BAB 1 PENDAHULUAN. (SUPAS) 2015 dan ini jauh dari target MDGs 2015 sebelumnya yaitu sebesar 102. per kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari berbagai perubahan anatomik serta fisiologik yang terjadi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah gizi seimbang. Kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 dari laporan Kota/Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara (Saifuddin 2009, h.7).

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penurunan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 dan ini jauh dari target MDGs 2015 sebelumnya yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016) Kasus kematian ibu di Kota Padang dari Tahun 2009 sampai Tahun 2014 mengalami stagnansi pada 6 tahun terakhir yaitu 16. Hal ini naik dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 15. Untuk kasus kematian bayi sudah mengalami penurunan dari Tahun 2009 sampai Tahun 2014 yaitu dari 107 menjadi 32 (DKK Padang, 2016). Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat.

Sedangkan penyebab tidak langsungnya salah satunya adalah anemia pada ibu hamil (Kemenkes RI, 2016). Anemia terjadi selama kehamilan dan dikaitkan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi di Negara berkembang (Manolov et al, 2015). Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua (Centers for Disease Control, 1998). (Cunningham, 2014). Menurut WHO pada tahun 2011 Asia Tenggara, Mediterania Barat dan Afrika memiliki kadar hemoglobin terendah dan prevalensi tertinggi di dunia, sedangkan untuk target dari Global Nutrition Targets 2025 yang salah satunya adalah untuk ibu, bayi dan anak diharapkan dapat menurunkan anemia sebesar 50 % pada wanita subur (WHO, 2014; WHO, 2015). Menurut data WHO jumlah populasi yang mengalami anemia di seluruh dunia adalah sebesar 83,2 % untuk 114 negara, sedangkan untuk Asia Tenggara sendiri adalah sebesar 97,8 %. Untuk anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan ke-4 bersama dengan Thailand yaitu 30 %. Angka ini lebih tinggi dari Negara tetangga kita yaitu Malaysia dengan 27 % dan Singapura dengan 28%. (WHO, 2014; WHO, 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %, angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 24,5 % yang berarti

keadaan ini mengindikasikan anemia gizi besi pada ibu hamil masih menjadi masalah kesehatan masyarakat (WHO, 2010; Kemenkes RI, 2013). Profil kesehatan Sumatera Barat tahun 2006 jumlah ibu hamil dengan kehamilan beresiko tinggi sebanyak 14,21 % dimana 6,34 % merupakan kontribusi anemia dalam kehamilan dan terjadi peningkatan pada tahun 2009 dan 2010 yaitu sebesar 18,64 % dan 24,63 % (Ramadani et al, 2012). Untuk Kota Padang sendiri pada tahun 2009 prevalensi kasus ibu hamil yang anemia sebesar 7,32 %, pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 6,1 % dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 24,5 % (DKK Padang, 2016; Ramadani et al, 2012). Di Kota Padang, angka anemia ibu hamil di puskesmas Lubuk Buaya selalu mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga 2014 yaitu sebesar 4,4 % pada tahun 2009, 5,7 % pada tahun 2010, 22,3 % pada tahun 2011 dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2013 sebesar 18,4 %, kemudian meningkat kembali pada tahun 2014 menjadi 25,1 % dan 2015 sebesar 27,6 %. (DKK Padang, 2016). Kejadian anemia pada ibu hamil masih merupakan masalah yang besar baik di dunia khususnya Asia Tenggara sampai di Kota Padang sendiri. Untuk itu perlu diketahui penyebab utama terjadinya anemia tersebut. Penyumbang penyebab utama anemia adalah defisiensi besi yaitu sekitar 50% lebih besar dibandingkan dengan anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folat, B12 serta infeksi kronik ataupun akut, sehingga prevalensi anemia juga dianggap mewakili prevalensi anemia defisiensi besi (ADB) (WHO,2008; WHO, 2015).

Anemia defisiensi besi menurut WHO menyatakan bahwa anemia mempengaruhi 1,62 juta orang di dunia (24,8 %) (WHO, 2008). Di Negara berkembang dilaporkan bahwa jumlah kematian ibu dan neonatus pada tahun 2013 sekitar 3 juta dan 90.000 kematian disebabkan oleh anemia defisiensi besi (WHO, 2015). Anemia defisiensi besi pada ibu hamil memiliki efek negatif, baik pada kesehatan ibu yang akan mengakibatkan kejadian perdarahan pasca persalinan dan anemia berat serta akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan disertai keadaan gizi yang buruk sewaktu janin di dalam kandungan dan setelah dilahirkan. Keadaan ini akan mempunyai pengaruh sangat besar terhadap perkembangan otak dan pertumbuhan bayi di masa yang akan datang (Kemenkes RI, 2007; Kemenkes RI, 2013). Di Indonesia perdarahan ini merupakan penyebab kematian ibu hamil kedua setelah hipertensi dalam kehamilan (Kemenkes RI, 2016). Kematian ibu di Kota disebabkan oleh perdarahan masih pada urutan pertama pada tahun 2010 sebesar 33,3 % dan tahun 2011 sebesar 25 %. Selain perdarahan, efek yang ditimbulkan akibat anemia pada ibu hamil juga terjadi pada bayi diantaranya BBLR (Berat bayi lahir rendah), asfiksia, prematur dan juga stunting untuk efek jangka panjangnya (DKK Padang, 2016). Global Nutrition Target 2025 memiliki 6 target dalam menyelesaikan masalah gizi di dunia dan stunting pada anak usia dibawah 5 tahun merupakan target utama yang diharapkan dapat diturunkan sebesar 40% (WHO,2014). Selain di dunia, di Indonesia angka stunting masih merupakan masalah kesehatan yang

