STUDI SISTEM TUMPANGSARI JAGUNG (Zea mays L.) DAN BAWANG PREI (Allium porrum L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

STUDY OF BROCCOLI (Brassica oleracea L.) AND LEEK (Allium porrum L.) INTERCROPPING SYSTEM IN VARIOUS PLANT SPACING

PENGARUH WAKTU TANAM BAWANG PREI (Allium porum L.) PADA SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

GROWTH AND YIELD RESPONSE SWEET CORN (Zea mays L. saccharata) IN INTERCROPPING SYSTEM WITH MUNG BEAN (Vigna radiata L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

Pertumbuhan dan Hasil Dua Klon Ubijalar dalam Tumpang Sari dengan Jagung. Growth and Yield of Two Sweetpotato Clones in Intercropping with Maize

PRODUKSI TUMPANGSARI KACANG MERAH (VIGNA ANGULARIS) DAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI ATAP (ROOFTOP CULTURE) PENDAHULUAN

Diterima 09 Maret 2017/Disetujui 10 Juli 2017 ABSTRACT. Keywords : intercropping cabbage and chilli, land equivalent ratio and planting time ABSTRAK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

Jurnal Produksi Tanaman Vol. 4 No. 8, Desember 2016: ISSN: Bhakti Waluyo *), Ninuk Herlina dan Roedy Soelistyono

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

GROWTH AND YIELD OF BLACK SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr) SEED OF MALLIKA PLANTED BY INTERCROPPING WITH SWEET CORN (Zea mays Saccharata group)

RESPONS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea Mays L.) TERHADAP BEBERAPA PENGATURAN TANAM JAGUNG PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI

TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DENGAN BEBERAPA PENGATURAN WAKTU TANAM KACANG TANAH PADA SISTEM TUMPANGSARI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

UTILIZATION OF THERMAL UNIT FOR DETERMINING HARVEST TIME OF THE KAILAN (Brassica oleracea L. var. alboglabra) ON DIFFERENT ROW SPACES AND VARIETY

SKRIPSI HASIL KACANG TANAH

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

PEMANFAATAN TEPI BEDENGAN TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DENGAN BERBAGAI TANAMAN SELA DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DALAM TUMPANGSARI KACANG TANAH (Arachis hipogeae L.)

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

Jimy Eko Julianto. 1) Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno. 2) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2)

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENGARUH PEMBERIAN AIR DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK BIOURIN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG MANIS PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 2 SEPTEMBER 2009 ISSN

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

KAJIAN INTERSEPSI CAHAYA MATAHARI PADA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DIANTARA TANAMAN MELINJO MENGGUNAKAN JARAK TANAM BERBEDA

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TUMPANG SARI JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP WAKTU DAN POSISI PEMANGKASAN JAGUNG

THE EFFECT OF DAY HARVEST AND APLICATION DOSAGE OF POTASSIUM FERTILIZER ON GROWTH AND QUALITY OF SWEET CORN (Zea mays saccharata Sturt)

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH DAN JARAK TANAM PADA GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

EFFECT OF ORGANIK FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata) IN INTERCROPPING WITH KANGKUNG (Ipomea reptans)

PENGARUH JARAK TANAM DAN DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BIOAKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 20 ISSN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA DAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

KAJIAN PENAMBAHAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR PADA SISTEM TUMPANGSARI UBI JALAR-JAGUNG MANIS DI LAHAN BEKAS ALANG-ALANG

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 12, No. 2, Oktober 2013 PENGARUH JUMLAH BENIH PER LUBANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

PERTUMBUHAN DAN HASIL KUBIS (Brassica oleraceae L.) DALAM SISTEM TUMPANGSARI DENGAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

UJI EFISIENSI BUDI DAYA TUMPANGSARI TANAMAN KACANG BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) DENGAN SAWI PUTIH (Brassica juncea L.) PADA POLA TANAM YANG BERBEDA

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

Pengaruh Teknik Dan Dosis Pemberian Pupuk Organik Dari Sludge Bio- Digester Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

Peningkatan Produksi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Pada Berbagai Macam Pola Tanam dengan Jagung (Zea mays)

