSDA Jawa Barat Balai Besar KSDA Jawa Barat merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) KSDA yang berada di bawah Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.02/Menhut-II/2007, UPT KSDA merupakan UPT kelas I dan bertugas menyelenggarakan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem (KSDAH dan E) dan mengelola kawasan Cagar Alam (CA), Suaka Margasatwa (SM), Taman Wisata Alam (TWA), Taman Buru (TB), koordinasi teknis pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) dan Hutan Lindung (HL) serta Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) di luar kawasan konservasi dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagaimana dimuat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.02/Menhut-II/2007 diwujudkan dalam fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan CA, SM, TWA, dan TB, serta konservasi TSL di dalam dan di luar kawasan konservasi

24 b. Pengelolaan kawasan CA, SM, TWA, dan TB, serta konservasi TSL di dalam dan di luar kawasan konservasi c. Koordinasi teknis pengelolaan Tahura dan HL d. Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan hutan, hasil hutan dan TSL di dalam dan di luar kawasan konservasi e. Pengendalian kebakaran hutan f. Promosi, informasi KSDAH dan E g. Pengembangan Bina Cinta Alam serta penyuluhan KSDAH dan E h. Kerjasama pengembangan KSDAH dan E serta pengembangan kemitraan i. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi j. Pengembangan pemanfaatan wisata alam dan jasa lingkungan k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga 3.2.3. Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jawa Barat Balai Besar KSDA Jawa Barat berlokasi di Bandung. dan termasuk kategori tipe A yang terdiri dari Bagian Tata Usaha; Bidang Teknis KSDA; Bidang KSDA Wilayah I; Bidang KSDA Wilayah II; Bidang KSDA Wilayah III; dan Kelompok Jabatan Fungsional. Bidang KSDA Wilayah pada Balai Besar KSDA tipe A terdiri dari enam Seksi Konservasi Wilayah (SKW). Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat, enam SKW dimaksud yaitu SKW I Serang, SKW II Bogor, SKW III Soreang, SKW IV Purwakarta, SKW V Garut, dan SKW VI Tasikmalaya.

25 Kepala Balai Besar KSDA Kepala Bagian Tata Usaha Kasubbag Umum Kasubbag Perencanaan & Kerjasama Kasubbag Data, Evaluasi Pelaporan, & Humas Teknis KSDA KSDA Wil. I (Bogor) KSDA Wil. II (Soreang) KSDA Wil. III (Ciamis) Kepala Seksi Perlindungan, pengawetan, perpetaan 3.3. Kepala Seksi Pemanfaatan 3.4. & Pelayanan 3.5. Kepala SKW I (Serang) Kepala SKW II (Bogor) Kepala SKW III (Soreang) Kepala SKW IV (Purwakarta) Kepala SKW V (Garut) Kepala SKW VI (Cirebon) Kelompok Fungsional (PEH dan Polhut) Gambar 3.1. Struktur organisasi Balai Besar KSDA Jawa Barat Sumber : Balai Besar KSDA Jawa Barat

26 3.2.4. Wilayah Balai Besar KSDA Jawa Barat Wilayah Balai Besar KSDA Jawa Barat secara administratif meliputi dua provinsi (Jawa Barat dan Banten) yang termasuk dalam 52 kawasan konservasi seluas 83.149,34 Ha yang terdiri dari Cagar Alam, Cagar Alam Laut, Suaka Margasatwa, Suaka Margasatwa Laut, Taman Wisata Alam, Taman Wisata Alam Laut, dan Taman Buru. Kawasan yang tidak termasuk dalam wilayah pemangkuan Balai Besar KSDA Jawa Barat adalah Tahura yaitu Tahura Ir. H. Juanda, Tahura Pancoran Mas, dan Tahura Gunung Palasari). Ketiga Tahura tersebut di bawah pengelolaan Dinas Kehutanan setempat namun tetap ada koordinasi teknis dengan Balai Besar KSDA Jawa Barat. 3.2.5. Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai Koordinator UPT Departemen Kehutanan Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.8/Menhut- II/2008 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2007 tentang Pelimpahan sebagian kewenangan Menteri Kehutanan sebagai pengguna anggaran/ barang di propinsi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis yang ditunjuk selaku koordinator, Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat ditunjuk sebagai koordinator bidang anggaran/ barang di provinsi Jawa Barat. Satker satker yang ada di bawah koordinasi Balai Besar KSDA Jawa Barat sebanyak 11 satker yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan (BPPK) Kadipaten, BPPK Bogor, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Cimanuk Citanduy, BPDAS Citarum Ciliwung, Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Jawa dan Madura, Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Besar Taman Nasional (TN) Gunung Gede Pangrango, Balai TN Gunung Halimun, Balai TN Gunung Ciremai, Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Ciamis, dan Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor.

27 Selanjutnya sebagai koordinator, dalam pelaporan keuangan juga difungsikan sebagai UAPPA-W Departemen Kehutanan Provinsi Jawa Barat. Tugas penanggung jawab UAPPA-W adalah menyelenggarakan akuntansi keuangan pada tingkat wilayah dengan fungsi sebagai berikut menyelenggarakan akuntansi keuangan, menyusun dan menyampaikan laporan keuangan secara berkala, dan memantau pelaksanaan akuntansi keuangan.