BAB I PENDAHULUAN. memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Industri pariwisata di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari migas, pajak, non pajak. Dana yang berasal dari rakyat dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian (Sukirno 2004:27). Banyak orang memandang bahwa inflasi selalu

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata untuk segenap. unggulan yang berlangsung secara terus-menerus.

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui. Wiyasa, 1997 dalam Budisusetio, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia tersebut berada dalam keadaan yang tertekan. Aktivitas

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sukirno (2000) dalam analisis

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB I. Pendahuluan. Kepariwisataan yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi wisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Industri pariwisata di Indonesia khususnya dan dunia umumnya telah berkembang pesat. Perkembangan industri tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan penerimaan devisa negara, namun juga telah memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjanaan baru bagi masyarakat dalam mengatasi pengangguran di daerah (Rahma, 2013). Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan sehingga dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata). Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi (Yuningsih, 2005). Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan 1

merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional, dan tentunya pendapatan perkapita. Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi di Pulau Jawa yang terletak pada jalur perlintasan antara Jawa Barat dengan Jawa Timur, sehingga banyak wisatawan lebih sering melewatkan Jawa Tengah karena hanya sebagai daerah perlintasan. Apabila para wisatawan bisa ditarik untuk menghabiskan waktunya di Jawa Tengah meski dalam waktu sehari, sudah memiliki efek positif untuk pengembangan bisnis wisata. Dengan demikian, industri pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang sangat penting untuk dikembangkan (Wiyadi, 2005). Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukanpajak. Menurut Tambunan (Badrudin, 2001), bahwa industri pariwisata yang menjadi sumber PAD adalah industri pariwisata milik masyarakat daerah (Community Tourism Development atau CTD). Dengan mengembangkan CTD pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi resmi dari kegiatan industri pariwisata yang bersifat multisektoral, yang meliputi; hotel, restoran, usaha wisata, usaha perjalananwisata, profesional convention organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan, dan transportasi pariwisata juga menawarkan jenis produk dan wisata yang beragam, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah, wisata buatan, hingga beragam wisata minat khusus (Badrudin, 2001). 2

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional, tingkat hunian hotel, dan tentunya pendapatan perkapita. Oleh karena itu, beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan daerah terkait dengan sektor pariwisata adalah jumlah objek wisata, jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan PDRB riil. Jumlah hotel di Provinsi DIY dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang membuat seseorang untuk mengunjungi suatu daerah adalah karena adanya obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi di daerah tersebut. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menciptakan atau membuka obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Provinsi DIY memiliki potensi wisata (objek wisata) berupa gua, museum, air terjun, makam, gunung, dan hutan wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan sehingga di sini sektor pariwisata dan beberapa sektor terkait, misal sektor perhotelan, perdagangan dan penyediaan jasa, merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang bisa digali dan terus dikembangkan. Adanya potensi wisata alam dan budaya yang merupakan salah satu andalan Provinsi DIY ini sudah selayaknya memberikan dampak terhadap peningkatan tingkat hunian hotel, jumlah hotel, jumlah wisatawan yang selanjutnya berkontribusi terhadap penerimaan daerah yang ada. Kontribusi penerimaan daerah tersebut dapat berasal 3

dari pajak hotel maupun retribusi yang dipungut atas dasar pemberian jasa dan pelayanan oleh tempat wisata di Provinsi DIY (Rahayu & Evi, 2011). Kemudian terkait dengan jumlah hotel dimana hotel adalah tempat yang disediakan bagi para wisatawan untuk menginap selama mereka berkunjung atau tempat dalam melakukan kegiatan wisata. Di samping itu, sebelum melakukan perjalanan wisata, seorang wisatawan memerlukan informasi rnengenai daerah yang akan dituju beserta fasilitas-fasilitasnya. Hotel merupakan sarana akomodasi utama yang ingin diketahui oleh wisatawan sebelum melakukan suatu perjalanan. Oleh karena itu, keberadaan hotel adalah mutlak diperlukan. Dengan meningkatnya jumlah hotel dari tahun ke tahun diharapkan juga dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga menarik banyak investor untuk menanamkan modal di Provinsi DIY, khususnya untuk sektor perhotelan. Upaya menarik investasi juga dapat dilakukan dengan memberikan berbagai kemudahan prosedur dan mengurangi birokrasi (Rahayu & Evi, 2011). Berikut ini disajikan data pariwisata dan Pendapatan Asli Daerah DIY dalam 5 tahun (2011-2015) terakhir periode penelitian. Tabel 1. Sektor Pariwisata dan Pendapatan Asli Daerah DIY Tahun 2011-2015 Tahun Jumlah Wisatawan Jumlah Hotel PAD 2011 3,206,334 421,016 700,339,192 2012 3,546,331 521,083 800,156,498 2013 3,810,644 611,109 1,014,089,544 2014 3,877,771 741,071 1,233,238,592 2015 4,056,916 891,076 1,453,213,231 Sumber: BPS Provinsi DIY. Berdasarkan data tabel sektor pariwisata dan Pendapatan Asli Daerah DIY Tahun 2011-2015 di atas dapat dijelaskan bahwa dari tahun ke tahun terjadi 4

peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah DIY. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah DIY ini juga dibarengi dengan peningkatan jumlah hunian hotel baik yang melati sampai hoterl berbintang. Dampaknya adalah terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah DIY dalam kurun waktu tersebut. Produk Domestik Bruto (PDRB) rill adalah seluruh nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh penduduk yang ada di wilayah suatu negara, baik warga negara dalam negeri atau dari warga negara asing dibagi dengan jumlah penduduk. Besarnya PDRB rill dapat menunjukkan bahwa perekonomian setiap warga negara telah berkembang. Perkembangan perekonomian setiap warga negara ini akan dapat meningkatkan perkembangan sekor bisnis pariwisata yang kemudian dapat meningkatkan sekor bisnis pariwisata. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat, maka semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata, yang pada akhirnya berpengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan daerah sektor pariwisata di Provinsi DIY (Saputro, 2015). Inflasi sebagai suatu fenomena makro ekonomi sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh variabel-variabel ekonomi belaka, tetapi juga variabel sosial ekonomi politik. Inflasi adalah kenaikan harga barang yang berlangsung secara terus menerus (Alam, 2007). Terkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah, beberapa hal yang perlu ditekankan dari teori paritas daya beli adalah, pertama masalah dasar dari paritas daya beli, yakni proporsionalitas tingkat harga dan nilai tukar hanya terjadi jika penyebab goncangan yang mengubah tingkat harga dan nilai 5

tukar merupakan suatu goncangan moneter. Kedua, teori paritas daya beli tersebut tidak dapat kerja seketika, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga dapat dikatakan bahwa teori tersebut menunjukkan hubungan keseimbangan jangka panjang antara nilai tukar dengan tingkat harga. Menurut Sukirno (2011) beberapa hal terkait kebijakan mengatasi inflasi sehubungan dengan pendapan adalah kebijakan fiskal yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah, kebijakan moneter yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi kredit, dan dasar segi penawaran, yaitu dengan melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi dan menggalakkan perkembangan teknologi (Sukirno, 2011). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan mengambil judul Analisis Pengaruh Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY Tahun 2000-2015 1.2. Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian 1.2.1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini : a. Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY? b. Bagaimana pengaruh jumlah hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY? c. Bagaimana pengaruh PDRB riil terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY? 6

d. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY? 1.2.2. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis : a. Pengaruh jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY. b. Pengaruh jumlah hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY. c. Pengaruh PDRB riil terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY. d. Pengaruh inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY. 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitiaan ini yaitu hanya meneliti jumlah wisatawan, jumlah hotel, PDRB riil, dan inflasi terhadap Pendapatan Asli Daerah DIY dengan periode penelitian hanya tahun 2000-2015. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai: a. Masukan bagi pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan Pemerintah Daerah Provinsi DIY untuk menentukan tindakan dan kebijakan yang tepat khususnya dalam meningkatkan jumlah wisatawan, jumlah hotel, PDRB riil, dan inflasi, dan Pendapatan Asli Daerah, sehingga dapat lebih bersaing dengan daerah lain. b. Tambahan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dan dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan bagi yang membacanya. 7

c. Salah satu syarat memperoleh derajat S1 pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 8

9