II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Berkelanjutan ( Sustainable Agriculture

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM USAHATANI PADI SEHAT (Suatu Perbandingan, Kasus : Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara sacara hayati. Daur ulang

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Tataniaga Kubis (Brasica Olereacea) Organik Bersertifikat Di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Baso Kabupaten Agam

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

Wawasan Lingkungan Hidup Dan Sustainable Agroecosystem FAKULTAS PETERNAKAN

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Padi 2.2. Kajian Empiris Usahatani Padi Sehat

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. biologi tanah untuk mengoptimalkan produksi tanaman (Budiasa, 2014). Pertanian

RISET STRATEGI UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA*) Syekhfani**)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK DENGAN PADI ANORGANIK (Kasus : Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat)

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengembangan pertanian organik. Menurut IFOAM (2008) prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak dibicarakan dan dianjurkan. Hal ini terjadi karena munculnya isu

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KENDALA DAN PELUANG DALAM PRODUKSI PERTANIAN ORGANIK DI INDONESIA *)

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

Mengenal Sistem Pangan Organik Indonesia

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Pengertian padi organik dan padi konvensional

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK HAYATI

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Good Agricultural Practices

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

I. PENDAHULUAN. saat Revolusi Hijau pada tahun 1980-an. Revolusi hijau merupakan teknik

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uji perbandingan. Komparasi juga merupakan salah satu metode penelitian yang

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. berkaitan dengan penelitian. Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

Transkripsi:

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Berkelanjutan (Sustainable Agriculture) Sistem pertanian ini mementingkan keberlanjutan berlangsungnya pola usahatani pada masa yang akan datang. Pertanian berkelanjutan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi perubahan kebutuhan manusia sambil mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dengan memperhatikan input-input pertanian yang ramah lingkungan menurut Reijntjes, et al 2004. Konsep model dari pertanian berkelanjutan terus berkembang saat ini. Menurut Fahmi, dkk (2004) penerapan konsep tersebut agar berkembang dan berbagai variasi sebutan seperti pertanian selaras alam, pertanian ramah lingkungan, pertanian pengendalian hama dan penyakit terpadu, pertanian organik dan berbagai sebutan lainnya. Gagasan pertanian berkelanjutan sendiri dikembangkan dalam rangka membangun kembali sistem pertanian yang mampu menjaga, memelihara dan melindungi keberlanjutan alam serta dalam rangka menegakkan kembali kedaulatan petani yang telah dihancurkan oleh pertanian modern (revolusi hijau). Reijntjes, et al (2004) menambahkan ada dua kekeliruan penilaian yang telah dilakukan sebelum pengenalan revolusi hijau sebagai berikut: 1. Tidak terduganya peningkatan harga pupuk kimia dan bahan baku minyak serta penurunan harga-harga di pasar dunia internasional sebagai akibat produksi biji-bijian yang berlebihan. Perubahan ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi ditingkat konsumen, sementara harga ditingkat produsen lebih rendah. Sehingga yang diuntungkan adalah ditingkat supplier pupuk buatan dan bahan bakar minyak. 2. Tidak terduganya ketergantungan yang semakin meningkat terhadap pestisida dan pupuk buatan. Input tersebut telah mencemari sungai dan air tanah dalam tingkat yang membahayakan. Sistem pertanian semakin berkembang dan modern dari waktu ke waktu, perubahan ini menandakan sesuatu yang mengarah pada teknologi biologis dalam mempertahankan alam sebagai ekosistem yang harus selalu dijaga. Teknologi memerlukan suatu input baik dari luar maupun dari dalam suatu sistem itu sendiri.