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

THE INFLUENCE OF COVER CROPS UTILIZATION OROK-OROK (CROTALARIA JUNCEA L.) TOWARD WEED CONTROL ON MAIZE (ZEA MAYS L.) IN RAIN SEASON ABSTRAK

PENGARUH VOLUME PEMBERIAN AIR DAN KONSENTRASI PUPUK DAUN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGREK Dendrobium undulatum

Intercropping System Between Soybean (Glycine max (L) Merrill) Genotypes with Sweet Corn (Zea mays Var.Saccharatasturt) Planted In Multi Rows

KAJIAN IKLIM MIKRO TERHADAP BERBAGAI SISTEM TANAM DAN POPULASI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.)

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

Transkripsi:

Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 5, Mei 2017: 748 755 ISSN: 2527-8452 748 STUDI SISTEM TUMPANGSARI JAGUNG (Zea mays L.) DAN BAWANG PREI (Allium porrum L.) PADA BERBAGAI JARAK TANAM STUDY ON INTERCROPPING SYSTEM OF MAIZE (Zea mays L.) AND LEEK (Allium porrum L.) AT DIFFERENT PLANTING DISTANCES Julian Pratama Hari Putra *), Karuniawan Puji Wicaksono dan Ninuk Herlina Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia *) E-mail : julianpratamahp@gmail.com ABSTRAK Sistem tanam tumpangsari adalah salah satu sistem tanam dimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh tanaman sela terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung pada jarak tanam yang berbeda dan menentukan nilai Nisbah Kesetaraan Lahan yang tertinggi pada pola tanam tumpangsari antara tanaman jagung dan bawang prei dibandingkan dengan pola tanam tumpangsari. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari sampai dengan Mei Tahun 2015 di Desa Dadaprejo dengan mengunakan metode penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm menunjukkan nilai Nisbah Kesetaraan Lahan 1,55. Pada perlakuan ini memberikan hasil yaitu 7,94 ton.ha -1 bobot kering tongkol jagung dan 1,6 ton.ha -1 bobot segar konsumsi bawang prei. Tumpangsari jagung dan bawang prei memiliki R/C Rasio 1.51-1.63 lebih rendah dibandingkan dengan monokultur jagung. Pada sistem monokultur jagung yang ditanam dengan jarak 60 cm x 30 cm memiliki nilai R/C Rasio tertinggi yaitu 2,52 yang artinya usaha tani tersebut paling menguntungkan. Kata kunci: jagung, bawang prei, jarak tanam, tumpangsari, nisbah kesetaraan lahan (NKL). ABSTRACT Intercropping system is one of the cropping system where there are two or more different types of crops are planted at the same time or different. The aim of the research was to study the effect of intercrops on the growth and yield of maize plant at different planting distances and determining the value of Land Equivalent Ratio of the highest on the pattern of intercropping among the maize and leek as compared to monoculture. Research was held in February to may 2015 at village of Dadaprejo with experimental design used was Randomize Block Design (RBD). The result showed maize and leek intercropping system with spacing of maize 60 cm x 50 cm shows the value of Land Equivalent Ratio (LER) 1,55. In this treatment gives the results 7,94 ton.ha -1 for cob dry of weight and 1,6 ton.ha -1 for consumption of fresh weight. Intercropping maize and leek has the R/C ratio is lower than the monoculture of corn. In the monocultures corn grown in a distance of 60 cm x 30 cm has a value of R/C ratio of 2.52, which means the highest agribusiness is advantageous Keywords: maize, leek, planting distance, intercropping, land equivalent ratio (LER).

