I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Malah,

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa Indonesia adalah beras, karena beras merupakan. makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain serealia, palmae, umbi-umbian yang tumbuh subur di hampir

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

PEMANFAATAN TEMPE DALAM PEMBUATAN DAGING TIRUAN (MEAT ANALAOG) SEBAGAI PENGGANTI DAGING UNTUK VEGETARIAN PENULISAN DAN SEMINAR ILMIAH

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Kacang-kacangan merupakan sumber protein nabati dan lemak yang

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1.1. Latar Belakang Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh tubuh untuk memenuhi kebutuhan gizi. Protein hewani mengandung asam amino essensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh tetapi dapat diperoleh dari luar salah satunya dengan mengkonsumsi daging. Selain itu, daging merupakan sumber kalori terbesar bagi manusia yang mengandung kolesterol sebesar 50 mg dan tinggi asam lemak jenuh. Namun dari segi kesehatan, tidak disarankan mengkonsumsi daging secara berlebihan, karena dengan memiliki asam lemak jenuh yang cukup tinggi dapat beresiko munculnya berbagai penyakit. Menurut Musdhalifah (2016) dari Deputi Bidang Pangan dan Pertanian Kementrian Koordinaor Perekonomian, total kebutuhan daging sapi pada tahun 2016 adalah 674.690 ton, sebab konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia ratarata 2,61 kg/kapita/tahun. Dari kebutuhan nasional, hanya 441.761 ton yang dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Maka kekurangan 232.929 ton harus dipasok dari impor. Berdasarkan data diatas upaya pengurangan jumlah konsumsi daging dan menurunkan harga jual produk pangan yang terlalu tinggi terhadap protein hewani dan juga ketersediaan daging yang lebih untuk memenuhi perkembangan produksi 1

2 daging salah satunya adalah pembuatan daging yang serupa dengan daging sapi tetapi tidak terbuat dari daging sapi atau dapat disebut juga dengan daging analog. Daging tiruan adalah produk yang dibuat dari protein nabati yang dibuat dari bahan bukan daging, tetapi sesuai atau mirip benar dengan sifat - sifat daging asli. Daging tiruan mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain nilai gizinya lebih baik, lebih homogen dan lebih awet disimpan, dapat diatur hingga tidak mengandung lemak hewani (kolesterol) dan harganya lebih murah. Sumber - sumber protein nabati yang bisa digunakan sebagai bahan baku daging tiruan sangat banyak dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain memiliki serat - serat menyerupai daging dan kenyal (Astawan, 2009). Menurut Yusniardi dkk., (2010), supaya dapat menggantikan daging sesungguhnya pembuatan meat analog dari bahan nabati, harus mempunyai bentuk dan nilai gizi yang mirip. Lemak yang ditambahkan akan membentuk adonan yang stabil, karena perbandingan antara protein, air, dan minyak yang tepat akan membentuk adonan yang stabil. Jamur saat ini telah menjadi kebutuhan bagian hidup manusia. Beberapa jenis jamur merupakan sumber makanan setara dengan daging dan ikan yang bergizi tinggi. Jamur merupakan bahan pangan alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat (Djarijah,2001). Jamur memiliki nilai lebih dari sekedar nutrisi, yaitu memiliki rasa, aroma, dan kenikmatan, disamping juga memiliki nilai fungsional. Hasil studi menunjukkan bahwa beberapa jamur memiliki efek kolesterol rendah, antitumor, antivirus, dan antitrombosis. Secara umum jamur pangan memiliki kalori dan lemak

