BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KOTA BATU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Humbang Hasundutan terletak antara 2 o 1' - 2 o 28' Lintang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2007 WALIKOTA PRABUMULIH,

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI DOMPU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 10 TAHUN 2006 BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANDAR TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKALIS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERMUSYAWARATAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN dan BUPATI MUSI BANYUASIN MEMUTUSKAN :

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

LEMBARAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN ALOR TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2007

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 8 TAHUN 2O15 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI LOMBOK TENGAH

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu merupakan salah

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERUYAN,

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN DAN PENUTUP Pada bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Kabupaten Samosir. Letak Kabupaten Samosir secara geografis terletak pada 20,24 20,25 Lintang Utara dan 980,55 990,55 BT. Pada tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Samosir sebanyak 130.568 jiwa 32. Kabupaten Samosir adalah hasil pemekeran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di Provinsi Sumatera Utara yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004. Kabupaten Samosir sebagai salah satu Kabupaten baru di Provinsi Sumatera Utara dengan wilayah administrasi pemerintahan sebanyak 9 Kecamatan, 111 Desa serta 6 Kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. : Kabupaten Toba Samosir. : Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Luas wilayah Kabupaten Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715 Ha, dimana terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha dan batas di kawasan Danau toba secara proposional belum ada ketentuan yang pasti. Sebagian besar penduduk Kabupaten Samosir menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. 33 32 Pemerintahan Kabupaten Samosir melalui situs resmi www.samosirkab.go.id diakses pada 26 Agustus 2014 Pukul 09.58 WIB. 33 Ibid.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Samosir

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_samosir 2. Kecamatan Simanindo Kecamatan Simanindo berada di Tepi Danau Toba, dimana secara letak geografis Simanindo berada pada 2 32-2 45 Lintang Utara dan 98 44-98 50 Bujur Timur. Luas Kecamatan Simanindo 198,20 km², dengan 20 desa. Kecamatan Simanindo dapat dicapai dalam waktu 45 menit dengan menggunakan kapal Ferry dan 30 menit menggunakan kapal kecil dari Parapat menuju Tomok. Batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Danau Toba, Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah Timur : Kota Pangururan, Kecamatan Palipi, Kabupaten Toba Samosir. Sebelah Selatan : Onan Runggu, Balige, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Sebelah Barat : Sianjur Mula-mula, Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Kecamatan Simanindo merupkan kecamatan yang cukup penting di Samosir, dikarenakan melalui kecamatan inilah jalur lintas dari Parapat, beberapa desa yang berada di Kecamatan Simanindo merupakan desa yang menjadi tujuan para pengunjung untuk berwisata budaya, juga sebagai salah satu pasar yang menjadi tujuan Masyarakat Samosir untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pertanian.

Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir C A M A T V. SIDABUTAR, S.H SEKRETARTIS CAMAT JABATAN FUNGSIONAL H PURBA Sumber : Profil Kecamatan Simindo 3. Desa Martoba SUB BAG PEP - SUB BAG UMUM - PEMERINTAHAN R.MANULLANG TANTRIB - KASI PMD/K KESRA E. MANURUNG KASI PELAYANAN UMUM T. NAINGGOLAN KELURAHAN DESA Penamaan Desa Martoba bukanlah karena desa ini terletak di tepi Danau Toba, melainkan desa ini merupakan penggabungan dari tiga desa, yakni Desa Martahan, Desa Tolping dan Desa Batu-batu. Singkatan nama Martoba merupakan penggalan dari tiap-tiap nama desa yang digabungkan tersebut (Martahan Tolping BAtu-batu). Sebelumnya Desa Martoba

merupakan Desa Tolping yang menyebabkan hingga kini desa ini masih dikenal dan disebut dengan Tolping. Pada Tahun 1994, Kepala Desa yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Silalahi bersama dengan aparat desa mengusulkan untuk dilakukannya penggabungan tiga desa tersebut (Desa Maertahan, Desa Tolping dan Desa Batu-batu). Sehingga, pada Tahun 1994 Pemerintahan Desa mulai dijalankan dengan nama Desa Martoba dibawah kekuasaan Bapak Silalahi. Hingga berakhir kekuasaanya diawal Tahun 2014, digantikan oleh Bapak Nasib Silalahi. 1. Letak Geografis Desa Martoba Secara geografis, Desa Martoba terletak ditengah-tengah Kecamatan Simanindo, dengan luas wilayah 16,179 ha/m². Desa Martoba merupakan jalan lintas menuju Kota Pangururan yang merupakan ibukota dari Kabupaten Samosir, bila melewati pelabuhan Ajibata yang berada di Parapat, dan pelabuhan yang ada berada di Kecamatan Simanindo adalah pelabuhan Tomok. Rumah penduduk berdiri sepanjang jalan, sehingga kondisi Desa ini berada di pinggiran pantai Danau Toba dan pada pinggiran pegunungan. Batas wilayah Desa Martoba: Sebelah Utara : Desa Marlumba, Kecamatan Simanindo. Sebelah Selatan : Desa Unjur, Kecamatan Simanindo. Sebelah Timur : Danau Toba, Kecamatan Simanindo.

