SKRIPSI. Disusun oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

PERNYATAAN UNTUK MENGUKUR PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

EFEKTIFITAS MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI KELURAHAN MARGOMULYO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

ABSTRACT DESCRIPTION OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR TOWARDS FREE SEX YEAR 2008.

Yayuk Dwi Oktiva * Abi Muhlisin ** Keyword: knowledge about reproduction health, pattern takes care of old fellow, position about free sex.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA N 1 TAWANGSARI SUKOHARJO SKRIPSI Guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun oleh: YAYUK DWI OKTIVA J 210.060.093 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang paling peka secara emosional. Lekas mengalami depresi dan mudah dipengaruhi. Agar diakui sebagai manusia yang telah dewasa, remaja bergaul dan melakukan seks bebas sehingga ada beberapa siswa yang hamil di luar nikah. (Soetjiningsih, 1999). Maraknya pergaulan bebas memacu remaja untuk melakukan seks bebas. Sejalan perkembangan jaman yang semakin pesat, orang tua di tuntut untuk selalu memberikan pengawasan pada anak-anaknya dalam hal pergaulan dan seksualitas. Kurangnya pelajaran dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, sehingga mempengaruhi gaya pacaran dan pergaulan. Apabila remaja tidak mendapatkan pemahaman yang benar, serta peran pola asuh dari orang tua yang baik maka remaja akan terjerumus pada prilaku seks bebas. Kurangnya pemahaman tentang perilaku seksual pada masa remaja amat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya, sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial dan seksual. Perkembangan ini akan berlangsung mulai sekitar 12 tahun sampai 20 tahun. Kurangnya pemahaman ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adat istiadat, budaya, agama dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Kurangnya pemahaman ini akan mengakibatkan berbagai dampak yang justru amat merugikan kelompok remaja dan keluarganya (Soetjiningsih, 1999).

2 Secara psikologis usia remaja adalah usia ketika seseorang mengalami masa peralihan antara usia anak-anak dan dewasa. Menurut Gallatin (1999), menggambarkan usia remaja sebagai usia yang penuh badai dan tekanan, suatu tahapan ketika sifat-sifat manusia yang baik dan yang buruk tampil secara bersamaan. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki (adolecent unwanted pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah lainnya yaitu aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional (Ayu, 2008). Minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja, khususnya pendidikan seks yang menyimpang, seringkali membuat banyak remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Lingkungan pergaulan juga memberikan andil besar dalam hal ini. Selain itu juga didorong dengan sikap remaja yang cenderung ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang baru. Arus globalisasi mengakibatkan adanya masalah kesehatan yang disebabkan oleh gaya hidup yang diadopsi remaja. Hal ini membahayakan kesehatan reproduksi terutama penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS. Berdasarkan data dari UNAIDS dan UNICEF tahun 2001 terdapat 11,8 juta penduduk usia 15-24 tahun menderita HIV/AIDS terdiri dari 7,3 juta perempuan

3 dan 4,5 juta laki-laki yang tersebar di berbagai penjuru dunia, dari jumlah itu sebagian besar diantaranya menunjukkan gejala AIDS yang ditularkan akibat hubungan seksual pada masa remaja. Dunia seks bagi kalangan remaja masih misterius. Jika salah melangkah akan terjerumus dalam seks bebas. Data kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena samasama mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga sebanyak 45%. Seks bebas sendiri mencapai 22,6% (Ayu, 2008). Kota Sukoharjo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang berkembang, seperti telah banyaknya perumahan yang berdiri, selain itu telah banyak dibangun pertokoan, pusat pelayanan kesehatan, sekolah-sekolah dan lainlain. SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo merupakan salah satu SMA Negeri yang terdapat di kabupaten Sukoharjo yang letaknya tidak jauh dari pusat kota. Survey pendahuluan yang peneliti lakukan dari wawancara dengan kepala Tata Usaha dan guru-guru SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo didapatkan data bahwa sudah pernah ada pendidikan tentang kesehatan reproduksi, tetapi masih ada perilaku yang menyimpang ke arah seks bebas yang dilakukan oleh siswa SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. Perilaku menyimpang tersebut seperti pernah terjadi kasus hamil diluar nikah di SMA N 1 Tawangsari. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa siswa didapatkan data bahwa sebagian dari siswa mulai mengetahui tentang hubungan seks melalui VCD porno, komik porno, dan majalah-majalah porno. Dimana dengan adanya media elektronik dan media lain yang dijual murah memudahkan dan membebaskan para remaja untuk mendapatkannya. Sedangkan