749 Pratama, dkk, Studi Sistem Tumpangsari PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L.) dan bawang prei (Allium porrum L.) merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Seiring dengan kesadaran akan pentingnya pemenuhan gizi dan laju pertumbuhan masyarakat maka permintaan akan kedua komoditas tersebut terus meningkat, namun produktivitas dan kepemilikan lahan oleh petani semakin menurun. Alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut. Salah satu solusi permasalahan lahan pertanian tersebut adalah dengan menggunakan pola tanam tumpangsari. Ketika dua atau lebih jenis tanaman untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Hal yang perlu diperhatikan dalam tumpangsari adalah pengaturan jarak tanam. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu dengan ketinggian tempat ± 600 m dpl dan suhu rata-rata 26 o C. Penilitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2015. Alat yang digunakan meliputi : oven, timbangan analitik, kamera, alat alat per-tanian dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih Jagung Hibrida varietas Pertiwi-3, bibit Bawang prei varietas Blalo, pupuk kandang sebagai pupuk dasar, pupuk urea, pupuk SP36, dan pupuk KCl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 7 perlakuan dan setiap unit perlakuan diulang 4 kali, sehingga di peroleh 28 petak percobaan. tersebut ialah: P1 : Tumpangsari antara Jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 50 cm; P2 : Tumpangsari antara Jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 40 cm; P3 : Tumpangsari antara Jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 30 cm; P4 : Monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm; P5 : Monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm; P6 : Monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm dan P7 : Monokultur bawang prei dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm. Pengamatan non destruktif untuk tanaman jagung meliputi: tinggi tanaman, sedangkan pengamatan non destruktif untuk tanaman bawang prei meliputi:, panjang tanaman. Pengamatan hasil untuk tanaman jagung meliputi: diameter tongkol, bobot segar tongkol, bobot kering tongkol, bobot pipilan kering, bobot 1000 butir, sedangkan pengamatan hasil untuk tanaman bawang prei meliputi; bobot segar konsumsi dan bobot segar total tanaman, dan analisis pertumbuhan tanaman meliputi Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) dan Analisa Usahatani. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% utuk mengetahui pengaruh yang diberikan. Apabila beda nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman Jagung Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam pada tanam jagung dengan sistem tumpangsari dan monokultur memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman jagung pada semua umur pengamatan. Rata-rata tinggi tanaman jagung tumpangsari dan monokultur pada berbagai umur pengamatan disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan data rata-rata tinggi tanaman jagung dalam tumpangsari (Tabel 1) menunjukkan bahwa keberadaan tanaman bawang prei sebagai tanaman sela tidak mempengaruhi tinggi tanaman jagung pada sistem tumpangsari, sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman bawang prei semakin terhambat akibat pengaruh jarak tanam tanaman jagung yang berbeda. Selain Permansari dan Kastono (2012) menyatakan jagung yang ditanam secara tumpang sari menghasilkan luas daun yang tidak berbeda nyata dengan yang ditanam secara monokultur. Hal ini disebabkan juga oleh rendahnya persaingan atau kompetisi antara tanaman jagung dan kedelai pada awal pertumbuhannya untuk mendapatkan unsur hara, ruang tumbuh serta faktor lainnya. Tetapi pada parameter hasil ter-

