BAB V. Kesimpulan dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM JAMINAN STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : HKT4017 PRASYARAT :

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/2017

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan-ketentuan tentang gadai di dalam Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

SILABUS. Nama Mata Kuliah : Hukum Jaminan. Bobot sks : 2 SKS

3 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang. 4 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata : Hak

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

DAFTAR REFERENSI. Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, Universitas Indonesia

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB III PENUTUP. tangan terkait objek jaminan pada perjanjian kredit usaha mikro adalah dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

DAFTAR PUSTAKA. Aminudin dan Asikin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/201. HAK-HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT JAMINAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA 1 Oleh: Andhika Mopeng 2

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Moch Chidin, dkk Pengertian Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata. Bandung: Mandar Maju.

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

DAFTAR PUSTAKA. Ashsofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ia kekurangan dana, maka salah satu alternatifnya adalah dengan

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut : Memberikan Kredit Dengan Jaminan Fidusia. tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

ANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP OBJEK JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG DIAJUKAN DI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku. Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku:

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014

Perbandingan Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Jaminan atas Saham Dalam Perseroan Terbatas Tertutup Berdasarkan Gadai dan Fidusia TESIS

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 7

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

EKSEKUSI TERHADAP GADAI DEPOSITO BERJANGKA PADA PT. BANK YUDHA BHAKTI CABANG MEDAN PUTRI RIZKITA SARI

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Abrar Saleng Hukum Pertambangan. Yogyakarta: UII Press.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

DAFTAR PUSTAKA. Budirto, Agus, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Mataram : Ghalia Indonesia, 2009

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir, 2005, Hukum Pailit Dalam Teori Dan Praktek, PT Citra Aditya. 2013, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

DAFTAR REFERENSI. Budiono, Herlien. Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

DAFTAR REFERENSI. Badrulzaman, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cet.1. Bandung: Alumni, 1994.

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAFTAR PUSTAKA. Amirin, M. Tatang, 2000, Menyusun Rencana Penelitian, Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrachman, H.M., Hukum Acara Perdata, Jakarta : Universitas Trisakti, 2003

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU. Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

Lex Crimen Vol. VI/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kualifikasi pulsa telepon seluler sebagai obyek hukum adalah: sebagai suatu obyek hubungan hukum.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir, 2003, Perseroan Terbatas: Paradigma Baru, Citra Aditya Bakti, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. AZ Nasution, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Asikin, Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perikatan. Bandung: Alumni. Ali, Moch. Chidir, Achmad Samsudin, Mashudi, Pengertian-Pengertian

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

DAFTAR PUSTAKA. Fuady, Munir. Pembiayaan Perusahaan Masa Kini, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Setelah melalui proses pembahasan dan analisa seperti yang dituangkan dalam bab-bab sebelumnya, Penulis akan mengambil kesimpulan dan memberikan saran untuk mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, Penulis beranggapan terdapat 3 (tiga) permasalahan, yaitu: 1. Apakah penggadaian saham menurut ketentuan UU PT, bertentangan dengan konsep dasar gadai yang bersumber dari KUHPerdata? 2. Apakah pelaksanaan gadai saham berdasarkan UU PT telah memenuhi salah satu unsur gadai, yakni inbezitstelling? 3. Dari perspektif hukum perusahaan, hukum pasar modal, serta aktivitas bisnis, permasalahan apa saja yang akan timbul apabila gadai terhadap saham perseroan terus terjadi? Mengenai pertanyaan yang pertama, yaitu mengenai bertentangan atau tidaknya gadai saham berdasarkan UU PT dengan konsep dasar gadai sebagaimana diatur dalam KUHPerdata, seperti sudah dibahas pada bab sebelumnya, gadai saham yang dikenal dalam UU PT, secara umum tunduk juga pada ketentuan gadai dalam KUHPerdata. Dalam UU PT tidak diatur mengenai gadai saham secara rinci. Hal tersebut terlihat dari tidak banyaknya pasal yang mengatur mengenai gadai saham. Dengan demikian, pelaksanaan gadai saham harus mengikuti ketentuan dalam KUHPerdata, kecuali terdapat hal-hal yang diatur berbeda oleh UU PT (dalam hal ini, UU PT merupakan lex specialis dari KUHPerdata). Setelah menganalisa dan membandingkan pengaturan mengenai gadai dalam KUHPerdata dengan gadai saham berdasarkan UU PT, Penulis berkesimpulan 38

