BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

PERNYATAAN SKRIPSI...

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

Teknik Bioenergi Dosen Pengampu: Dewi Maya Maharani. STP, M.Sc

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sampah merupakan salah satu permasalahan utama di Indonesia yang sampai saat ini

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

5/7/2015. Selulosa. Hemiselulosa (%) Lignin (%) (%) Serat kapas Btg kayu Bagase Jerami , ,8

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fosil (Meivina et al., 2004). Ditinjau secara global, total kebutuhan energi dunia

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

1.3 TUJUAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. bakar alternatif pengganti minyak bumi yang terbaru dan lebih ramah lingkungan. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan sumber bahan bakar fosil yang terus menipis mendorong para

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang dan Masalah. Kebutuhan energi makin lama makin meningkat. Peningkatan kebutuhan

PEMANFAATAN LIMBAH POD KAKAO UNTUK MENGHASILKAN ETANOL SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai industri seperti makanan, minuman, kosmetik, kimia dan

BAB I PENDAHULUAN. industri dan pengobatan (Moon dan Parulekar, 1993). merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan

POTENSI BAKTERI SELULOLITIK DALAM DEKOMPOSISI JERAMI PADI

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. yang tidak dapat diperbaharui) disebabkan oleh pertambahan penduduk dan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji Somogyi-Nelson pada substrat kulit buah kakao

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai kandungan protein dan kecernaan yang rendah. Limbah pertanian

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha

Aktivitas selulase isolat jamur dari limbah media tanam jamur merang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beberapa tahun terakhir ini Indonesia mengalami penurunan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) dibudidayakan lebih dari 15 juta ha lahan di

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

I. PENDAHULUAN. industri minyak bumi serta sebagai senyawa intermediet pada pembuatan bahan

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

BAB I PENDAHULUAN. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau

BAB I. PENDAHULUAN. bahan bakar fosil. Kebutuhan energi nasional ditopang minyak bumi sekitar 51,66%,

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi untuk beberapa abad ke depan, semakin meningkat

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR SELULOLITIK PADA LIMBAH PRODUKSI BIOETANOL DARI SINGKONG YANG BERPOTENSI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH MENJADI PAKAN DOMBA

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Produksi biofuel melalui fermentasi gula yang berasal dari biomassa lignoselulosa merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan, karena selain menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan, bahan yang digunakan pun sangat melimpah di alam. Glukosa merupakan gula monosakarida yang dihasilkan dari proses hidrolisis sempurna senyawa lignoselulosa, dan merupakan bahan utama pembuatan bioetanol. Namun potensi tersebut terkendala olah sifat dari lignoselulosa yang sulit didegradasi karena komponen utama penyusun lignoselulosa pada tanaman adalah struktur kristal dari selulosa (Koesnandar, 2008). Hidrolisis selulosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara kimia (asam) maupun enzimatis. Pada hidrolisis enzimatis dibutuhkan enzim selulase sebagai katalis. Menururt Sinatari (2003), enzim selulase mampu mengkatalis hidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik pada molekul selulosa sehingga menghasilkan glukosa. Penggunaan enzim selulase memberikan beberapa keuntungan dibandingkan dengan hidrolisis asam. Pada hidrolisis enzimatis tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, memberikan hasil yang lebih tinggi, dan dapat berlangsung pada suhu rendah (Taherzadeh dan Karimi, 2007). Enzim selulase telah dikenal sebagai enzim yang mampu menghidrolisis biomassa selulosa menjadi gula fermentasi. Namun, tingginya harga enzim selulase di pasaran menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi dalam proses hidrolisis selulosa. Menurut Hermiati et al. (2010), komponen biaya enzim selulase dapat mencapai 53-65% dari bahan kimia yang digunakan, dan biaya bahan kimia sekitar 30% dari biaya total. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang setiap tahunnya selalu menghasilkan berbagai jenis hasil pertanian seperti padi, jagung, tebu, dan lain sebagainya. Padi adalah satu dari berbagai hasil pertanian yang jumlahnya sangat melimpah. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2016, produksi padi pada tahun 2015 adalah sebanyak 75,36 juta ton dan mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebanyak 4,51 juta ton. Kenaikan

