BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang menduduki posisi kelima di dunia dan hal itu berdampak pada

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH HARGA BAWANG MERAH IMPOR TERHADAP PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam peningkatan. memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kenaikan Konsumsi Bawang Putih(Ton)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

ANALISIS PERMINTAAN IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA. Theresia Wediana Pasaribu Murni Daulay

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan umbi-umbian menjadikan gula sebagai salah satu bahan

I. PENDAHULUAN. 1 Sambutan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Ahmad Dimyati pada acara ulang tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

POLICY BRIEF KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA. Dr. Muchjidin Rahmat

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

Tinjauan Pasar Bawang Merah

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian nasional. Peranan yang diberikan sektor pertanian diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. sangat subur dan memiliki iklim yang baik untuk perkebunan tebu. Kepala Pusat

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pertumbuhan produksi pertanian tidak sebesar laju permintaan pangan. Tabel 1.1

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan Salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

KAJIAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak yang menduduki posisi kelima di dunia dan hal itu berdampak pada tingginya kebutuhan bahan pangan nasional. Walaupun Indonesia merupakan salah satu negara agraris namun negara ini belum mampu untuk berswasembada untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmampuan Indonesia memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri mengharuskan Indonesia turut dalam perdagangan internasional yaitu melakukan impor barang maupun jasa, khususnya impor bahan pangan yang termasuk didalamnya produk pertanian berupa komoditas holtikultura. Holtikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang permintaannya secara agregat cukup besar di pasaran. Permintaan holtikultura yang cukup tinggi tidak dapat terpenuhi oleh produksi domestik yang terbatas. Sehingga Impor termasuk alternatif yang diambil untuk memenuhi kebutuhan akan holtikultura dalam negeri. Impor produk-produk holtikultura cenderung meningkat sepanjang 2007 hingga 2011. Tercatat, hingga Juni 2012 nilai impor produk holtikultura mencapai US$ 4734,5 Juta dan diperkirakan akan terus meningkat menyusul pelonggaran aturan impor produk holtikultura seperti tertuang dalam Permendag No.60 / 2012 tentang ketentuan Impor Holtikultura yang diberlakukan 28 September 2012 (Kementrian Keuangan, 2013). Regulasi tersebut bukan hanya merupakan kuota impor akan tetapi juga mengatur banyak hal seperti kewajiban Importir Terdaftar (IT) dan Importir 1

Produsen (IP), wajib label, verifikasi dan lainnya. Dalam regulasi ini tidak lagi mengatur aspek mendasar dalam importansi seperti keamanan pangan produk holtikultura dan ketersediaan produk dalam negeri. Bawang merah merupakan salah satu komoditi holtikultura yang permintaannya juga cukup tinggi di Indonesia. Meskipun komoditas ini bukan merupakan kebutuhan pokok, namun konsumen rumah tangga pada khususnya hampir selalu membutuhkan bawang merah sebagai pelengkap bumbu masakan sehari-hari, obat-obatan tradisional atau untuk olahan turunannya dalam industri rumah tangga khususnya yang semakin berkembang. Konsumsi bawang merah penduduk Indonesia sejak tahun 1993 sampai 2012 menunjukkan perkembangan yang fluktuatif namun relatif meningkat. Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 1993 adalah 1,33 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2012 konsumsi bawang merah telah mencapai 2,764 kg/kapita/tahun (Dirjen Holtikultura, 2013). Tingkat konsumsi rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang mencapai 3,014 kg/kapita/tahun dengan volume total permintaan bawang merah mencapai 901.102 ton (Badan Pusat Statistik, 2013). Peningkatan ini dipengaruhi jumlah penduduk yang bertambah dan peningkatan daya beli masyarakat. Namun produksi bawang merah mengalami perkembangan negatif terhadap permintaan bawang merah itu sendiri. Pada tahun 1998 disaat perekonomian Indonesia juga mengalami krisis, penurunan produksi bawang merah domestik pada tahun tersebut adalah penurunan pada titik terendah dalam perkembangannya yang hanya mencapai 599.203 ton (Deptan Holtikultura, 2013). 2