bahwa terdapat satu pertentangan, yakni tidak terpenuhinya unsur inbezitstelling dalam gadai saham berdasarkan UU PT. Kesimpulan di atas berkesinambungan dengan pertanyaan kedua, yakni mengenai apakah gadai saham berdasarkan UU PT telah memenuhi prinsip inbezitstelling atau tidak. Agar suatu gadai terpenuhinya atas obyek tertentu, prinsip inbezitstelling harus dipenuhi. Prinsip tersebut mensyaratkan bahwa benda yang menjadi obyek gadai tersebut, harus lepas dari kekuasaan debitur atau pemberi gadai. Apabila obyek gadai tersebut tidak berada pada kekuasaan penerima gadai atau kreditur, maka menurut Pasal 1152 KUHPerdata, gadai atas benda tersebut telah hapus 75. Dengan adanya ketentuan Pasal 60 ayat (4) UU PT yang menyatakan bahwa hak suara tetap berada pada pemegang saham walaupun saham yang dimaksud sedang digadaikan, maka prinsip inbezitstelling menjadi tidak terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan, pemegang saham-pemberi gadai tidak sungguh-sungguh melepaskan kekuasaannya atas saham yang menjadi obyek gadai. Ia tetap dapat menggunakan hak suaranya dalam RUPS. Hal ini dapat merugikan kreditur, apabila pemegang saham-pemberi gadai tersebut, dengan menggunakan hak suaranya, mengakibatkan dibuatnya keputusan hasil RUPS yang bisa saja merugikan perseroan, sehingga nilai saham perseroan tersebut menurun. 76 Dengan demikian, apabila debitur wanprestasi lalu dilakukan eksekusi terhadap saham yang merupakan obyek jaminan, hasil eksekusinya tidak cukup untuk melunasi utang (karena nilai saham lebih rendah dibandingkan saat pengikatan gadai dilakukan). Hal ini tentu sudah tidak sesuai dengan hakikat gadai sebagai jaminan kebendaan, yakni untuk menjamin pembayaran utang kepada kreditur dalam hal terjadi wanprestasi. Perlu diingat bahwa gadai berfungsi sebagai sarana agar kreditur memperoleh rasa aman dan keyakinan bahwa adanya jaminan yang lebih baik atas 75 Supra Note 1, hlm. 102. 76 Supra Note 23, hlm.5. 39

piutangnya, serta sebagai sarana untuk mengambil pelunasan atas suatu utang, apabila debitur terkait wanprestasi. 77 Berdasarkan penjelasan di atas, Penulis berkesimpulan bahwa gadai saham berdasarkan UU PT tidak memenuhi prinsip inbezitstelling, dikarenakan adanya ketentuan yang bersifat memaksa, yakni Pasal 60 ayat (4) UU PT yang menyatakan bahwa hak suara tetap berada pada pemegang saham walaupun saham yang dimaksud sedang digadaikan. Mengenai pertanyaan yang ketiga, masih berkaitan dengan kesimpulan dalam paragraf sebelumnya. Penulis berkesimpulan bahwa nilai saham perseroan yang akan dieksekusi mungkin saja menurun atau lebih rendah dibandingkan dengan nilai saham tersebut pada saat dilakukan pengikatan gadai saham ini, sehingga kreditur tidak dapat memperoleh pelunasan utang secara utuh dari hasil eksekusi. Apabila pemegang saham dari saham yang digadaikan tidak beritikad baik atau tidak berhasil mengambil keputusan yang terbaik bagi perseroan tersebut melalui RUPS, dengan cara menggunakan hak suaranya untuk memberikan usul-usul yang dapat merugikan perseroan dan menurunkan nilai saham perseroan tersebut, 78 maka kreditur pemegang gadai akan sangat dirugikan. Kerugian yang dimaksud adalah apabila debitur wanprestasi dan saham yang digadaikan harus dieksekusi, nilai dari saham yang digadaikan telah menurun sehingga kreditur tidak dapat memperoleh pelunasan utang secara utuh. Hal ini menjadi semakin merugikan kreditur, dikarenakan hak suara merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari saham, sehingga hak suara memang seharusnya tetap dimiliki oleh pemilik saham yang sebenarnya atau pemberi gadai. Bahkan dengan adanya surat kuasa, ketentuan ini tetap tidak dapat dikesampingkan. 79 77 Supra Note 1, hlm. 97. 78 Supra Note 23, hlm. 5. 79 Supra Note 23, hlm. 55. 40