2 sebesar 2,31 juta ton terjadi di Pulau Jawa, sedangkan kenaikan 2,20 juta ton terjadi di luar Pulau Jawa. Dengan demikian produksi limbah pun mengalami peningkatan. Sejauh ini limbah jerami padi belum dimanfaatkan dengan maksimal, sebesar 30-39% dimanfaatkan sebagai pakan ternak, 7-16% untuk keperluan industri, sisanya digunakan sebagai pupuk dan dibakar (Rachmania & Lazuardi, 2009). Menurut Meryandini et al. (2009) mengungkapkan bahwa limbah jerami padi masih mengandung sebagian senyawa yang dapat dikonversikan menjadi produk yang bernilai ekonomi seperti digunakan sebagai medium pertumbuhan mikroba hingga pembuatan bioetanol. Senyawa tersebut adalah lignoselulosa yang terdiri dari tiga polimer, yaitu lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Namun untuk proses konversi, jerami padi memerlukan tahapan khusus terlebih dahulu. Tahapan tersebut antara lain treatment fisik, delignifikasi, hidrolisis, fermentasi, dan purifikasi (Rachmania & Lazuardi, 2009). Delignifikasi jerami padi dilakukan sebagai proses pembebasan lignin dari suatu senyawa kompleks. Proses ini penting dilakukan sebelum hidrolisis bahan selulotik, sebab lignin dapat menghambat penetrasi asam maupun enzim sebelum berlangsungnya hidrolisis. Produksi enzim selulase dapat dilakukan oleh kelompok bakteri, khamir maupun kapang (Imas, 2009). Kelompok mikroba yang digunakan dalam pembuatan enzim selulase merupakan mikroba yang menunjukkan adanya kemampuan aktivitas selulolitik pada proses fermentasi untuk menghasilkan gula (Chandel et al., 2007). Trichoderma reseei merupakan mikroba yang umum digunakan dalam produksi enzim selulase (Kodri et al., 2013). Selain itu juga diteliti jenis mikroba lain seperti Aspergillus niger (Julfana et al., 2013), Ganoderma lucidum (Basuni, 2008), Trichoderma viride (Tridasma, 2006), Penicillium nalgiovense (Nugraha, 2006), Aspergillus sp., Bulgaria sp., Chaetomium sp., Helotium sp., Myrothecium sp., Paecilomyces sp., Penicillium sp., Phanerochaeta sp., Poria sp., Rhizophus sp. (Irawan, 2008), Schizophyllium sp., Serpula sp., dan Trichoderma sp. (Gandjar, 2006). Sedangkan beberapa bakteri yang telah dikembangkan dalam produksi enzim selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus, Micrococcus,

3 dan Cellovibrio. (Sa adah et al., 2008). Mikroba-mikroba tersebut dapat diisolasi dari alam dan beberapa bagian tubuh makhluk hidup, salah satunya adalah usus rayap. Rayap telah diketahui mampu mendegradasi selulosa karena keberadaan mikroba selulotik di dalam ususnya. Mikroba tersebut mencakup bakteri, jamur dan protozoa. Mikroba selulolitik di dalam usus rayap merupakan organisme simbion yang berperan untuk mendegradasi selulosa dengan menghasilkan enzim selulase. Rayap mampu mendegradasi lignoselulosa lebih optimal dari proses degradasi organisme lainnya. Rayap merupakan organisme pertama yang mencerna lignoselulosa menjadi molekul yang lebih kecil sebelum organisme lain seperti cacing dan bakteri tanah yang berperan dalam memaksimalkan proses degradasi material organik menjadi unsur-unsur penyusun tanah. Lignoselulosa terdiri atas 20-50% selulosa, 15-35% hemiselulosa dan 18-35% lignin. Degradasi selulosa oleh rayap diperankan oleh enzim yang diproduksi oleh rayap itu sendiri dan mikroorganisme di dalam ususnya (Ni & Tokuda, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Purwadaria et al. (2003) telah berhasil mengisolasi beberapa species bakteri dan kapang yang berasal dari usus rayap, species bakteri yang diketahui yaitu Bacillus sp., Bacillus larvae, Bacillus coagulans, Pediococcus sp., dan Bacillus pumilus. Sedangkan untuk species kapang yaitu Aspergillus flavus dan Penicillium nalgiovense. Kemampuan bakteri dan kapang dalam menghasilkan enzim selulase dapat dibuktikan dengan menumbuhkan mikroorganisme tersebut pada media selektif yaitu media Carboxymethyl Cellulose (CMC). Adanya degradasi selulosa yang terdapat pada media CMC ditandai dengan terbentuknya zona bening disekitar koloni setelah diwarnai oleh pewarna Congo Red. Besarnya kemampuan mikroorganisme tersebut dalam mendegradasi selulosa dapat terlihat dari besar nilai aktivitas CMCase (aktivitas enzim). Nilai aktivitas CMCase kapang yang diteliti oleh Purwadaria et al., (2003) adalah 0,24 U/mL untuk Aspergillus flavus dan 0,13 U/mL untuk Penicillium nalgiovense, berada pada ph dan suhu optimum yaitu 5,2 dan 50 0 C.