Dengan input tersebut suatu sistem teknologi dapat bergerak untuk mendorong dan meningkatkan kesejahteraan manusia sebagai penggerak sekaligus manager dalam siklus konsep sistem. Manajemen dalam input harus dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi masukan dapat mengeluarkan hasil yang optimal dan maksimal. Ada dua pengelolaan input yang menandakan sistem pertanian tersebut: 1. High External Input Agriculture (HEIA) HEIA merupakan sistem pertanian modern yang menggunakan input anorganik dengan jumlah atau sistem pertanian konvensional. Sistem ini mengkonsumsi sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui, seperti minyak bumi dan posfat dalam tingkat yang membahayakan. Sistem pertanian ini berorientasi pada pasar dan membutuhkan modal besar (Rejntjes, et al, 2004) 2. Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) Sistem pertanian LEISA adalah pertanian yang telah memperhatikan lingkungan dalam penggunaan input. Meskipun demikian, sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi modern, termasuk menggunakan benih hibrida berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan air, serta pengolahan tanah yang berasaskan konservasi (Sutanto, 2006). Sebagian besar input usahatani yang dimanfaatkan berasal dari lahan, desa, wilayah atau negara sendiri dan diupayakan tindakan yang tepat untuk menjamin dan menjaga keberlanjutan. Penerapan pertanian LEISA di beberapa daerah telah dilakukan pemerintah dengan cara mengurangi penggunaan input anorganik seperti urea, TSP dan KCL serta menambahkan bahan organik ke areal usahatani. Hasil produksi yang diperoleh dapat melebihi produksi pertanian modern. Pertanian padi ramah lingkungan metode budidaya padi sehat yang menjadi objek penelitian termasuk dalam konsep pertanian LEISA. 2.2. Pertanian Organik (Organic Agriculture) Pertanian organik di definisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM (International

Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversity, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini penggunaan GMOs (Genetically Modified Organisme) tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen 6. Padi organik adalah padi yang disahkan oleh sebuah badan independen, untuk ditanam dan diolah menurut standar organik yang ditetapkan. Belum ada satu definisi pun untuk organik, kebanyakan definisi memiliki elemen umum. Misalnya, organik sebagaimana digunakan pada kebanyakan tanaman sawah yang umumnya berarti bahwa: 1. Tidak ada pestisida dan pupuk dari bahan kimia sintetis atau buatan yang telah digunakan. 2. Kesuburan tanah dipelihara melalui proses alami seperti penanaman tumbuhan penutup dan/atau penggunaan pupuk kandang yang dikompos dan limbah tumbuhan. 3. Tanaman dirotasikan di sawah untuk menghindari penanaman tanaman yang sama dari tahun ke tahun di sawah yang sama. 4. Pergantian bentuk-bentuk bukan-kimia dari pengendalian hama digunakan untuk mengendalikan serangga, penyakit dan gulma, misalnya serangga yang bermanfaat untuk memangsa hama, jerami setengah busuk untuk menekan gulma, dan lain-lain. Pertanian organik menurut FAO (Food Association Organization) (1999), adalah suatu system manajemen yang holistic dalam mempromosikan dan meningkatkan pendekatan system pertanian ber-wawasan kesehatan lingkungan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Dalam pengertian ini ditekankan pada preferensi penerapan input of farm dalam manajemen dengan memperhatikan kondisi regional yang sesuai. 6 http://klipingut.wordpress.com/2007/12/16/mungkinkah-pertanian-organik-di-indonesia/ [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

2.2. Pertanian Konvensional Sistem pertanian tradisional, meskipun akrab lingkungan tetapi tidak mampu mengimbangi laju kebutuhan pangan dan sandang yang meningkat lebih tajam dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak temuan baru yang menggeser sistem tradisional menjadi sistem pertanian konvensional. Sistem pertanian konvensional telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara global, khususnya di bidang pertanian. Dibalik keberhasilan tersebut, sistem pertanian konvensional tidak terlepas dari resiko dampak negatif. Menurut Schaller (1993) dalam Winangun (2005) menyebutkan beberapa dampak negatif dari sistem pertanian konvensional, yaitu sebagai berikut: 1. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia sintesis dan sedimen. 2. Ancaman bahaya bagi kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida maupun bahan aditif pakan. 3. Pengaruh negatif aditif senyawa kimia sintesis tersebut pada mutu dan kesehatan pangan. 4. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). 5. Perusakan dan pembunuhan satwa liar, lebah madu, dan jasad berguna lainnya. 6. Peningkatan daya tahan organisme pengganggu terhadap pestisida. 7. Peningkatan daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik. 8. Ketergantungan yang semakin kuat terhadap sumber daya alam tidak terbaharui (non renewable nature resources). 9. Munculnya resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerjaan pertanian.

