BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. anak usia dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN MELUKIS DENGAN KUAS TAMAN KANAK-KANAK PASAMAN BARAT

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. usia enam tahun menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan selanjutnya. Pendidikan memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINIMELALUI BERMAIN CLAY

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut Hasan (2011: 15), adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anak usia prasekolah. Perkembangan kecerdasan pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

HUBUNGAN KEGIATAN MERONCE DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK JURNAL. Oleh

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak, baik secara mental dan fisik. Para ahli

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Perkembangan anak terjadi melalui beberapa tahapan dan setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB1 PENDAHULUAN. dalamnya pendidikan Taman Kanak-kanak. Hal ini di maksudkan selain mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan agar pribadi anak berkembang secara optimal. Tertunda atau

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia lahir sampai 6 tahun. Pada masa anak-anak khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

KATMINI AR. KOESDYANTHO NIM:

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

2015 UPAYA TUTOR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (3-4 TAHUN) MELALUI PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI MELIPAT (ORIGAMI)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Pada rentan Usia 0-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak (Hainstock dalam Sujiono,Y, 2009: 54), Periode sensitif merupakan periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 UU RI tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Depdiknas, USPN, 2004:4). Berdasarkan (Peraturan Menteri Nomor 58 tahun 2009: 9) tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini Formal maupun Nonformal menjelaskan anak usia 5-6 tahun diharapkan mampu melakukan ekslporasi dengan berbagai media dan kegiatan dalam lingkup perkembangan fisik motorik halus, satu diantara lingkup perkembangan anak usia dini. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Motorik adalah semua gerakan yang mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan motorik menurut Hurlock (1978: 150) adalah perkembangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. sedangkan menurut Sumantri (2005: 47) Perkembangan motorik adalah proses sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan 1

2 sederhana, tidak terorganisasi, dan tidak terampil kearah penampilan keterampilan motorik yang kompleks dan terorganisasi dengan baik. Secara umum Santrock (2007:204) mengemukakan bahwa kemampuan motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik halus. Adapun Motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh. Sementara motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. ( Sujiono,2008: 1.13-1.14) oleh karena itu motorik halus tidak membutuhkan tenaga tetapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian. Kemampuan motorik halus sangat penting dan diperlukan dalam berbagai aktivitas sehari hari diantaranya untuk menggunting, memasang dan membuka kancing dan resleting, makan, memakai sepatu, menulis dan lain-lain. (Jamaris,2006:14-15). Berbagai fenomena permasalahan yang dihadapi guru TK begitu beragam dalam mendidik anak-anak, diantaranya dalam perkembangan motorik, dimana terdapat anak yang mengalami kesulitan belajar motorik. Anak yang mengalami kesulitan belajar motorik, akan mengalami kesulitan dalam melakukan koordinasi gerakan visual (pandanganmata) dengan motorik (gerakan tangan, gerakan jari tangan atau kaki) secara bersamaan pada satu tujuan. Kesulitan belajar motorik tersebut dapat disebut sebagai lemahnya koordinasi gerak visual. (Jamaris, 2006). Menurut Hurlock (1978: 164), Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang dibawah norma umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai contoh, Anak yang berada dibawah norma untuk dapat berjalan dan makan sendiri, akan dianggap terlambat dibanding anak- anak lain. Terlambatnya perkembangan motorik anak dapat disebabkan beberapa faktor, yaitu kondisi bawaan fisik (cacat, menderita kelumpuhan atau lemah otot tangan) dan lingkungan. Begitu pun dalam keterampilan motorik halus, dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang di dapatkannya. Lingkungan (orangtua) mempunyai pengaruh besar dalam keterampilan motorik halus, karena pola asuh

3 keluarga yang terlalu melayani semua keperluan anak, kurang memberikan kesempatan dan latihan untuk melakukan aktivitas yang melibatkan motorik halus, akan menghambat perkembangan keterampilan motorik halus anak. Kemampuan guru dalam merancang aktivitas kegiatan anak disekolah turut menentukan perkembangan motorik halus anak. Bagi guru yang kapasitas keilmuan dan wawasan yang kurang dalam pentingnya melatih kemampuan motorik anak, lebih mementingkan kegiatan yang cenderung pada kemampuan kognitif yaitu menghafal atau mengingat. Selain kemampuan guru, minimnya media yang dapat melatih perkembangan motorik halus anak turut menghambat perkembangan keterampilan motorik halusnya.(willy dkk, 2006 dalam Yulida, 2011: 4). Hal ini dapat disebabkan minimnya dana sekolah untuk mengadakan media permainan yang mengembangkan motorik halus anak. Oleh sebab itu diperlukan kreativitas guru untuk merancang aktivitas dengan biaya murah tapi dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Permasalahan yang dikemukakan diatas merupakan fenomena yang sering terlihat di sekolah-sekolah mengenai pengembangan kemampuan motorik halus, khususnya di TK Nasywa kelas TK B, dimana masih banyak anak yang kaku dan kesulitan dalam menggunting, melipat, menulis huruf, mengancingkan baju dan aktivitas kemandirian lainnya, dari hasil laporan perkembangan semester satu tahun ajaran 2013-2014 diperoleh data bahwa kemampuan motorik halus anak kelas TK B Nasywa pada umumnya masih memerlukan stimulus dan bimbingan. Begitu pula dalam penyediaan media dan kegiatan, guru diharapkan lebih kreatif dan variatif dalam merancang aktivitas kegiatan dan media pembelajaran agar lebih menyenangkan dan menarik, namun tetap dapat mengembangkan aspek perkembangan yang dibutuhkan anak. Karena itu diperlukan upaya untuk mencari cara dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, salah satunya dengan membuat kegiatan pembelajaran dengan media barang bekas. Kegiatan Pemanfaatan barang bekas dilakukan dalam rangka mengembangkan pengetahuan anak mengenai