Kekurangan produksi bawang merah yang sangat mengkhawatirkan terjadi pada tahun 2008 dimana produksinya hanya mencapai 853.615 ton sedangkan permintaannya meningkat cukup tinggi mencapai 969.316 ton, sehingga Indonesia mengalami kekurangan stok bawang merah tertinggi selama periode 2002-2012 yang mencapai 115.701 ton (Badan Pusat Statistik, 2013). Sebagai dampak kelanjutan kebijakan atas permasalahan tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara net importir bawang merah. Walaupun demikian impor bawang merah Indonesia mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002 sampai dengan 2008 impor bawang merah mengalami peningkatan hingga mencapai nilai sebesar 128.015 ton pada tahun 2008 dari 32.930 pada tahun 2002, kemudian turun secara tajam pada tahun 2009 menjadi 67.330 ton dan meningkat kembali pada tahun 2011 menjadi 156.381 ton (Kementerian Pertanian, 2011 dan Badan Pusat Statistik, 2010). Penurunan impor bawang merah pada tahun 2009 diduga karena terjadinya krisis ekonomi dunia di Eropa, sehingga berpengaruh terhadap perdagangan Indonesia termasuk impor bawang merah. Impor bawang merah yang tidak tepat jumlah dan waktunya akan menyebabkan meningkatnya penawaran bawang merah di Indonesia dan jatuhnya harga bawang merah domestik sebagai dampak lanjut. Besarnya impor bawang merah akan menyebabkan harga bawang merah domestik menjadi fluktuatif dan sulit untuk dikendalikan karena terjadi kelebihan pasokan bawang merah di pasar domestik dan harga bawang merah impor cenderung lebih murah. 3

Pemerintah menghadapi masalah kelebihan pasokan impor bawang merah dengan menerapkan kembali kebijakan harmonisasi tarif bea masuk pada tanggal 1 Januari 2005. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa bawang merah yang masuk dikenakan tarif sebesar 25 persen pada tahun 2005 sampai 2010 dan turun menjadi 20 persen pada tahun 2011 (Kementerian Keuangan, 2012). Kebijakan tarif impor bawang merah di Indonesia selalu mengalami perubahan sesuai dengan kondisi perekonomian nasional dan perdagangan internasional. Impor bawang merah mayoritas berasal dari negara yang telah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia seperti Thailand, Vietnam, Philipina, dan China. Berdasarkan Permenkeu Nomor 28/PMK.010/2005, Permenkeu 355/KMK.01/2004 dan beberapa peraturan lainnya, tarif impor bawang merah yang berasal dari negara anggota ASEAN dan China adalah sebesar nol persen pada tahun 2006 (Kementerian Keuangan, 2012). Produksi bawang merah domestik masih sulit berkembang salah satunya disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi sehingga membuat harga bawang merah dalam negeri sangat mahal dan sulit untuk bersaing dengan harga bawang dunia. Rendahnya harga bawang merah impor menyebabkan bawang merah domestik tidak dapat bersaing sehingga berdampak lanjut harganya menjadi turun. Impor bawang merah diduga akan menurunkan harga bawang merah domestik yang menjadi dampak lanjut dari tingginya volume impor bawang merah di Indonesia. Sehingga perlu dikaji bagaimana kondisi permintaan bawang merah domestik Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya yang turut mempengaruhi permintaan impor bawang merah ditengah minimnya produksi 4

bawang merah domestik dan menyebabkan kelebihan pasokan bawang merah impor di dalam negeri. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan bawang merah di Indonesia, tingkat permintaan bawang merah yang sangat tinggi tidak sebanding dengan produksi dalam negeri sehingga harus diatasi dengan impor yang hampir mengalami peningkatan volume setiap tahun. Maka rumusan masalah untuk memfokuskan penelitian adalah: 1. Bagaimana permintaan impor bawang merah di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh konsumsi bawang merah Indonesia, produksi bawang merah Indonesia, pendapatan nasional, harga bawang merah impor, nilai tukar maupun volume impor bawang merah periode sebelumnya terhadap permintaan impor bawang merah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana permintaan impor bawang merah di Indonesia. 2. Mengetahui bagaimana pengaruh konsumsi bawang merah Indonesia, produksi bawang merah Indonesia, pendapatan nasional, harga bawang merah impor, nilai tukar maupun volume impor bawang merah periode sebelumnya terhadap permintaan impor bawang merah di Indonesia 5

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, serta bagi pembaca diharapkan mampu memberikan informasi mengenai impor bawang merah di Indonesia dan juga sebagai bahan perbandingan serta studi terdahulu dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti selanjutnya. 2. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangsih yang bermanfaat baik dalam pengambilan keputusan bagi para pelaku pasar seperti petani, pedagang, dan pelaku impor maupun ekspor. 3. Bagi pihak-pihak lain, khususnya almamater Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitiannya. 6