berat. Prevalensi pendek sebesar 37,2 persen terdiri dari 18% sangat pendek dan 19,2% pendek. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8% tahun 2007 dan 18,5% tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18% pada tahun 2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013 (WHO, 2010; Kemenkes, 2013). Perdarahan yang timbul akibat anemia akan menyebabkan kekurangan zat besi dalam tubuh. Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada jaringan tubuh besi dapar berupa senyawa fungsional seperti hemoglobin, myoglobin dan enzim, senyawa besi transportasi yaitu dalam bentuk transferrin dan senyawa cadangan seperti ferritin dan hemosiderin (Sherwood, 2011).Kurangnya zat besi dalam tubuh disebut juga anemia defisiensi besi ditandai dengan turunnya kadar besi serum, ferritin serum serta kadar hemoglobin (Hoffman et al, 2013; Kaushansky et al, 2016). Untuk mencegah terjadinya anemia selama kehamilan dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal, sehingga dibutuhkan regulator yang tepat untuk mengatur homeostasis besi dalam tubuh. Regulator besi yang ditemukan oleh Pigeon et al, (2001) yaitu hepsidin yang merupakan suatu protein yang produksinya terdapat di hepar (Pigeon et al, 2001). Hepsidin dapat melakukan fungsinya melalui ikatannya dengan ferroportin (FPN1), sehingga akan terjadi internalisasi dan degradasi FPN1 yang akan menghambat transport besi dari tiga sumber yaitu hepatosit yang akan mempengaruhi kadar cadangan besi (ferritin) di hepatosit, kemudian di enterosit yang akan mempengaruhi absorbsi besi di usus dan makrofag yang mempengaruhi

daur ulang zat besi. Keadaan dimana kadar hepsidin tinggi, maka hepsidin akan menghambat pengeluaran besi dari ketiga sumber tersebut, sehingga akan menyebabkan kurangnya besi yang dibawa ke dalam plasma dan mengakibatkan terjadinya anemia (Babitt, 2010; Atkinson, 2012; Waldfogel et al, 2014; Perdana dan Jacobus, 2015). Perbedaan kadar hepsidin dan kadar ferritin pada ibu hamil anemia sangat berkaitan satu sama lain. Untuk mendiagnosis anemia ibu hamil, selain pemeriksaan fisik juga dibutuhkan pemeriksaan laboratorium agar hasilnya lebih akurat dalam membedakan jenis anemia. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar ferritin dan hemoglobin telah menjadi pemeriksaan rutin dalam mendiagnosis anemia defisiensi besi. Pada penelitian ini diharapkan hepsidin dapat dijadikan salah satu parameter untuk mendiagnosis anemia lebih awal, dikarenakan hepsidin merupakan regulator utama dalam homeostasis besi yang akan mempengaruhi kejadian anemia. Berdasarkan latar belakang yang sudah dicantumkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kadar hepsidin dan ferritin pada ibu hamil anemia dan tidak anemia.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan kadar hepsidin pada ibu hamil anemia dan tidak anemia. 2. Apakah terdapat perbedaan kadar ferritin pada ibu hamil anemia dan tidak anemia. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan antara kadar hepsidin dan kadar ferritin pada ibu hamil anemia dan tidak anemia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui perbedaan kadar hepsidin pada ibu hamil anemia dan tidak anemia. 2. Untuk mengetahui perbedaan kadar ferritin pada ibu hamil anemia dan tidak anemia.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Untuk Akademik Memberikan pengetahuan tentang hubungan antara kadar hepsidin, kadar ferritin dengan kejadian anemia dan tidak anemia pada ibu hamil. 1.4.2 Untuk Praktisi Memberikan tambahan informasi mengenai anemia selama kehamilan sehingga pengelolaan anemia pada ibu hamil dapat menekan mortalitas dan morbiditas ibu serta hepsidin dapat dijadikan salah satu parameter untuk terjadinya anemia. 1.4.3 Untuk Masyarakat Memberikan pengetahuan akan pentingnya hepsidin, ferritin dan parameter laboratoris lainnya yang merupakan deteksi dini kejadian anemia pada ibu hamil yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dan plasenta serta kesehatan ibu. 1.5 Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan yang bermakna antara kadar hepsidin pada ibu hamil yang anemia dan tidak anemia 2. Ada perbedaan yang bermakna antara kadar ferritin pada ibu hamil yang anemia dan tidak anemia