750 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 5, Mei 2017, hlm. 748 755 dapat pengaruh yang nyata pada tanaman jagung. Secara umum, pada semua parameter pengamatan pertumbuhan tanaman jagung pada sistem tumpangsari dengan bawang prei tidak mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tanaman jagung monokultur. Jagung sebagai tanaman utama bersifat dominan dalam memanfaatkan faktor tumbuh dibandingkan dengan bawang prei. Dijelaskan oleh Karima et al., (2013), tidak berbedanya komponen pertumbuhan tanaman jagung menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung pada pola tumpangsari tidak terpengaruh oleh perlakuan. Jika dilihat bobot segar tongkol dengan kelobot,bobot segar tongkol tanpa kelobot, per petak (kg/ 5.4 m 2 ) (Tabel 2), perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm dan sistem monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm memiliki rata-rata tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan bobot kering tongkol tanpa kelobot dan bobot pipilan kering per petak (kg/ 5.4 m 2 ), perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm dan sistem monokultur jagung dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm memiliki rata-rata bobot kering tongkol tanpa kelobot per petak dan bobot pipilan kering tertinggi dibandingkan dengan per-lakuan lainnya. Tabel 1 Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) Jagung pada Berbagai Umur Pengamatan Jarak Tanam Jagung Umur Tanaman (Hari Setelah Tanam) 14 hst 28 hst 42 hst 56 hst P1 = TS 60 cm x 50 cm 22.56 70.74 135.96 155.20 P2 = TS 60 cm x 40 cm 20.66 65.30 131.75 158.71 P3 = TS 60 cm x 30 cm 23.36 61.45 132.14 161.99 P4 = MN 60 cm x 50 cm 18.74 59.38 125.21 153.18 P5 = MN 60 cm x 40 cm 19.20 62.80 129.93 155.43 P6 = MN 60 cm x 30 cm 19.41 65.79 137.00 153.14 BNT 5% tn tn tn tn Keterangan: TS = Tumpangsari Jagung dan Bawang Prei; MN = Monokultur Jagung; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata. Akibat Tabel 2 Rata- rata dan Bobot Kering Tanaman Jagung Akibat Jarak Tanam Jagung dengan Kelobot (g/tanaman) Komponen Hasil dengan Kelobot Tanpa Kelobot Bobot Kering tanpa Kelobot per petak P1 = TS 60 cm x 50 cm 515.99 b 9.00 ab 7.45 a 5.42 ab P2 = TS 60 cm x 40 cm 466.96 ab 10.31 b 9.13 b 7.09 c P3 = TS 60 cm x 30 cm 440.39 a 12.46 c 10.65 c 7.59 c P4 = MN 60 cm x 50 cm 487.09 ab 8.29 a 6.60 a 4.80 a P5 = MN 60 cm x 40 cm 458.76 ab 10.31 b 8.95 b 6.52 bc P6 = MN 60 cm x 30 cm 421.75 a 12.72 c 10.26 bc 7.54 c BNT 5% 70.51 1.56 1.35 1.13 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p= 0,05); TS = Tumpangsari Jagung dan Bawang Prei; MN = Monokultur Jagung.

751 Pratama, dkk, Studi Sistem Tumpangsari Tabel 3 Rata- rata Bobot Pipilan kering, Bobot 1000 Butir dan Diameter Tanaman Jagung Akibat Jarak Tanam Jagung tanpa Kelobot (ton/ha) Komponen Hasil Bobot Pipilan Kering per petak Bobot 1000 butir (g) Diameter tanpa Kelobot (cm) P1 = TS 60 cm x 50 cm 7.91 b 4.29 ab 373.75 5.93 P2 = TS 60 cm x 40 cm 10.25 d 5.49 c 382.38 5.74 P3 = TS 60 cm x 30 cm 10.60 d 5.73 c 370.63 5.56 P4 = MN 60 cm x 50 cm 6.63 a 3.61 a 359.38 5.75 P5 = MN 60 cm x 40 cm 9.46 c 5.08 bc 370.63 5.66 P6 = MN 60 cm x 30 cm 10.68 d 5.78 c 366.25 5.41 BNT 5% 0.67 1.10 tn tn Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p= 0,05); TS = Tumpangsari Jagung dan Bawang Prei; MN = Monokultur Jagung; tn = tidak nyata. Tanaman Bawang Prei Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam pada tanaman jagung memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter panjang tanaman bawang prei pada umur 42 hst dan 56 hst, tetapi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada umur 14 hst dan 28 hst. Ratarata panjang tanaman bawang prei pada berbagai umur pengamatan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada umur 42 hst, perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm dan sistem monokultur bawang prei 30 cm x 20 cm memiliki rata-rata panjang tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak ber-beda nyata dengan perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm. Sedangkan pada umur 56 hst, perlakuan penanaman dengan sistem monokultur bawang prei dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm memiliki rata-rata panjang tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada pengamatan bobot segar total tanaman, bobot segar konsumsi per rumpun, bobot segar konsumsi per petak dan bobot segar konsumsi per hektar, perlakuan penanaman dengan sistem monokultur bawang prei dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm memiliki rata-rata bobot segar total tanaman dan bobot segar konsumsi tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm untuk parameter bobot segar konsumsi per rumpun. Herlina et.al., (1996) menyatakan bahwa akibat penaungan yang berat pada tanaman sela menyebabkan pertumbuhan tidak sempurna, bentuk tanaman kurus jumlah daun yang dihasilkan sedikit sehingga mempengaruhi efisiesnsi intersepsi cahaya. Dan parameter jumlah anakan per rumpun, perlakuan penanaman dengan sistem monokultur bawang prei dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm memiliki jumlah anakan yang paling banyak dari pada sistem tumpangsari jagung dan bawang prei pada setiap perlakuan yang dicoba. Menurut Marpaung et al., (2013), jumlah anakan yang diamati berdasarkan luasan tertentu menunjukkan bahwa pada areal dengan kerapatan yang rendah jumlah anakan per tanaman semakin banyak, sedangkan pada areal dengan kerapatan yang tinggi jumlah anakan semakin rendah.