V.2 Saran Berdasarkan seluruh pembahasan yang telah Penulis tuangkan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang menurut Penulis layak dipertimbangkan untuk mencegah atau mengatasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Harus dipahami bahwa saham bukanlah suatu benda yang memberikan manfaat kepada pemiliknya hanya berdasarkan nominal atau nilai materiil dari saham itu saja. Saham perseroan memberikan hak-hak terkait perseroan terbatas tersebut kepada si pemilik saham. 80 Berdasarkan ketentuan dalam UU PT, hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham antara lain; menghadiri dan menggunakan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (selanjutnya disebut RUPS), serta memperoleh dividen. 81 Hak-hak itulah yang juga memberikan manfaat bagi pemiliknya dan tidak kalah nilainya daripada nilai nominal dari saham tersebut. Oleh karena itu, lembaga jaminan kebendaan untuk saham sebagai obyeknya haruslah mempertimbangkan dan mengakomodir pemikiran tersebut. Apabila dikaitkan dengan prinsip inbezitstelling, maka agar prinsip tersebut terpenuhi, Penulis berpendapat bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 60 ayat (4) UU PT, memang tidak dimungkinkan dilakukan pengalihan hak suara tanpa adanya pengalihan kepemilikan atas saham, sehingga lembaga jaminan gadai yang mensyaratkan terpenuhinya prinsip inbezitstelling, tidak tepat untuk diaplikasikan terhadap saham perseroan terbatas. Berdasarkan pemikiran tersebut, Penulis berpendapat bahwa lembaga jaminan fidusia merupakan lembaga jaminan yang lebih tepat untuk penjaminan saham. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dalam fidusia, tidak dikenal prinsip inbezitstelling, sehingga tidak ada kewajiban untuk melepaskan kekuasaan pemberi gadai terhadap obyek gadai. Dengan demikian, tidak menjadi masalah apabila saham yang dijaminkan, berserta hak-hak yang dimiliki oleh pemegang saham-pemberi fidusia, tidak beralih kepada penerima jaminan fidusia saham. 80 Supra Note 7, hlm. 90. 81 Supra Note 7, hlm. 90-91. 41

Saran yang berikutnya adalah menciptakan lembaga jaminan baru khusus untuk saham perseroan, di mana unsur-unsurnya menyerupai jaminan fidusia (tidak perlu dilakukan pengalihan kekuasaan atas saham maupun hak-haknya, dari pemegang saham kepada penerima fidusia), namun tetap memiliki keuntungan dan kesederhanaan dari lembaga jaminan gadai (tidak ada syarat-syarat formil seperti dalam jaminan fidusia). 42

DAFTAR PUSTAKA BUKU Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: CV Rajawali, 1985. Ngani, Nico. Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum, cetakan ke-1, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2012. Satrio, J. Hukun Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993. Salim HS, Hukum Jaminan di Indonesia Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004. Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermesa, 1985. Meliala, Djaja S. Hukum Perdata dalam Perspektif BW, Bandung: Nuansa Aulia, 2012. Asyhadie, Zaeni & Sutrisno, Budi Hukum Perusahaan & Kepailitan, Jakarta: Erlangga, 2012. Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika,2009. 43

Pitlo, A. Het Zakenrecht naar het Nederlands Burgelijk Wetboek, Harlem: H.D. Tjeenk Willink & Zoon N.V., 1949. Kunst, A.J.N. Historische Onwikksling van Hetrecht, Zwolle: N.V Uit Ceversmaatschaappu, W.E.J. Tjeenk Willink, 1968. Sofwan, Sri Soedewi Masjhoen, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum dan Jaminan Perorangan, Jakarta: BPHN Departemen Kehakiman RI, 1980. Fuady, Munir. Hukum Jaminan Utang, Jakarta: Erlangga, 2013. Julianto Irawan, James Surat Berharga, Suatu Tinjauan Yuridis dan Praktis, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014. Hasanuddin, M. Irsan & Surya, Indra. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Prenada, 2006. Prasetya, Rudhi. Perseroan Terbatas, Teori dan Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Suharnoko & Muljadi, Kartini. JURNAL Penjelasan Hukum tentang Eksekusi Gadai Saham, Jakarta: Gramedia, 2010. Suharnoko. Indonesia Law Review Vol. 1, Universitas Indonesia, 2011. 44