4 informasi tentang kesehatan reproduksi mereka dapatkan dari media masa, media elektronik, orang tua, guru, saudara atau kakak, petugas kesehatan dan dari teman atau pacar. Menurut mereka berpacaran dengan berciuman boleh asalkan tidak berhubungan seksual. Dari relevansi diatas maka penulis tertarik ingin mengetahui karakteristik responden mengenai adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada di lingkungan pelajar khususnya pada SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: Adakah Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Sikap Remaja Tentang Seks Bebas Di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. 2. Tujuan khusus

5 a. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. b. Mengetahui pola asuh orang tua remaja di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. c. Mengetahui sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari Sukoharjo. d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari. e. Mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Tawangsari. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijaksanaan dalam peningkatan pemberian informasi kesehatan reproduksi bagi anak didik. 2. Bagi subjek didik Hasil penelitian diharapkan menambah pengetahun dan salah satu motivasi untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi serta mampu mengaplikasikan konsep reproduksi sehat dalam sikap dan perilaku seksual. Sehingga mereka bisa lebih bertanggung jawab dan lebih berhati-hati dalam pergaulan. 3. Bagi peneliti lain

6 Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi penyediaan data dasar, yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. 4. Bagi peneliti Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian, disamping itu untuk meningkatkan pengetahuan tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas. E. Keaslian Penelitian Penelitian tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan sikap remaja tentang seks bebas di SMA N 1 Sukoharjo belum pernah dilakukan, penelitian hampir serupa yang pernah dilakukan yaitu: 1. Laksmiawati (2002) meneliti tentang Seksual Remaja Pranikah dimana telah diteliti terhadap 144 responden yang berusia antara 14-29 tahun. Dan hasilnya terdapat hubungan antara sikap dan pengetahuan tentang seksual dan kesehatan reproduksi pada remaja yaitu 57,9% keterlibatan remaja dalam kasus seksual dialami oleh remaja yang disebabkan rendahnya pengetahuan yang berkaitan dengan seksual dan kesehatan reproduksi. 2. Warliana (2002) meneliti tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Siswa SMU Negeri 6 Yogyakarta. Dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan remaja tentang seksual dan kesehatan reproduksi masih kurang baik yaitu sebanyak 47,0% dan ada hubungan yang positif antara perilaku seksual dimana r = 0,217 maka hipotesis alternatif diterima dan sikap remaja

7 tentang seksual dan kesehatan reproduksi yang mendukung 56,6% terhadap perilaku dimana r = 0,134 dan nilai p = 0,228. Maka terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap remaja tentang seksual dan kesehatan reproduksi. 3. Mutalib (2003) meneliti tentang Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap tentang Seksual dan Kesehatan Reproduksi pada Siswa SMU Negeri II Kota Ternate. Penelitian ini menggambarkan tentang karakteristik responden terhadap pengetahuan dan sikap yaitu bahwa sumber pengetahuan siswa tentang seksual dan kesehatan reproduksi didapat dari televise (19,7%) dan sebanyak 30% memiliki pengetahuan baik tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Persamaannya yaitu merupakan topik kesehatan reproduksi remaja (KRR). 4. Nasrawati (2003) meneliti tentang Hubungan Antara Cara Memperoleh Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Kecemasan Pubertas pada Siswa SLTP Negeri 12 Yogyakarta. Menggambarkan bahwa sumber pengetahuan tentang kesehatan reproduksi didapat dari orang tua dan keluarga. Persamaannya yaitu merupakan topik kesehatan reproduksi remaja (KRR).