752 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 5, Mei 2017, hlm. 748 755 Analisis ragam bobot segar total tanaman dan bobot segar konsumsi menunjukkan bahwa perlakuan penanaman monokultur bawang prei dengan jarak tanam 30 cm x 20 cm mempunyai rata-rata bobot segar total tanaman dan bobot segar konsumsi lebih tinggi dan mem-berikan pengaruh yang nyata jika dibandingkan dengan perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari. Hal ini dikarenakan tanaman bawang prei mem-punyai ruang yang cukup untuk memanfaatkan cahaya matahari dan mendapatkan unsur hara lebih banyak sehingga memberikan pertumbuhan bagian atas dan bawah tanaman yang baik. Jika kondisi tanaman terlalu rapat dapat mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman dan hasil panen akibat menurunnya laju fotosintesis, oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimal (Mayadewi,2007). Pengaturan penanaman dalam sistem tumpangsari bertujuan untuk memberikan ruang yang lebih luas bagi tanaman sehingga pertumbuhan dan produksinya dapat berlangsung baik. Suwarto (2003) menyatakan bobot kering umbi per tanaman ubi kayu pada umur 4 dan 8 bulan setelah tanam (BST) menurun dari 1702,1 g menjadi 895,5 g dengan meningkatnya populasi jagung. Hal ini menunjukkan bahwa jagung memberikan kompetisi pada pertumbuhan ubikayu, terjadi kompetisi antarspesies pada tumpangsari ubi kayu dan jagung manis. Berdasarkan data bobot segar total tanaman bawang prei (Tabel 5), perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari memiliki bobot segar yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan monokultur. Hal ini dikarenakan terjadi penurunan intersepsi cahaya oleh tanaman bawang prei. Tanaman bawang prei termasuk tanaman yang peka terhadap naungan. Ashadi dan Arsyad (1997) menyatakan bahwa penurunan intensitas cahaya menjadi 40% mengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong dan kadar protein dari kedelai. Hal ini dikarenakan pada saat awal pertumbuhan tanaman bawang prei sudah mulai ternaungi oleh tajuk tanaman jagung. Energi yang diperlukan untuk pertumbuhan digunakan untuk merespon kekurangan cahaya dengan pemanjangan batang dan meningkatkan luas daun, sehingga dapat menangkap cahaya matahari lebih banyak. Kondisi demikian akan mempengaruhi fotosintat yang dihasilkan secra langsung berpengaruh pada bobot segar tanaman bawang prei. Buhaira (2007) menyatakan bahwa pola tanam tumpangsari kacang tanah dan jagung, tinggi tanaman kacang tanah melebihi tinggi tanaman yang ditanam secara monokultur (rata-rata 68 cm). Hal ini dikarenakan dalam penanaman tumpangsari tanaman yang mengalami naungan akan memberikan respon memperbesar luas daun dan batang lebih tinggi (etiolasi). Maskyadji (2007) mengemukakan bahwa pada penerapan pola tumpangsari kacang komak dan jagung menyebabkan terjadinya peningkatan panjang tanaman 45.43 % dan luas daun 64.64 % dibandingkan dengan penanaman tanaman kacang komak secara monokultur, namun laju pertumbuhan tanaman (CGR) dan berat kering tanaman yang rendah serta diameter batang kacang komak lebih kecil. Tajuk tanaman jagung yang cukup lebar menaungi tanaman bawang prei sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya matahari yang akan menghambat proses fotosintesis. Islami (1999) menyatakan bahwa suatu tanaman yang ternaungi, maka intensitas cahaya yang diterima akan berkurang sehingga menyebabkan fotosintesis tidak berlangsung maksimal. Tumpang Sari dan Nisbah Keseteraan Lahan (NKL) Nisbah Kesetaraan Lahan merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang ditanami dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari akan lebih menguntungkan apabila memiliki nilai Nisbah Kesetaraan Lahan lebih besar dari satu. Nilai Nisbah Kesetaraan lahan pada berbagai perlakuan jarak tanam jagung disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan penanaman dengan sistem tumpangsari antara jagung dan bawang prei mampu meningkatkan produktivitas lahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NKL pada semua