4 lingkungan, khususnya kesadaran untuk melindungi bumi dari kerusakan dengan cara memanfaatkan barang-barang bekas berupa sampah anorganik yang tidak mudah terurai dan butuh proses yang cukup lama untuk menguraikannya. Selain itu anak bisa melakukan kegiatan dan mengeksplorasi berbagai media yang lebih variatif, sehingga tidak membuat bosan. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan nilai-nilai atau aspek kehidupan yang ada pada lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah dewasa kesadaran tersebut tetap terpelihara. Menurut Amstrong (2005: 35) Kesadaran lingkungan menjadi satu hal yang penting untuk dikembangkan karena dengan adanya potensi lingkungan individu akan memiliki perilaku yang positif (positive attitude) yang akan menjauhkan dari pribadi yang hidup dan berkembang dengan mengeksploitasi alam. Dalam upaya menjadikan anak tumbuh menjadi individu yang bisa melindungi bumi dari kerusakan, anak diajak mengetahui bagaimana cara menjaga lingkungan dengan baik. Pemanfaatan barang bekas merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai aktivitas motorik halus seperti menggunting, mengelem, menempel, mengecat/ melukis dan lain sebagainya. Kegiatan pemanfaatan barang bekas dilihat dari sisi dana juga cukup murah karena menggunakan media dari limbah produk (sampah anorganik). Selain bermanfaat untuk memberikan kesadaran dan kepedulian akan lingkungan, kreativitas anak- anak pun akan lebih meningkat dengan mengeksplorasi berbagai media yang ada disekitar lingkungan anak menjadi sebuah karya. Penelitian ini berusaha menggunakan kegiatan pemanfaatan barang bekas, yang dibuat dengan menggunakan keterampilan tangan dengan media dari limbah produk kemasan bekas makanan, minuman dan lain sebagainya. Contohnya dari piring kertas bekas bisa kita lipat dan gunting menjadi bebek yang lucu, dari botol mineral bekas bisa dibuat kupu-kupu atau roket. Sehingga dengan pemanfaatan limbah tersebut bisa dibuat menjadi suatu kreasi yang bermanfaat untuk melatih keterampilan motorik halus anak, juga membantu menjaga lingkungan agar lebih terpelihara serta terjaga

5 dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus pada Anak melalui Kegiatan Pembelajaran dengan di Taman Kanak-kanak Nasywa Bandung Kelas B Tahun Ajaran 2013-1014. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diidentifikasikan permasalahan penelitian ini pada Perkembangan motorik halus anak usia TK B di Taman kanak-kanak Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014 Bandung belum begitu optimal dan masih perlu ditingkatkan dalam hal menggunting, melipat, mengancingkan baju sendiri serta kegiatan kemandirian lainnya padahal seharusnya tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia lima sampai enam tahun sudah dapat melakukan aktivitas seperti menggunting, melipat, mengancingkan baju dan aktivitas lainnya yang berkaitan dengan motorik halus. Melalui Pembelajaran dengan menggunakan media barang bekas, menjadi solusi yang diupayakan untuk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak, dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas anak- anak dapat berlatih kemampuan motorik halus melalui karya yang dibuat dengan keterampilan tangan, selain itu media barang bekas lebih ekonomis, variatif dan juga mengenalkan kepedulian lingkungan pada anak TK B Nasywa. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan Identifikasi masalah diatas, maka dirumuskan masalah penelitian ini menjadi Bagaimana Kemampuan Motorik Halus dapat Meningkat dengan Kegiatan Pembelajaran? Dan rumusan masalah dalam penelitian ini secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014?

6 2. Bagaimana kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas dalam meningkatkan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014? 3. Bagaimana peningkatan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014 melalui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perkembangan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Untuk mengetahui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas dalam upaya meningkatkan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014. 3. Untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak usia TK B di TK Nasywa Tahun Ajaran 2013/2014 melalui kegiatan pembelajaran pemanfaatan barang bekas. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media barang bekas, selain itu secara lebih khusus penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan pengalaman kepada peneliti dalam meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pemanfaatan barang bekas. Dan juga menambah pengetahuan peneliti mengenai peningkatan motorik halus pada anak usia dini.

7 2. Bagi guru Sebagai masukkan bahan pembelajaran yang dapat dipraktikan menjadi salah satu pembelajaran yang menarik dengan biaya murah dan anak dapat bereksplorasi, sehingga anak akan lebih mendapatkan pembelajaran yang bervariatif dalam meningkatkan motorik halusnya. 3. Bagi pemerhati anak Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dalam membimbing anak untuk meningkatkan motorik halus melalui kegiatan pemanfaatan barang bekas dan mengetahui manfaat kegiatan pemanfaatan barang bekas dalam meningkatkan motorik halus anak. F. Struktur Organisasi Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari : 1. BAB I berisi uraian tentang pendahuluan, yaitu latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi. 2. BAB II membahas kajian pustaka tentang motorik halus melalui kegiatan pembelajaran memanfaatkan media barang bekas. 3. BAB III berisi penjabaran secara rinci mengenai metode penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrument penelitian, tehnik pengumpulan data, dan analisis data. 4. BAB IV membahas hasil penelitian dan pembahasan, yaitu data hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum kondisi lapangan, tahap implementasi kegiatan, dan pembahasan kondisi objektif pembelajaran motorik halus melalui pemanfaatan barang bekas di TK Nasywa. 5. BAB V Berisi kesimpulan dan saran.