2.3. Beras Padi merupakan tanaman yang tumbuh di areal sawah, beras yang dihasilkan dari tanaman padi (Orzya sativa Sp) merupakan tanaman pangan yang dikonsumsi 90 persen penduduk Indonesia. Beras memiliki nilai gizi yang tinggi dan merupakan sumber energi dan protein bagi tubuh. Nilai gizi yang terkandung pada beras sangat di butuhkan karena tubuh memerlukan energi dan protein. Pengembangan komoditi beras merupakan sektor strategis yang sangat penting untuk kelangsungan rumah tangga petani dan tingkat nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani yang mengusahakan sawah untuk ditanami padi. Program diversifikasi pangan sudah dilakukan untuk penggantian alternatif konsumsi beras ke tanaman pangan lainnya, tetapi tingkat konsumsi beras rumah tangga tiap tahun meningkat. Ketahanan pangan di sektor ini harus segera diwujudkan untuk menciptakan tingkat stabilitas nasional dan mengatasi krisis pangan yang bisa terjadi setiap saat. 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai usahatani padi ramah lingkungan merupakan penelitian lanjutan mengenai komoditas padi. Penelitian mengenai komoditas ini telah banyak dilakukan, antara lain penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani, analisis tataniaga padi, namun penelitian mengenai padi sehat masih terbatas. Berikut ini akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu mengenai komoditas padi. 2.5.1. Analisis Usahatani Padi Rohmani (2000) menganalisis sistem usahatani padi organik. Perhitungan produktivitas menunjukkan bahwa produktivitas usahatani padi yang dilaksanakan secara organik lebih rendah bila dibandingkan padi yang dibudidayakan secara anorganik. Produktivitas padi yang diperoleh petani organik pemilik penggarap untuk Masa Tanam 1999/2000 adalah 4,79 ton per hektar dan penyakap sebesar 4,75 ton per hektar. Sedangkan produktivitas padi yang dibudidayakan secara anorganik/konvensional oleh petani lebih besar, untuk pemilik penggarap adalah 5,74 ton per hektar dan penyakap 5,71 ton per hektar.

Hasil pendapatan usahatani organik menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani organik lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh petani anorganik/konvensional pada masa tanam sama untuk karakteristik petani yang sama. Analisis kepekaan (sensitivity analysis) menunjukkan bahwa usahatani padi yang dilaksanakan secara organik tetap layak (nilai R/C lebih besar dari satu) bila harga pupuk kandang naik dari Rp 7500 per sak menjadi Rp 14000 per sak; demikian pula bila harga jual beras organik turun dari Rp 2400 per kg menjadi Rp 1500/kg. Bila harga pupuk kandang naik dan harga jual beras turun secara bersamaan seperti di atas, usahatani padi organik pemilik penggarap masih layak, tetapi tidak untuk penyakap. Nainggolan (2001) melakukan penelitian analisis usahatani padi organik dan anorganik di Kabupaten Karawang. Berdasarkan analisis pendapatan kotor dan pendapatan bersih petani organik lebih besar dibandingkan dengan petani anorganik. Jumlah produksi padi yang dihasilkan petani organik lebih besar daripada petani anorganik. Rata-rata produksi padi yang dihasilkan petani organik sebesar 4,9 ton per hektar, petani organik penggarap 5,1 ton per hektar. Sedangkan rata-rata produksi padi anorganik pada petani pemilik 4,4 ton per hektar dan penggarap 4,7 ton per hektar. Penggunaan pestisida kimia tidak mempengaruhi produksi padi, bahkan produksi padi dengan pestidia botanis lebih tinggi. Nilai R/C rasio dapat dilihat bahwa nilai R/C rasio usahatani padi organik lebih tinggi daripada nilai R/C rasio usahatani padi anorganik, maka penerimaan setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani organik lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh petani anorganik. 2.5.2. Analisis Adopsi Sistem Usahatani Herdiansyah (2005) menganalisis aspek ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi sistem usahatani padi organik. Hasil dari penelitian ini ternyata, produktivitas padi dengan sistem budidaya anorganik lebih tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas tanaman padi yang dihasilkan secara organik. Analisis pendapatan sistem usahatani padi anorganik lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem usahatani padi secara organik bagi petani pemilik penggarap. Bagi petani sakap dan lahan sewa sistem usahatani padi organik lebih