753 Pratama, dkk, Studi Sistem Tumpangsari perlakuan lebih besar dari satu (NKL > 1). Nilai NKL berdasarkan bobot konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan jagung tumpangsari dengan bawang prei dengan perlakuan jarak tanam 60 cm x 50 cm (P1), yaitu sebesar 1.55. Pada sistem tumpangsari jagung dan bawang prei, secara statistik hasil tanaman jagung yang berupa bobot pipilan kering per hektar terdapat pengaruh nyata dibanding dengan jagung yang ditanam monokultur. Dan bawang prei sebagai tanaman sela berupa bobot konsumsi per tanaman atau perhektar mengalami penurunan jika dibandingkan dengan penanaman monokulturnya. Berdasarkan nilai NKL (Tabel 6) menunjukkan bahwa pada sistem tumpangsari tanaman jagung dan bawang prei mampu meningkatkan produktivitas lahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai NKL pada semua perlakuan lebih besar dari satu (NKL > 1). Nilai NKL berdasarkan bobot konsumsi (layak pasar) tertinggi terdapat pada perlakuan sistem tumpangsari jagung dan bawang prei, yaitu sebesar 1,55. Hal ini sesuai dengan pendapat Gonggo et al., (2003) bahwa sistem tanam tumpangsari dapat meningkatkan efektifitas pemanfaatan lahan. Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa semua perlakuan terkecuali P7 mempunyai nilai R/C Rasio lebih dari 1 yang artinya usahatani menguntungkan dan layak untuk diusahakan atau dikembangkan. penanaman jagung secara monokultur dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm memiliki nilai R/C rasio tertinggi yaitu sebesar 2,52 artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,52. Tabel 4 Rata-rata Panjang Tanaman (cm) Bawang Prei pada Berbagai Umur Pengamatan Akibat Jarak Tanam Jagung Umur Tanaman (Hari Setelah Tanam) 14 28 42 56 P1 = TS 60 cm x 50 cm 28.38 28.49 33.18 b 33.34 bc P2 = TS 60 cm x 40 cm 26.72 26.44 32.45 ab 32.13 ab P3 = TS 60 cm x 30 cm 27.78 29.23 31.03 a 31.30 a P7 = MN 30 cm x 20 cm 28.32 30.09 33.77 b 35.24 c BNT 5% tn tn 1.92 1.93 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p= 0,05); TS = Tumpangsari Jagung dan Bawang Prei; MN = Monokultur Jagung; hst = hari setelah tanam; tn = tidak nyata. Tabel 5 Rata-rata Total Tanaman, Konsumsi per Rumpun, Bobot Segar Konsumsi per Petak dan Konsumsi per Hektar Total Tanaman (g) Komponen Hasil Konsumsi per Rumpun (g) Konsumsi per Petak Konsumsi per (ton/ha) P1 = TS 60 cm x 50 cm 14.96 a 10.89 ab 1.08 a 1.60 a P2 = TS 60 cm x 40 cm 5.94 a 4.06 a 0.53 a 0.79 a P3 = TS 60 cm x 30 cm 5.64 a 3.76 a 0.68 a 1.00 a P7 = MN 30 cm x 20 cm 28.44 b 19.34 b 2.56 b 3.79 b BNT 5% 9.35 8.86 0.84 1.25 Keterangan: Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% (p= 0,05); TS = Tumpangsari Jagung dan Bawang Prei; MN = Monokultur Jagung.