4 Jenis jamur selulolitik telah dikenal lebih dari 10 species yang berbeda berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu. Numun, penelitian yang telah dilakukan Purwadaria et al. (2003), hanya ditemukan sebagian species jamur selulolitik di dalam usus rayap, sehingga kemungkinan besar ada speciesspecies jamur selulolitik lain yang belum ditemukan. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengisolasi jamur selulolitik dari usus rayap jenis Cryptotermes sp. yang memungkinkan ditemukannya jenis jamur selulolitik yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Enzim selulase ekstrak kasar yang dihasilkan jamur selulolitik kemudian dapat dimanfaatkan dalam proses hidrolisis serbuk jerami padi menjadi gula hidrolisat menggantikan enzim selulase yang beredar di pasaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana karakteristik isolat jamur selulolitik yang diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.) serta aktivitas enzim selulase dalam media serbuk jerami padi (Oryza sativa. Linn)? C. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: 1. Apa saja jenis jamur selulolitik yang diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.)? 2. Bagaimana kemampuan jamur selulolitik yang diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.) dalam menghasilkan enzim selulase? 3. Berapa ph optimum media untuk setiap isolat jamur dalam memproduksi enzim selulase? 4. Bagaimana aktivitas enzim selulase pada substrat serbuk jerami padi berdasarkan kadar gula yang dihasilkan? D. Batasan Masalah Agar permasalahan di dalam penelitian ini terfokuskan pada hal yang diharapkan, maka ruang lingkup batasan masalah meliputi:

5 1. Rayap yang digunakan dalam penelitian ini adalah rayap pekerja dari species Cryptotermes sp. yang diperoleh dari Desa Ciwaruga, Kabupaten Bandung Barat. 2. Substrat alam yang digunakan dalam penelitian ini adalah jerami padi yang diperoleh dari Desa Ciwaruga, Kabupaten Bandung Barat. 3. Mikroorganisme yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur selulolitik yang diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.). 4. Identifikasi jamur selulolitik dilakukan berdasarkan karakteristik secara makroskopik dan mikroskopik serta aktivitas biokimia. 5. Aktivitas selulolitik dilihat berdasarkan kadar gula hidrolisat yang dihasilkan dari proses hidrolisis serbuk jerami padi. E. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis jamur selulolitik yang diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.). 2. Mengetahui kemampuan jamur selulolitik yang diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.) dalam menghasilkan enzim selulase. 3. Mengetahui ph optimum media untuk setiap isolat jamur dalam memproduksi enzim selulase. 4. Mengetahui aktivitas enzim selulase pada substrat substrat jerami padi berdasarkan kadar gula yang dihasilkan. F. Manfaat Manfaat dari penelitian ini diharapkan: 1. Memberikan informasi mengenai species jamur selulolitik yang dapat diisolasi dari usus rayap (Cryptotermes sp.). 2. Menghasilkan enzim selulase ekstrak kasar yang dapat digunakan untuk menghidrolisis biomasa selulosa menggantikan enzim selulase yang beredar di pasaran. 3. Mengoptimalkan fungsi jerami pada sebagai limbah pertanian.

6 G. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan dalam skripsi ini mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2016. Adapun struktur organisasi dalam skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: Bab I merupakan bab awal dalam skripsi, pada bab ini, penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah yang menjadi landasan penulis untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya di dalam bab ini jga terdapat rumusan masalah, tujuan, serta manfaat dari penelitian ini. Bab II berisi tentang kajian literatur atau teori-teori yang berhubungan dan mendukung penelitian ini. Teori yang terdapat pada bab ini yaitu enzim selulase, jerami padi, tinjauan mengenai jamur, jamur selulolitik, kurva pertumbuhan, dan rayap. Selain itu pada bab ini terdapat juga beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab III merupakan bab yang menguraikan terkait metode yang digunakan serta alur penelitiannya. Dimulai dari jenis penelitian, populasi dan sampel yang digunakan, prosedur penelitian, serta analisis data. Bab IV membahas serta menganalisis tentang hasil temuan dari penelitian yang dilakukan. Pembahasan dihubungkan dengan teori-teori yang terdapat dalam bab II. adapun hal-hal yang dibahas dalam bab IV antara lain yaitu hasil isolasi dan identifikasi jamur selulolitik, gula pereduksi dan aktivitas enzim yang dihasilkan pada media serbuk jerami padi, dan hasil analisis data. Bab V merupakan bagian yang berisi simpulan dari hasil analisis data secara keseluruhan dan ringkas, selain itu terdapat implikasi penerapan hasil penelitian, serta rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.