Sebelah Barat : Kecamatan Ronggur Ni Huta. 2. Karakteristik Desa Martoba Desa Martoba terdiri dari 3 (tiga) dusun, diantaranya Dusun 1 Holang-holang dengan jumlah penduduk 365 jiwa (198 KK), Dusun 2 Tolping dengan jumlah penduduk 379 jiwa (104 KK) dan Dusun 3 Lumban Pamonangan berpenduduk 170 jiwa (44 KK). dusun. Jumlah Penduduk Desa Martoba berdasarkan jenis kelamin yang terdapat di tiap-tiap Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Martoba Nama Dusun Jenis Kelamin (3) Lumban (1) Holang-holang (2) Tolping Pamonangan Laki-laki 167 177 88 Perempuan 198 202 82 Jumlah 375 389 184 Sumber: Profil Desa Martoba Tahun 2012

Dilihat dari tabel diatas bahwa tiap-tiap dusun di Desa Martoba, sedikit di dominasi oleh banyaknya jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan. Namun, pada Dusun 3 Lumban Parmonangan dapat dilihat bahwa lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki. Sehingga dapat diakumulasikan jumlah penduduk di Desa Martoba berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 NO JENIS KELAMIN BANYAK JIWA 1 Laki-laki 465 2 Perempuan 492 3 Jumlah 948 Sumber: Profil Desa Martoba Tahun 2012 Sama seperti perbandingan di dua dusun, bahwa jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki di Desa Martoba, dengan jumlah Kepala Keluaraga adalah 236 KK dan kepadatan penduduknya 2,25/km. Secara geografis, kondisi letaknya Desa Martoba adalah berada diantara perbukitan dan Danau Toba yang menyebabkan aktivitas perekonomian di desa tersebut dengan mengelola sumber daya alam yang ada di desa. Sebagian besar penduduk desa mengelola tanah yang berada pada kaki bukit dengan bercocok tanam, karena sebagian besar masyarakat asli Desa Martoba memiliki lahan sendiri untuk mereka kelola. Berikut luas potensi umum yang dimiliki oleh Desa Martoba :

Tabel 2.3 NO POTENSI UMUM LUAS 1 Pemukiman 1,013 ha/m² 2 Persawahan 0,36 ha/m² 3 Kuburan 0,24 ha/m² 4 Pekarangan 3,006 ha/m² 5 Taman 0,001 ha/m² 6 Prasarana Umum Lainnya 0,68 ha/m² 7 Perkebunan 5,88 ha/m² 8 Luas Wilayah 16,179 ha/m² Sumber : Profil Desa Martoba Tahun 2012 Bagian Timur Desa Martoba merupakan Danau Toba yang juga dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari dan juga dimanfaatkan sebagai mata pencaharian dengan membuat keramba dan menjala ikan yang ada di Danau Toba tersebut. Tapi secara umum, dapat dilihat bahwa penduduk lebih banyak bertani dibandingkan nelayan. Berdasarkan data dari Profil Desa Martoba Kecamatan Simanindo Pemerintahan Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk yang memiliki tanah pertanian adalah sebanyak 192 Keluarga. Pemilik tanah yang dimanfaatkan untuk bertani biasanya mereka kelola sendiri, pertanian itu biasanya berupa

kacang, jagung, bawang, padi dan ubi. Sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki tanah namun bertani adalah mereka yang diupah untuk mengelola tanah pertanian pemilik tanah dari masa pembibitan hingga masa panen. 3. Kondisi Sosial Budaya Mayoritas penduduk di Desa Martoba adalah etnis Batak Toba, dimana merupakan penduduk asli dengan budaya Toba. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Batak, dan penduduk desa masih kesulitan untuk menggunakan Bahasa. Berikut beberapa etnis yang ada di Desa Martoba : Tabel 2.4 NO ETNIS JENIS KELAMIN LK Pr JUMLAH 1 Batak Toba 452 478 933 2 Nias 1 2 3 3 Jawa 9 6 15 TOTAL JUMLAH 948 Sumber : Profil Desa Martoba Tahun 2012 Demikian juga dengan agama, bahwa agama mayoritas di Desa Martoba adalah Kristen Protestan. Agama Kristen Protestan menjadi identitas kedua penduduk Desa Martoba setelah etnisnya. Berikut data jumlah pemeluk agama yang ada di Desa Martoba :