3 yang rendah, dan 90% berupa komponen air (Samme et al. 2003). Nilai nutrisi jamur hampir sama dengan sayuran, walaupun kandungan karbohidrat dan proteinnya lebih tinggi dari sayur-sayuran. Jamur memiliki kandungan protein sangat tinggi, yaitu 20-30% protein kasar (persen berat kering jamur) (Ingram 2002). Jamur merupakan komoditas yang akan cepat layu atau membusuk jika disimpan tanpa perlakuan yang benar. Oleh karena itu perlakuan harus segera dilakukan agar tidak merugikan. Perlakuan dapat dilakukan dengan menjaga kesegaran atau pengolahan segera (Suriawiria, 2002). Jamur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur kuping (Auricularia auricular). Pemilihan jamur kuping adalah dengan pertimbangan jamur kuping merupakan sumber protein nabati yaitu 9,25 gram per 100 gram dengan harga yang lebih murah dibanding daging sapi, selain itu jamur kuping juga dapat mengatasi masalah gizi seperti anemia, hipertensi, dan hiperkolesterol (Soenanto, 2000). Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan spesies jenis jamur kayu dari kelas heterobasidiomycetes yang memiliki kandungan gizi dan nilai ekonomi yang tinggi. Perkembangan budidaya jamur kuping di Indonesia semakin pesat, sehingga saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan jamur kuping merupakan jamur cosmopolitan atau dapat hidup dimana saja, mulai dari kawasan hutan pantai sampai dengan pegunungan tinggi dengan persyaratan tempatnya cukup lembab (Nurilla, 2010). Kualitas daging analog ditentukan juga oleh kenampakan, tekstur dan citarasa yang dimana semua itu dipengaruhi oleh bahan pengisi, bahan tambahan

4 dan cara pemasakan. Penambahan bahan pengisi dalam pembuatan daging analog dapat berpengaruh terhadap volume dari daging analog sehingga dapat menurunkan biaya produksi, meningkatkan daya ikat air dan memperkecil penyusutan. Bahan pengisi umumnya terdiri dari karbohidrat saja serta mempunyai pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. Bahan pengisi ditambahkan bertujuan untuk menarik air karena kemampuan menahan air selama proses pengolahan dan pemanasan, sehingga membentuk tekstur padat, menstabilkan emulsi walaupun tidak berperan dalam mengemulsi lemak, dan memperbaiki sifat adonan (Velma, 2009). Dengan demikian untuk memenuhi ketersediaan daging sapi dan kebutuhan protein rendah lemak maka akan dibuat penelitian mengenai pengaruh jenis bahan pengisi dan konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) terhadap karakteristik daging analog. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Apakah jenis bahan pengisi berpengaruh terhadap karakteristik daging analog? 2. Apakah konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) yang bervariasi berpengaruh terhadap karakteristik daging analog? 3. Apakah ada interaksi antara jenis bahan pengisi dan konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) yang bervariasi memberikan pengaruh terhadap karakteristik daging analog?

5 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh jenis bahan pengisi dan perbedaan konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) dalam pembuatan daging analog untuk mendapatkan karakteristik terbaik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis bahan pengisi dan konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) yang bervariasi sehingga dapat menghasilkan karakteristik daging analog yang diinginkan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dan membuka wawasan tentang pemanfaatan jamur yang tidak hanya dikonsumsi untuk kuliner saja tetapi dapat juga dimanfaatkan dalam pembuatan daging analog, sebagai diversifikasi jamur kuping serta meningkatkan nilai tambah dan nilai guna ekonomis jamur kuping. 1.5. Kerangka Pemikiran Proses pembuatan daging tiruan diawali dengan mencampurkan tepung terigu protein tinggi (hard wheat) dengan garam 2% dan air sebanyak 60% menggunakan mixer, sehingga membentuk adonan yang kalis. Setelah itu, dilakukan pencucian untuk menghilangkan pati sampai terbentuk gumpalan (gluten). Gluten yang dihasilkan, lalu ditambah tepung jamur tiram dengan beragam proporsi, serta dicampur secara homogen menggunakan penggiling. Kemudian direbus selama 15 menit pada suhu 100⁰C (Wardani dan Widjanarko, 2013).