754 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 5, Mei 2017, hlm. 748 755 Tabel 6 Tabel Nisbah Kesetaraan Lahan dan R/C Rasio Nisbah Kesetaraan Lahan R/C Rasio (NKL) P1 = TS 60 cm x 50 cm 1.55 1.57 P2 = TS 60 cm x 40 cm 1.30 1.63 P3 = TS 60 cm x 30 cm 1.27 1.51 P4 = MN 60 cm x 50 cm - 21.61 P5 = MN 60 cm x 40 cm - 2.24 P6 = MN 60 cm x 30 cm - 2.52 P7 = MN 30 cm x 20 cm - 0.68 Keterangan: TS = Tumpang Sari; MN = Monokultur KESIMPULAN Penanaman bawang prei sebagai tanaman sela tidak menyebabkan penurunan hasil tanaman jagung pada semua jarak tanam yang dicoba. Tumpangsari jagung dan bawang prei dapat meningkatkan nilai NKL, nilai tertinggi diperoleh perlakuan tumpangsari jagung dan bawang prei dengan jarak tanam jagung 60 cm x 50 cm yang mempunyai nilai NKL 1,55. Pada perlakuan ini memberikan hasil yaitu 7,94 ton.ha -1 bobot kering tongkol jagung dan 1,6 ton.ha -1 bawang prei. Tumpangsari jagung dan bawang prei memiliki R/C Rasio lebih rendah dibandingkan dengan monokultur jagung. Pada sistem monokultur jagung yang ditanam dengan jarak 60 cm x 30 cm memiliki nilai R/C Rasio tertinggi yaitu 2,52 yang artinya usaha tani tersebut layak untuk diusahakan atau dikembangkan. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaturan waktu tanam dari tanaman bawang prei untuk mengurangi persaingan antara tanaman pokok dan tanaman sela sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Ashadi, D. M dan Arsyad H. 1997. Pemuliaan Kedelai untuk Toleran Naungan dan Tumpangsari. Buletin Agrobio. 1 (2) : 15-20. Buhaira. 2007. Respon Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Beberapa Pengaturan Tanaman Jagung pada Sistem Tanam Tumpangsari. J. Agronomi. 11 (1) : 41-46. Gonggo, B. M., E. Turmudu, dan W. Brata. 2003. Respon Tumbuhan dan Hasil Ubi Jalar pada Sistem Tumpangsari Ubi Jalar dan jagung Manis dilahan Bebas Alang-alang. J. Ilmu Pertanian Indonesia. 5 (1) : 34-39. Herlina, N., D. Hariyono dan I. Fauziah. 1996. Pengaruh Waktu Tanam dan Kepadatan Tanaman Selada terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah dalam Sistem Tumpangsari. J. Agrivita. 19 (2) : 74-78. Islami, T. 1999. Manipulasi Tajuk Tanaman jaugng Terhadap Hasil Tanaman Jagung dan Ubi Jalar dalam Pola Tumpang Gilir. J. Agrivita. 21 (1) : 20-24. Karima, S.S., M. Nawawi dan N. Herlina. 2013. Pengaruh Saat Tanam Jagung dalam Tumpangsari Tanaman Jagung (Zea mays L.) dan Brokoli (Brassica oleracea L. var. botrytis). J. Produksi Tanaman. 1 (3) : 87-92. Marpaung, I.S., Y. Parto dan E. Sodikin. 2013. Evaluasi Kerapatan dan Metode Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanam Benih Langsung di Lahan Sawah Pasang Surut. J. Lahan Suboptimal. 2 (1) : 95-101. Masyadji, A.S. 2007. Respon Tanaman Kacang Komak (Dolchos llablab L.) pada Berbagai Tingkat Naungan dan Intensitas Defoliasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Hijauan.

755 Pratama, dkk, Studi Sistem Tumpangsari J. Agrikultura Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. 3 (1) : 1-11. Mayadewi, N.N.A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. J. Bidang Ilmu Pertanian. 26 (4) : 153-159. Permansari, I dan D. Kastono. 2012. Pertumbuhan Tumpangsari Jagung dan Kedelai pada Perbedaan Waktu Tanam dan Pemangkasan Jagung. J. Agroekoteknologi. 3 (1) : 13-20.