BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT GANGGUAN TIDUR PADA PASIEN PASKA OPERASI LAPARATOMI DI IRNA B (TERATAI) DAN IRNA AMBUN PAGI RSUP DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apendisitis di Asia dan Afrika pada tahun 2004 adalah 4,8% dan. 2,6% penduduk dari total populasi. Penelitian Asif (2008) di RS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun demikian, kecenderungan sistem perawatan kesehatan baru baru ini

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP WAKTU PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PADA PASIEN PASCA OPERASI LAPARATOMI DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada laki-laki (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TITIN KUSRINI J

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : AHMAD AFIF J

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk. menggambarkan keragamanfungsi keperawatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2014 bahwa kesehatan. harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. perawat berada pada posisi yang ideal untuk memantau respon obat pada pasien,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berdampak terhadap perubahan pola penyakit. Selama beberapa tahun. terakhir ini, masyarakat Indonesia mengalami peningkatan angka

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) memprediksi, akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dari segala proses dan upaya yang selama ini dilakukan agar semuanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PELAKSANAAN PROTAB PERAWATAN LUKA DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA POST SECTIO CAESAREA (SC) DI RUANG MAWAR I RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang menderita penyakit ini adalah Amerika Serikat dengan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen. Laparotomi terbentuk dari dua kata Yunani, lapara dan tome. Kata lapara berarti bagian lunak dari tubuh yang terletak diantara tulang rusuk dan pinggul, sedangkan tome berarti pemotongan (Kamus Kedokteran, 2011). Faridah (2014) menyatakan bahwa, laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus seperti, apendisitis perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon dan rektum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 2005). Menurut WHO, pasien laparatomi meningkat setiap tahunnya sebesar 15% (Nurlela, 2009), sedangkan menurut Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 menjabarkan bahwa, tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia dengan persentase 12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2015). Pembedahan yang menyangkut luka insisi di abdomen menurut data dari ruang operasi gedung bedah pusat terpadu (GBPT) RSU Dr. Soetomo Surabaya dari bulan Januari sampai September 2004 terdapat 468 kasus dengan rata-rata tiap bulan sekitar 52 kasus. Angka kejadian laparotomi di Indonesia menunjukan bahwa kasus laparotomi meningkat dari 162 kasus pada 1

2 tahun 2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1281 kasus pada tahun 2007 (Depkes, 2007). Berdasarkan data dari bagian Litbang BPRSUD Labuang Baji Makassar selama kurun waktu 3 tahun terakhir bahwa, pada tahun 2006 sebanyak 593 pasien operasi abdomen di kamar bedah. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 548 pasien operasi abdomen di kamar bedah. Pada bulan Januari-September 2008 sebanyak 420 pasien operasi abdomen. Dengan rata-rata setiap bulan terdapat 46 pasien (Mendes, 2012). Adapun data Rekam Medis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong tanggal 31 Oktober 2009, dalam 3 bulan terakhir khususnya pasien Laparotomi menangani 72 kasus pada bulan Agustus 2009, 75 kasus pada bulan September 2009, dan 73 kasus pada bulan Oktober 2009 (Estria, 2011). Di dukung sesuai data yang berasal dari bangsal cendana 2 instalasi rawat inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ditemukan data sebanyak 20 pasien menjalani laparotomi dari bulan Desember 2015 Februari 2016. Perawatan post operatif laparotomi yang membutuhkan waktu lama seringkali menimbulkan komplikasi. Penyembuhan luka pasca pembedahan abdomen memerlukan waktu 10 sampai 14 hari, meskipun luka bekas jahitan belum pulih seutuhnya (King, 2013). Perawatan yang tepat penting dilakukan untuk mengurangi terjadinya komplikasi. Tindakan post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase post operatif (Perry & Potter, 2006). Komplikasi luka pada abdomen post laparotomi dapat menyebabkan perawatan di rumah sakit yang berkepanjangan dan meningkatkan biaya dari rumah sakit.

3 Kepatuhan pengobatan pasien laparotomi merupakan hal penting untuk mempercepat proses penyembuhan, dikarenakan laparotomi merupakan penyakit yang memerlukan waktu serta perawatan khusus. Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh lima dimensi yang saling terkait, yaitu faktor pasien, terapi, sistem kesehatan, lingkungan dan sosial ekonomi sehingga diperlukan strategi khusus untuk meningkatkan kepatuhan pasien serta perlu mempertimbangkan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya (Asti, 2006). Ketidakpatuhan merupakan masalah potensial meningkatkan morbiditas, mortalitas serta memperbesar biaya pengobatan (Kjeldsen et al, 2011). Ketidakpatuhan dapat menyebabkan risiko kematian. Peningkatan mortalitas dikarenakan ketidakpatuhan mencapai 6,8% (Riskesdas, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mazzaglia pada tahun 2009 bahwa, ketidakpatuhan dari pasien yang menjalankan terapi mencapai 20-80% (Kjeldsen et al, 2011). Menurut data WHO (2003) rendahnya tingkat kepatuhan pengobatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik pengobatan dan penyakit, faktor intrapersonal, faktor interpersonal, dan faktor lingkungan. Selain itu, kurangnya hubungan dengan petugas kesehatan dan dosis yang diberikan tidak cukup kuat memiliki pengaruh terhadap ketidakpatuhan (Banning, 2009). Pasien yang tidak patuh terhadap aturan penggunaan obat sebesar 30-55% (WHO, 2003). Tidak sepenuhnya semua kesalahan ada pada pasien, namun diperlukan juga adanya pembenahan dalam sistem kesehatan dan petugas pelayanan