6 Berdasarkan hasil penelitian Wardani dan Widjanarko (2013), dengan penambahan persentase tepung jamur tiram 0%, 10%, 20% dan 30%. Perlakuan terbaik pada parameter kimia fisik yaitu perlakuan proporsi penambahan tepung jamur tiram dan gluten (30:70) yang memiliki kandungan kadar air 73.16%, kadar protein 16.21%, WHC 84.02%, tekstur 21.81 N, ph 6.72, dan warna (L=40.84; a+=18.00; b+=22.53). Sedangkan untuk parameter organoleptik didapatkan dari perlakuan proporsi tepung jamur tiram dan gluten (10:90) dengan tingkat kesukaan yaitu 3.65 (netral) untuk rasa, 4.55 (agak suka) untuk tekstur dan warna, serta 4.05 (netral) untuk aroma. Menurut Febriyanti (2001), dalam pembuatan daging nabati rumput laut dengan persentase tepung rumput laut 10%,20% dan 30%. Daging nabati substitusi tepung rumput laut 20% merupakan produk yang disukai panelis. Hasil terbaik diperoleh daging nabati yang disubstitusikan tepung rumput laut 20% kandungan protein sebelum dan sesudah perebusan 23.349% dan 14.932%, air sebelum dan sesudah perebusan 97.829% dan 97.548%, dan vitamin B12 0,65μg. Menurut Penelitian Nuraidah (2013), mengenai studi Pengolahan daging tiruan dengan persentase kacang merah yang digunakan yaitu 70%, 60%, 50% dan 40%. Perlakuan yang mendekati Standar Nasional Indonesia untuk daging segar dengan protein 10,43% dan kadar abu 2,98% yaitu dengan perlakuan penambahan kacang merah 70%. Menurut hasil penelitian Anggorowati (2016) mengenai pengaruh konsentrasi tempe dan konsentrasi bahan pengisi terhadap karakteristik nugget terubuk (saccharum edule hasskarl) didapat bahwa konsentrasi tempe dan

7 konsentrasi tapioka berpengaruh terhadap tekstur dan aroma pada nugget terubuk, serta pada kadar protein dan kadar karbohidrat. Interaksi antara konsentrasi tempe dan konsentasi tapioka berpengaruh terhadap tekstur dan kadar karbohidrat. Produk terpilih yang didapatkan yaitu pada perlakuan k2p2 (konsentrasi tempe 30% dan konsentrasi tapioka 8,5%) dengan nilai kekerasan 1,447 mm/detik/100 g, karbohidrat 5,40% (SNI Maks. 25%), protein 12,07% (SNI Min. 12%), lemak 1,30% (SNI Maks. 20%) dan kalsium sebesar 253 mg/100 gram (30 mg/100 gram). Menurut penelitian Pramudya (2014), mengenai pengembangan produk bakso kedelai (soyballs) dengan penambahan gluten serta pati dari ubi kayu, ubi jalar, jagung dan kentang. Tepung komposit dari kedelai dan gluten dengan perbandingan 80%:20% dapat digunakan sebagai bahan pengganti daging dalam pembuatan bakso kedelai (soyballs) dengan jenis bahan pengisi pati jagung sebanyak 10%. Pemilihan formula tersebut berdasarkan parameter kadar protein, tekstur, dan rendemen pemasakan yang tinggi serta dapat diterima oleh panelis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ginting dan Umar (2005) tentang penggunaan berbagai jenis bahan pengisi pada nugget itik air. Diketahui bahwa nugget itik air yang ditambahkan tepung sagu mempunyai penerimaan rasa yang paling baik dibandingkan dengan penambahan tepung lainnya yaitu, tepung jagung, tepung beras, dan tepung terigu. Menurut Surawam (2007), dalam penelitiannya tentang penggunaan tepung terigu, tepung beras, tepung tapioka dan tepung maizena terhadap tekstur dan sifat sensoris dari nugget ikan tuna menunjukan bahwa fish nugget yang memiliki tekstur sensoris paling lunak adalah perlakukan dengan penambahan tepung terigu, tepung

8 beras, tepung tapioka dan tepung maizena sebanyak 10%. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan hasil kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Minimal terdapat satu jenis bahan pengisi berpengaruh terhadap karakteristik daging analog. 2. Minimal terdapat satu jenis konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) yang bervariasi berpengaruh terhadap karakteristik daging analog. 3. Terdapat interaksi antara jenis bahan pengisi dan konsentrasi jamur kuping (Auricularia auricula) yang bervariasi berpengaruh terhadap karakterisitik daging analog. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung. Dimulai pada bulan November hingga Desember 2017.