Tabel. 2.5 Jumlah Pemeluk Agama di Desa Martoba : NO AGAMA JENIS KELAMIN LK Pr JUMLAH 1 Kristen Protestan 453 454 852 2 Khatolik 8 10 18 3 Islam 10 13 23 TOTAL JUMLAH 948 Sumber : Profil Desa Martoba Tahun 2012 Berdasarkan data yang disajikan diatas, menunjukkan bahwa Desa Martoba memang masih di dominasi oleh penduduk yang beragama Kristen Protestan. Oleh karenanya, di Desa Martoba dan demikian juga dengan etnik Batak Toba yang sangat dikenal dengan penganut Kristen Protestan yang besar, dan tentunya agama dan budaya terlihat berdampingan, saling membangun kehiudupan di Desa Martoba yang mengarahkan kepada kehidupan yang lebih baik. Penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh pemerintahan desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan desa. Sehingga dalam penyelenggaraannya terdapat dua lembaga yakni:

pemerintahan desa dan BPD. Dalam pelaksanaanya BPD berfungsi dalam menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, manampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. 34 Adapun wewenang yang dimiliki oleh BPD adalah sebagai berikut: a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa; c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa; e. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan f. Menyusun tata tertib BPD. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa yang bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan sistem musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari katua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah selama 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa. 35 34 Hanif Nurcholis. 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 77. 35 Ibid. Hal. 78.

Demikian pada Desa Martoba, terdapat 5 (lima) orang sebagai anggota BPD. Jumlah ganjil paling sedikit seperti yang telah ditetapkan untuk jumlah anggota BPD. Kelima orang tersebut adalah Bapak Sopar Rumahorbo, Bapak Aron Silalahi, Bapak Renson Samosir, Bapak Rijen Silalahi dan Bapak Horas Sihaloho. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua dan 1 (satu) orang sekretaris. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD uang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Dibawa ini merupakan struktur Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Pemerintahan Desa Martoba : Selain memiliki wewenang, tentunya BPD memiliki hak, dan hak anggota yang menjabat sebagai anggota BPD, diantaranya adalah sebagai berikut : BPD mempunyai hak : a. Meminta keterangan kepada pemerintahan desa; dan b. Menyatakan pendapat. Anggota BPD mempunyai hak : a. Mengajukan rancangan peraturan desa; b. Mengajukan pertanyaan; c. Menyampaikan usul dan pendapat; d. Memilih dan dipilih; dan e. Memperoleh tunjangan.

Berikut yang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh setiap anggota BPD dalam menjalankan tugas, adalah sebagai berikut : a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati segala peraturan perundang-undangan; b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatua Republik Indonesia; d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; e. Memproses pemilihan kepala desa; f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan. 36 Keberadaan BPD tentunya merupakan parlemen bagi desa dan diharapkan menjadi wadah bagi masyarakat desa dalam kegiatan-kegiatan publik dan proses pemuatan kebijakan-kebijakan Pemerintahan Desa. Dalam perjalanannya, BPD dan Pemerintahan Desa tidak lepas dari konflik. Pertama, keberadaan BPD menjadi pembatas kekuasaan sentral kepala desa dimana pada masa Orde Baru, kepala desa memiliki kekuasaan yang sentral, sehingga ketika adanya BPD sebagai pengawas memiliki posisi yang saling berhadapan secara antagonis atau bertentangan. Kedua, karena BPD sebagai pengawas sehingga kepala desa yang dahulu memiliki kekuasaan yang sentral dan tidak dapat semenamena, maka tidak jarang ditemui adanya kolusi atau kolaborasi yang melahirkan konsentrasi 36 Ibid. Hal 78-79.

kekuasaan politik. Ketiga, BPD dan kepala desa menjadi kekuasaan yang saling berkompromi, sehingga melahirkan perdamaian atas konflik dilapisan masyarakat. 37 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Martoba 37 Heru Cahyono, dkk. 2005. Konflik Elit Politik di Pedesaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 345-347.

Desa Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Badan Permusyawaratan