menguntungkan jika dibandingkan dengan sistem usahatani padi secara anorganik. Nilai R/C atas biaya total dan nilai Net B/C pada skenario I, II dan III didapat bahwa secara umum baik sistem usahatani padi organik maupun sistem usahatani padi anorganik tidak layak untuk dilanjutkan. Nilai R/C dan B/C yang kecil ( 1) dikarenakan tingkat harga output yang rendah sehingga penerimaan yang diperoleh petani padi kecil. Berdasarkan analisis Logistic Regression Model atau fungsi logit variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap kemauan petani dalam mengadopsi sistem usahatani padi organik terdiri atas variabel tingkat pendidikan dan variabel sumber informasi berpengaruh nyata pada taraf α 10 persen dengan arah positif. Variabel biaya pupuk dan jumlah tenaga kerja berpengaruh pada taraf nyata α 10 persen. Variabel lain yang diduga berpengaruh adalah umur, pengalaman bertani, dan jumlah tanggungan keluarga. 2.5.3. Analisis Tataniaga Padi Riyanto (2005) penelitian tentang analisis pendapatan usahatani dan pemasaran padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani kelompok I (luas lahan < 0,34 hektar), II (luas lahan 0,34 hektar), III (luas lahan > 0,34 hektar) bernilai positif dan lebih besar dari pendapatan biaya atas biaya totalnya. Nilai R/C rasio pada petani kelompok I adalah 1,81 atas biaya tunai dan 1,34 atas biaya total dan nilai tersebut lebih rendah dari nilai R/C rasio petani II dan petani III. Pola pemasaran yang terbentuk terdapat dua pola pemasaran I dan pola pemasaran II. Nilai marjin pada pola pemasaran I adalah nilai terbesar yaitu 582,50. Begitu juga dengan rasio antar biaya dan keuntungan. Hal ini membuktikan bahwa saluran pemasaran I lebih efisien daripada pola pemasaran yang paling banyak digunakan adalah pola pemasaran II yaitu sebesar 63,33 persen dari total petani. Namun marjin dan efisiensi pemasaran pola I memiliki nilai yang lebih besar. Jadi pemasaran I paling efisien dibandingkan dengan pola pemasaran II. Kusumah (2004) menganalisis perbandingan usahatani dan pemasaran antara padi organik dan anorganik. Diketahui bahwa R/C rasio yang diperoleh petani padi organik 1,95 lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi

anorganik, yaitu 2,23. Pola pemasaran padi organik terdiri dari empat pola pemasaran yaitu (1) petani pedagang pengecer pengumpul pedagang pengecer non lokal konsumen, nilai marjin sebesar 34,47 persen. (2) petani pedagang pengumpul konsumen, nilai marjin sebesar 30,66 persen. (3) petani pedagang pengumpul pedagang pengecer lokal konsumen, nilai marjin sebesar 34,90 persen. (4) petani pedagang pengecer lokal konsumen, nilai marjin sebesar 5,40 persen. Pola pemasaran padi anorganik terdiri dari empat pola pemasaran yaitu (1) petani pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen, nilai marjin sebesar 62, 50 persen. (2) petani pedagang pengumpul konsumen, nilai marjin sebesar 37,50 persen. (3) petani konsumen, nilai marjin sebesar 20,00 persen dan (4) petani pedagang pengecer konsumen, nilai marjin sebesar 40,00. Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata nilai total marjin pemasaran yang diperoleh pola pemasaran I dan II lebih besar dari pola pemasaran III dan IV padi organik, begitu pula jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik. Sedangkan untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi anorganik.