4 kesehatan (Asti, 2006). Oleh karena itu, diperlukan peran dari tenaga kesehatan profesional dalam proses perawatan pasien. Pemberian pelayanan yang berkualitas oleh tenaga kesehatan yang profesional akan mempercepat kesembuhan bagi pasien. Penelitian Effendy (2015) telah menyebutkan bahwa lebih dari 54% pasien di Indonesia memerlukan perhatian pelayanan tenaga kesehatan profesional. Pemberian edukasi kesehatan yang tepat kepada pasien post laparotomi, diharapkan menjadi salah satu cara untuk mempercepat kesembuhan pasien, selain itu dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perawatan selama di rumah sakit. Tidak hanya merasa mendapatkan pelayanan yang baik, melainkan juga pengetahuan baru yang dapat dipergunakan oleh pasien saat menjalani pengobatan serta mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Edukasi kesehatan merupakan kegiatan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit (BPJS Kesehatan, 2011). Berdasatkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Gambaran Kepatuhan Pasien Post Laparotomi Terhadap Edukasi Perioperatif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan variabel berbeda yaitu, kepatuhan, kepuasan, self-efficacy, dan kecemasan pasien.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, didapatkan rumusan masalah yaitu: Bagaimana Gambaran Kepatuhan Pasien Post Laparotomi Terhadap Edukasi Perioperatif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Kepatuhan Pasien Post Laparotomi Terhadap Edukasi Perioperatif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui Gambaran Kepatuhan Pasien Post Laparotomi Terhadap Edukasi Perioperatif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2. Bagi Pasien a. Pasien mendapatkan pelayanan berupa edukasi kesehatan. b. Pasien memperoleh pengetahuan mengenai proses penyembuhannya. 3. Bagi RSUP Dr. Sardjito a. Rumah sakit dapat mempertimbangkan kebijakan dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pasien. b. Memberikan informasi kepada rumah sakit mengenai tingkat kepatuhan pasien terhadap kualitas pelayanan saat ini.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Dyah Restuning P (2015) mengenai Efektifitas Edukasi Diabetes Dalam Meningkatkan Kepatuhan Pengaturan Diet Pada Diabetes Melitus Tipe 2. Perbedaan penelitian ini adalah populasi yang digunakan, adanya kelompok intervensi dan juga kelompok kontrol, jumlah sampel yang digunakan, serta lokasi dan waktu melakukan penelitian. Persamaan nya dalah variabel yang di gunakan adalah kepatuhan dan juga edukasi dan juga desain penelitiannya yang quasi eksperimental. Hasil dari penelitian ini adalah edukasi diabetes berpengaruh bermakna terhadap kepatuhan pengaturan diet pada kelompok intervensi antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi diabetes. 2. Penelitian Alphonce Joho Angelina (2012) mengenai Factors Afeercting Treatment Compliance Among Hypertension Patients In Three District Hospitals-Dar Es Salaam yang di lakukan di Tiga Rumah Sakit Kota Dar Es Salaam. Persamaan penelitian ini adalah variabel nya yaitu kepatuhan. Sedangkan, perbedaaan penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan berupa penelitian cross sectional dan juga adanya perbedaan variabel berupa, variabel: Usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan. Hasil dari penelitian nya adalah adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p=0,044) dengan tingkat Kepatuhan dalam menjalani pengobatan hipertensi sedangkan variabel usia (p=0,686),

7 3. Status perkawinan (p=0,287), tingkat Pendidikan (p=0,277) dan Pekerjaan (p=0,908) tidak menunjukan hubungan yang signifikan 4. Penelitian Armi (2014) mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus dengan Retinopati Diabetik Dalam Melakukan Pemeriksaan Mata di Rumah Sakit Aini Jakarta. Persamaan penelitian adalah metode yang digunakan yaitu quasieksperimental, variabel yang digunakan yaitu kepatuhan. Perbedaan penelitian ini adalah jumlah populasi, teknik random sampling, lokasi dan juga metode pemberian pendidikan kesehatan. Hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh pre dan post pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan dalam melakukan pemeriksaan mata pada pasien Diabetes Melitus dengan Retinopati Diabetik di Rumah Sakit Mata Aini Jakarta. 5. Penelitian Wirawan Adikusuma (2017) mengenai Perbandingan Pengaruh Edukasi Melalui Layanan Pesan Singkat dan Booklet Terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus yang dilakukan pada bulan April Juli 2016 di Rumah Sakit Umum Povinsi Nusa Tenggara Barat. Persamaan penelitian ini adalah metode yang di gunakan yaitu quasi eksperimental, lalu variabel yang digunakan yaitu edukasi kesehatan dan kepatuhan. Perbedaan penelitian ini adalah populasi yang digunakan, metode pemberian edukasi, jumlah sampel, lokasi penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah edukasi melalui layanan pesan singkat dapat meningkatkan kepatuhan pasien secara signifikan (p<0,05), selain itu edukasi melalui booklet juga meningkatkan kepatuhan secara signifikan (p<0,05).